PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN T.A 2015/2016.

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA SISWA KELAS

VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh :

Putri Ismila Anggriani NIM 4123111063

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

iii

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJARGENJANG DAN BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA SISWA KELAS

VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN T.A 2015/2016 Putri Ismila Anggriani (NIM : 4123111063)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar Jajargenjang dan Belahketupat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada tipe STAD di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan semester genap, yang terdiri dari 12 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang dipilih secara acak diamana kelas VII-K sebagai kelas eksperimen TPS dan kelas VII-L sebagai kelas eksperimen STAD dengan masing-masing jumlah sampel 34 orang dalam tiap kelas. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pre-test dan post-test dalam bentuk uraian . Dari hasil penelitian yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata postest kelas eksperimen TPS sebesar 76,735 dan kelas eksperimen STAD memperoleh nilai rata-rata 72,029. Dari hasil uji hipotesis post-test diperoleh thitung> ttabel ( 2,407 > 1,668) dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar jajargenjang dan belahketupat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan Student Teams Achievment Divison (STAD) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si. Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Medan Hj. Nurhalimah Sibuea, S.Pd, M.Pd dan seluruh Bapak/ Ibu


(5)

v

guru beserta Staf Pegawai SMP Negeri 3 Medan yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang tersayang Drs. H. Amarullah SH. M.Pd, Ibunda tercinta Hj. Rohani, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Serta Abang tersayang dr. Doddy Tisna kakak- kakak tersayang Rina Wardhani, ANKeb dan Fitria Rachmadhani, S.Farm serta adik tersayang Ayuda Suha yang begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu Bang Na, Kak Shirley, Roy, Khairul, Aim, Dhiena, Kanura, Husna, Liza, Lida dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’12 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis

Putri Ismila Anggriani NIM. 41123111063


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

1.7. Definisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar 9

2.1.2 Hasil Belajar 10

2.1.3 Pembelajaran Matematika 11

2.1.4 Model Pembelajaran 13

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif` 14

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


(7)

vii

2.1.6.1Langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe TPS 19

2.1.6.2Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS 20

2.1.6.3Teori Belajar Yang Mendukung Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 21 2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) 22 2.1.7.1Langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD 24

2.1.7.2Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD 25

2.1.7.3Teori Belajar Yang Mendukung Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 25

2.2 Materi Ajar 27

2.2.1 Jajargenjang 27

2.2.1.1Pengertian Jajargenjang 27

2.2.1.2Sifat-sifat Jajargenjang 28

2.2.1.3Keliling Jajargenjang 29

2.2.1.4Luas Jajargenjang 30

2.2.2 Belah ketupat 31

2.2.2.1Pengertian Belah Ketupat 31

2.2.2.2Sifat-sifat Belah Ketupat 32

2.2.2.3Keliling Belah Ketupat 34

2.2.2.4Luas Belah Ketupat 34

2.3 Kerangka Berpikir 35

2.4 Hipotesis Penelitian 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 36

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 36


(8)

viii

3.2.2 Sampel Penelitian 36

3.3 Variabel Penelitian 36

1. Variabel Bebas 36

2. Variabel Terikat 36

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 37

3.4.1.Jenis Penelitian 37

3.4.2.Desain Penelitian 37

3.5 Prosedur Penelitian 38

3.6 Instrumen Pengumpulan Data 40

3.7 Teknik Analisis Data 41

3.7.1.Menghitung Rata-rata Skor 41

3.7.2.Menghitung Standart Deviasi 42

3.7.3.Uji Normalitas 42

3.7.4 Uji Homogenitas 43

3.7.5 Uji Hipotesis 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 46

4.1.1 Skor Pretest Kelas TPS dan Kelas STAD 46 4.1.2 Skor Postest Kelas TPS dan Kelas STAD 47

4.2 Analisis Data Penelitian 47

4.2.1 Uji Normalitas Data 47

4.2.2 Uji Homogenitas Data 48

4.2.3 Uji Hipotesis 49

4.3 Pembahasan Hasil penelitian 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16 Tabel 2.2. Langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS 19 Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Pos-test) 37 Tabel 4.1. Data Pre-test Kelas Eksperimen TPS dan STAD 46 Tabel 4.2. Data Post-test Kelas Eksperimen TPS dan STAD 47 Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 48

Tabel 4.4. Data Hasil Uji Homogenitas 49

Tabel 4.5. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis 49


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jajargenjang 27

Gambar 2.2 Jajargenjang 28

Gambar 2.3 Jajargenjang 28

Gambar 2.4 Jajargenjang 29

Gambar 2.5 Jajargenjang 30

Gambar 2.6 Belah Ketupat 31

Gambar 2.7 Belah Ketupat 32

Gambar 2.8 Belah Ketupat 33


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 TPS 55 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 STAD 61 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 TPS 67 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 STAD 72

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) I 77

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) II 79

Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian (LKS) I 81

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian (LAS) II 84

Lampiran 9. Soal Pretest 87

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian dan Peskoran Pretest 88

Lampiran 11. Soal Postest 92

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian dan Peskoran Postest 93 Lampiran 13. Data Pre-Test Siswa Kelas Eksperimen TPS dan STAD 97 Lampiran 14. Data Post-Test Siswa Kelas Eksperimen TPS dan STAD 99 Lampiran 15. Uji Normalitas Data Pre-Test Kelas Eksperimen TPS 101 Lampiran 16. Uji Normalitas Data Pre-Test Kelas Eksperimen STAD 102 Lampiran 17. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen TPS 103 Lampiran 18. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen STAD 104 Lampiran 19. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan

Standar deviasi Pre-Test Kelas TPS dan Kelas STAD 105 Lampiran 20. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan

Standar deviasi Pre-Test Kelas TPS dan Kelas STAD 107

Lampiran 21. Uji Homogenitas Data Pre-Test 109

Lampiran 22. Uji Homogenitas Data Post-Test 110

Lampiran 23. Uji Hipotesis Pre-Test 111

Lampiran 24. Uji Hipotesis Post-test 113

Lampiran 25. Tabel Z 115

Lampiran 26. Nilai Kritis L 116

Lampiran 27. Tabel F 117

Lampiran 28. Tabel T 119


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan dalam berbagai bidang. Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa betapa pentingnya peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan matematika mempunyai peranan bagi setiap individu untuk melatih kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini yang dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas antara yang satu dengan yang lainnya, serta memerlukan pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini sesuai dengan banyaknya pendapat yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan peradaban manusia.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;


(13)

2

(5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”

Matematika disadari sangat penting untuk diajarkan kepada semua siswa karena kontribusinya sangat luas dan berguna dalam segala segi kehidupan manusia. Namun pada kenyataannya banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, baik tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman (2012:202) bahwa:

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”

Wahyudin (2008 : 338) bahwa:

“Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang telah dipelajari sebelumnya.”

Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika yang di capai siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Soekisno (2009) :

"Hasil tes diagnostik yang dilakukan Suryantodan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah.Hasil dari TIMSS-Third-International Mathematics and Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara".

Dan berdasarkan nilai UN SMP tahun 2014/2015 bahwa:

“Kemampuan matematika siswa masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang diujikan lainnya. Demikian rinciannya, rata UN murni: (1) Bahasa Indonesia = 71,8 (2) Bahasa Inggris = 62,9 (3) IPA = 60,9 (4) Matematika = 59,1”.

Hasil Observasi yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara terhadap narasumber Ibu Sirait selaku guru matematika kelas VII di SMP Negeri 3 Medan, diperoleh bahwa sebagian besar siswa mempunyai hasil belajar


(14)

3

matematika yang rendah. Disamping itu, pada proses pembelajaran berlangsung, hanya beberapa siswa yang yang antusias terhadap pelajaran matematika. Siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar ceramah guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan. Hal ini terjadi hampir pada setiap materi matematika.

Hal yang sama juga terjadi sewaktu peneliti menjalani program PPLT di SMP Negeri 1 Batang Kuis, lebih dari 60% siswa mempunyai hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran matematika. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, mereka menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah.

Sebagaimana yang diungkapkan Shoimin (2014: 17) bahwa:

“Diakui atau tidak pada zaman yang modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya dijadikan sebagai objek bukan subjek. Guru memberikan ceramah kepada siswa-siswanya sementara siswa hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehingga sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru.”

Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Slavin (dalam Isjoni, 2011:17) bahwa:

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah

dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominas seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.”


(15)

4

Dengan pembelajaran yang kooperatif, guru diharapkan dapat mengetahui karakteristik cara berpikir siswa sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Ada banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif diantaranya model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS). Lyman, F (dalam Trianto, 2009: 81) menyatakan bahwa:

Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.”

Dari uraian di atas model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan dalam model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model TPS (Think Pair Share) dapat mengembangkan pemikiran siswa dan menyatukan aspek-aspek kognitif dan aspek-aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievment Divison (STAD). Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011: 213) bahwa:

“Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”

Model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengedepankan aktivitas serta motivasi antar siswa dalam menguasai materi dan mengoptimalkan hasil belajar. Setiap siswa harus memastikan teman satu kelompok nya mengusai materi yang mereka pelajari.Tiap kelompok memiliki jumlah anggota 4-5 orang secara


(16)

5

heterogen. Pembelajaran tipe ini hasil nya sangat baik karena tetap memakai prinsip diskusi yang heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Dengan karakteristik dari dua model pembelajaran kooperatif tersebut, pembelajaran yang berlangsung akan membangkitkan ketertarikan siswa pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan karena ditemukannya beberapa penelitian yang relevan mengenai peningkatan hasil belajar dari model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya oleh Laila Sitta, “Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun

Ajaran 2012/2013”, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Dari hasil penelitian oleh Zaka Syahrial “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat”.Menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat di kelas IX SMP SwastaAr-rahman Medan T.A.2010/2011

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herfina “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A 2009/2010”. Diperoleh Pada siklus 1 yaitu pengajaran dengan model pembelajaran kooperatiftipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau 50% telah mencapai ketuntasan belajar dan 20 orang siswa atau 50% yang belum mencapai


(17)

6

ketuntasan. Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5% telah mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Karena keduanya mampu meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement Division) dibandingkan.

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbandingan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison). Karena luasnya cakupan materi matematika peneliti mengambil materi Segiempat pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat yang ada pada kelas VII. Sehingga peneliti mengambil judul

“Perbandingan Hasil Belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat Antara Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan Student Teams Achievment Divison (STAD) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa. 3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.


(18)

7

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, perbandingan hasil belajar Jajargenjang dan Belah ketupat antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukan pada latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe STAD.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa khususnya pada materi Segiempat sub pokok bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat.

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa didalamnya sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar matematika.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di masa yang akan datang dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.


(19)

8

1.7 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Perbandingan merupakan istilah matematika untuk membandingkan dua objek atau lebih, sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannnya. 2. Hasil belajar adalah akhir dari proses belajar dengan kemampuan yang

diperoleh siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris setelah melakukan kegiatan belajar.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang mempengaruhi pola intraksi siswa dimana, prosedur yang digunakan dalam model pembelajaran ini memberikan waktu berfikir kepada siswa untuk merespon dan saling membantu dalam memecahkan masalah. tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan materi, setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu, dan setelah itu guru memberikan waktu untuk membentuk kelompok, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil belajar keseluruh kelas.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan tingkat kemampuan yang heterogen, dan terdapat 5 tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu: persiapan, kegiatan kelompok, pelaksanaan tes individu, perhitungan skor individu dan tahap pemberian penghargaan kelompok.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah 76.735 dan 72.029. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,407 > 1,668. 5.2 Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

2. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model kooperatif tipe TPS, sebaiknya lebih memperhatikan jumlah kelompok yang ada. Agar peneliti tidak kesulitan dalam memberi arahan

3. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada. Agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk membuat lembar observasi kegiatan pembelajaran dan merekan kegiatan pembelajaran sebagai bukti bahwa penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan.


(21)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

___________, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Amalia, P., (2015), Perbedaan Hasil Belajar Statistika Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada Siswa Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015, Universitas Negeri Medan, Medan.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Depdiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Disdik, Bogor Djamarah, .S,. (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, O,. (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Isjoni, (2009), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Bandung.

_____, (2011), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Bandung.

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Kunandar, (2011), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Nurharini, D., (2008), MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk Kelas VII SMP dan MTS, CV. Usaha Makmur, Jakarta.

Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Shoimin, A., (2014), 68 Model Pembelajaran INOVATIV dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Siregar, E., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor.


(22)

54

Sitta, L., (2013), Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013, Universitas Negeri Medan, Medan.

Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Soekisno, (2009), Matematika, Unnes, Semarang Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Massmedia Buana Pustaka, Surabaya.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

______, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, CV. Ipa Abong, Jakarta.


(1)

6

ketuntasan. Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5% telah mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Karena keduanya mampu meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team Achievement Division) dibandingkan.

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbandingan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison). Karena luasnya cakupan materi matematika peneliti mengambil materi Segiempat pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat yang ada pada kelas VII. Sehingga peneliti mengambil judul “Perbandingan Hasil Belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan Student Teams Achievment Divison (STAD) Pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa. 3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.


(2)

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, perbandingan hasil belajar Jajargenjang dan Belah ketupat antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2015/2016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukan pada latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar Jajargenjang dan Belah Ketupat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe STAD.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa khususnya pada materi Segiempat sub pokok bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat.

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa didalamnya sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar matematika.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di masa yang akan datang dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.


(3)

8

1.7 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Perbandingan merupakan istilah matematika untuk membandingkan dua objek atau lebih, sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannnya. 2. Hasil belajar adalah akhir dari proses belajar dengan kemampuan yang

diperoleh siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris setelah melakukan kegiatan belajar.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang mempengaruhi pola intraksi siswa dimana, prosedur yang digunakan dalam model pembelajaran ini memberikan waktu berfikir kepada siswa untuk merespon dan saling membantu dalam memecahkan masalah. tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan materi, setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu, dan setelah itu guru memberikan waktu untuk membentuk kelompok, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil belajar keseluruh kelas.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan tingkat kemampuan yang heterogen, dan terdapat 5 tahapan dalam pembelajaran ini, yaitu: persiapan, kegiatan kelompok, pelaksanaan tes individu, perhitungan skor individu dan tahap pemberian penghargaan kelompok.


(4)

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah 76.735 dan 72.029. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,407 > 1,668. 5.2 Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

2. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model kooperatif tipe TPS, sebaiknya lebih memperhatikan jumlah kelompok yang ada. Agar peneliti tidak kesulitan dalam memberi arahan

3. Bagi guru-guru atau peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada. Agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dikerjakan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk membuat lembar observasi kegiatan pembelajaran dan merekan kegiatan pembelajaran sebagai bukti bahwa penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan.


(5)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

___________, M., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Amalia, P., (2015), Perbedaan Hasil Belajar Statistika Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada Siswa Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015, Universitas Negeri Medan, Medan.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Depdiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Disdik, Bogor Djamarah, .S,. (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, O,. (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Isjoni, (2009), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Bandung.

_____, (2011), Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok, Alfabeta, Bandung.

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Kunandar, (2011), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Nurharini, D., (2008), MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk Kelas VII SMP dan MTS, CV. Usaha Makmur, Jakarta.

Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Shoimin, A., (2014), 68 Model Pembelajaran INOVATIV dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Siregar, E., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor.


(6)

Sitta, L., (2013), Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievment Divison) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013, Universitas Negeri Medan, Medan.

Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Soekisno, (2009), Matematika, Unnes, Semarang Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Massmedia Buana Pustaka, Surabaya.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

______, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, CV. Ipa Abong, Jakarta.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL (STUDI PADA SISWA KELAS X SMA GAJAH MADA TAHUN PELAJ

1 21 89

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

0 7 83

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION DAN TIPE TALKING STICK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD)DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

0 11 83

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

0 15 76

KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 17 110

KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 5 94

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

0 0 12

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA SMP

0 0 8