Klasifikasi Arthropoda Peranan Fauna Tanah

Selanjutnya Suin 1997 menjelaskan bahwa yang termasuk makrofauna tanah adalah Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Vertebrata kecil. Diantaranya yang paling banyak ditemukan hidup di tanah adalah dari kelompok Arthropoda, seperti : Insekta, Arachnida, Annelida, Diplopoda dan Chilopoda. Pengelompokan fauna tanah disamping berdasarkan ukuran tubuh juga dapat dikelompokkan atas dasar kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan kehadirannya hewan tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon hidup pada lapisan organik tanah dan euedafon.hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya hewan tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungivora, dan predator Suin, 1997. Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah ukuran 2 mm terdiri dari Milipida, Isopoda, Insekta. Moluska dan Annelida Wood, 1989.

2.4 Klasifikasi Arthropoda

Arthropoda adalah hewan yang memiliki tubuh bersegmen-segmen atau berbuku-buku. Arthropoda terbagi menjadi 3 sub phylum yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub phylum Trilobita yang telah punah dan tinggal sisa-sisanya yang berupa fosil. Sub phylum Mandibulata terbagi menjadi beberapa kelas, salah satu diantaranya adalah kelas insekta hexapoda, Chelicerata juga terbagi dalam beberapa kelas termasuk Arachnida di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi ini dapat dilihat pada bagan berikut: Bagan Klasifikasi Serangga Hadi Rully, 2009. Phylum ARTHROPODA Sub phylum Trilobita fossil Mandibulata Chellcerata Kelas INSECTA Arachnida Sub Kelas Apterygota Protura Diplura Thysanura collembola Pterygota Exopterygota Ephemeroptera Odonata Orthoptera Isoptera Plecoptera Dermaptera Embioptera Mallophaga Anoplura Thysanoptera Hemiptera Homoptera Neuroptera Endopterygota Coleoptera Mecoptera Trichaoptera Lepidoptera Diptera Siphonatera Hymenoptera

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Populasi Hewan Tanah.

2.5.1 Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah sangat erat hubungannya dengan populasi hewan tanah , karena tubuh hewan tanah mengandung air, oleh karena itu kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh hewan tanah kehilangan air dan hal ini merupakan masalah yang besar bagi kelulusan hidupnya Lee, 1985.

2.5.2 Suhu temperatur tanah

Kehidupan hewan tanah juga ikut ditentukan oleh suhu tanah. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan hewan tanah. Disamping itu suhu tanah pada umumnya juga mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme hewan tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu optimum Odum, 1971. Selanjutnya dijelaskan oleh Suin, 1997 bahwa suhu tanah merupakan salah satu faktor fisik tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah. Menurut Wallwork 1970, besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas permukaannya.

2.5.3 pH tanah

Keasaman pH tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kegiatan hewan tanah, karena hewan tanah sangat sensitif terhadap pH tanah, sehingga pH tanah merupakan salah satu faktor pembatas. Namun demikian toleransi hewan tanah terhadap pH umumnya bervariasi untuk setiap spesies Edward Lofty, 1997. Selanjutnya Suin 1997, menyatakan ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis fauna tanah seperti Collembola yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut dengan golongan asidofil, yang memilih hidup pada tanah yang basa disebut dengan golongan kalsinofil, sedangkan yang dapat hidup pada tanah asam dan basa disebut golongan indifferen atau netrofil. Jenis Acarina dapat pula dikelompokkan atas golongan asidofil yaitu hanya dapat hidup pada tanah yang pHnya kecil dari 6,5, yang tergolong netrofil dapat hidup pada pH berkisar antara 6,5- 7,5, sedangkan yang tergolong basofil adalah yang dapat hidup pada pH tanahnya di atas 7,5.

2.5.4 Kadar Organik Tanah

Suin 1997 mengatakan materi organik tanah sangat menentukan kepadatan organisme tanah. Materi organik tanah merupakan sisa-sisa tumbuhan, hewan organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi. Selanjutnya Buckman Brady 1982 mengatakan materi organik dalam tanah tidaklah statis tetapi selalu ada perubahan dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi dan penguraian materi organik oleh jasad pengurai. Materi organik mempunyai pengaruh besar pada sifat tanah karena dapat menyebabkan tanah menjadi gembur, meningkatkan kemampuan mengikat air, meningkatkan absorpsi kation dan juga sebagai ketersediaan unsur hara.

2.6 Peranan Fauna Tanah

Peranan fauna tanah adalah untuk mengubah bahan organik, baik yang masih segar maupun setengah segar atau sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah Buckman Brady, 1982 . Selanjutnya Suin 1997 mengatakan fauna tanah juga berperan memperbaiki aerasi tanah dengan cara menerobos tanah sedemikian rupa sehingga pengudaraan tanah menjadi lebih baik, disamping itu fauna tanah juga menyumbangkan unsur hara pada tanah melalui eksresi yang dikeluarkannya, maupun dari tubuhnya yang telah mati. Meskipun fauna tanah sebagai penghasil senyawa-senyawa organik tanah dalam ekosistem tanah, namun bukan berarti berfungsi sebagai subsistem produsen. Tetapi, peranan ini merupakan nilai tambah dari fauna tanah sebagai subsistem konsumen dan subsistem dekomposisi. Sebagai subsistem dekomposisi, fauna tanah sebagai organisme perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya seperti kayu, daun dan akar mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan dan mengunyah bahan-bahan tersebut. Fauna tanah akan melumat bahan dan mencampurkan dengan sisa-sisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk di dekomposisi oleh mikrobio tanah Arief, 2001. Organisme-organisme yang berkedudukan di dalam tanah sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan atas top soil. Dimana terdapat akar-akar tanaman dan perolehan bahan makanan yang mudah. Akar-akar tanaman yang mati dengan cepat dapat dibusukkan oleh fungsi, bakteri-bakteri dan golongan-golongan organisme lainnya Sutedjo et al., 1996. Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaannya dapat bersifat positif menguntungkan maupun negatif merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan sebagainya, tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah menentukan perannya dalam mendukung produktivitas ekosistem binaan. Dinamika populasi makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisika-kimianya. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah Suin, 1997, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya Hakim et al, 1986. Oleh aktivitas biota tanah, bahan organik tanaman dirombak menjadi mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. 2.7 Ekologi Hewan Tanah Tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan biotik yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi makhluk hidup, salah satunya adalah fauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya Rao, 1994. Fauna tanah adalah fauna yang memanfaatkan tanah sebagai habitat atau lingkungan yang mendukung aktifitas biologinya. Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah dengan menghancurkan fisik, pemecahan bahan menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, dan membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah Barnes, 1997. Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara keseluruhan menyusun ekosfir. Ekosfir yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik anorganik dan sumber-sumbernya disebut ekosistem. Setiap ekosistem dicirikan oleh adanya kombinasi yang unik antara biota organisme dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi memelihara kesinambungan aliran energi dan nutrisi hara bagi biota tersebut. Semua ekosistem berdasarkan sumber karbonnya mempunyai dua tipe biota, yaitu jasad ototrofik yang menggunakan C-anorganik terutama CO 2 sebagai sumber karbonnya, bertindak selaku produsen C-organik dan jasad heterotrofik yang memanfaatkan C-organik sebagai sumber karbonnya, sehingga bertindak selaku konsumen dan dekomposer perombak. Kemudian, berdasarkan sumber energinya, biota ini dikelompokkan menjadi fototipe yang memperoleh energi dari matahari dan khemotipe yang memperoleh energi melalui mekanisme oksidasi senyawa anorganik atau campurannya Hanafiah, et al, 2005.

BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2010 pada areal kebun kelapa sawit PTPN III, Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara yaitu areal kebun yang diberi perlakuan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit pada Blok II dan Blok III, dan areal kebun yang tidak dialiri limbah cair kelapa sawit pada Blok I sebagai Kontrol. Identifikasi sampel di Laboratorium Taksonomi Hewan Departemen Biologi FMIPA USU Medan. 3.2 Deskripsi Area Secara administratif PTPN III Sei Mangkei terletak di Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, memiliki luas ± 4,186,62 Ha.

A. Lokasi 1

Merupakan lokasi pertama kontrol, areal kebun kelapa sawit yang tidak dialiri limbah cair pabrik kelapa sawit Land Application pada tahun tanam 1994 Gambar 3.1, lokasi ini terletak pada titik kordinat 3 02’ 31,2’’ LU, 99 12’ 44,64’’ BT. Gambar 3.1 Lokasi 1 Kontrol tanpa dialiri limbah