IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Akar Wangi
Karakteristik akar wangi hasil pengeringan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil karakterisasi akar wangi
Perlakuan Kadar Air bb
Kadar Minyak bb P1 1 bar
10.0 3.8
P2 2 bar 8.4
3.5 P3 3 bar
8.3 3.1
V1 1 lj kg 10.7
3.1 V2 1,5 lj kg
10.0 3.0
V3 2 lj kg 9.4
3.2 V4 bertahap
9.5 3.3
Dari Tabel 8, terlihat bahwa akar wangi yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar air berkisar antara 8-11. Nilai ini menunjukkan bahwa akar
wangi ini memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan kadar air akar wangi yang umum digunakan masyarakat dengan kondisi kebun yaitu sebesar
42. Hanya sebagian kecil agroindustri penyulingan akar wangi di Garut yang memakai bahan baku akar wangi kering jemur hingga kadar air 15 Indrawanto
2006. Pada penelitian ini, sebelum proses penyulingan dilakukan penjemuran selama 25 jam.
Nilai hasil analisa kadar minyak pada Tabel 8 menunjukkan persentase kadar minyak yang terkandung di dalam akar wangi yang digunakan pada
penelitian ini berkisar antara 3-4. Perbedaan kadar air dan kadar minyak akar wangi yang digunakan pada penelitian ini mungkin disebabkan karena terjadi
penguapan selama proses penyimpanan.
4.2. Penyulingan Minyak Akar Wangi dengan Tekanan Konstan
Penyulingan minyak akar wangi selama 9 jam pada tiga tekanan berbeda yaitu 1, 2, dan 3 bar menghasilkan recovery minyak yang berbeda Gambar 8.
Peningkatan tekanan akan meningkatkan recovery minyak. Semakin tinggi
tekanan, maka recovery yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat. Recovery minyak akar wangi pada tekanan 1, 2 dan 3 bar berturut-turut 78.31 ,
88.88 , dan 90.37 . Pada penggunaan tekanan 1 bar dihasilkan recovery minyak yang paling
kecil 78.31. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tekanan 1 bar pada penyulingan minyak akar wangi tidak efektif karena membutuhkan waktu yang
sangat panjang untuk menghasilkan recovery yang sama dengan tekanan 2 dan 3 bar. Penggunaan tekanan 4 bar dapat merusak minyak karena dengan tekanan 4
bar temperatur jenuh uap mencapai 150 C, sehingga ada kemungkinan minyak
teroksidasi Triharyo 2007. Oleh karena itu penelitian selanjutnya menggunakan tekanan 2-3 bar.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Waktu jam A
k u
m u
la s
i re
c o
v e
ry P1=1 bar
P2=2 bar P3=3 bar
Gambar 8. Akumulasi recovery minyak terhadap waktu penyulingan Perbedaan recovery dari kenaikan tekanan disebabkan oleh jumlah minyak
akar wangi dengan komponen bertitik didih tinggi lebih banyak yang ikut menguap. Suryatmi 2006 memperoleh rendemen 1, 1.057, dan 1.124 pada
penyulingan dengan tekanan 1, 2, dan 3 atm selama 16 jam. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyulingan,
maka recovery yang dihasilkan semakin meningkat. Peningkatan paling cepat terjadi pada waktu 0-3 jam, lalu setelah itu kenaikannya cenderung sedikit. Waktu
penyulingan akar wangi selama 9 jam diperkirakan sudah dapat mengeluarkan sebagian besar minyak, karena setelah 9 jam kenaikan recovery minyak sedikit
dan tidak sebanding dengan jumlah bahan bakar yang dikeluarkan tidak efisien.
78.31 90.37
88.88
Hasil penelitian Triharyo 2007 juga diperoleh pola yang sama untuk tekanan hingga 3 bar selama 24 jam. Peningkatan jumlah minyak yang signifikan terjadi
pada 0-8 jam. Laju distilat yang keluar dari kondensor diasumsikan sama dengan laju
uap yang masuk ke ketel suling. Hasil pengukuran laju alir pada setiap penyulingan dengan tekanan berbeda ditampilkan pada Gambar 9. Laju alir uap
pada penyulingan dengan tekanan konstan 1, 2, dan 3 bar bervariasi dengan rata- rata 2.8, 2.7, dan 2.4 lj kg bahan.
Secara umum, penggunaan tekanan yang lebih tinggi menghasilkan laju uap yang lebih rendah. Tanpa adanya alat kontrol, uap yang masuk ke ketel sangat
tergantung kemampuan boiler dan pengaturan katup baik di boiler maupun kondensor. Guenther 1990 menyebutkan bahwa pada penyulingan dengan
tekanan rendah mengakibatkan suhu proses yang rendah, tetapi membutuhkan jumlah uap yang lebih besar per satuan berat minyak sereh wangi yang dihasilkan.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Waktu jam
L a
ju s
te a
m l
j k
g b
h n
1 bar 2 bar
3 bar
Gambar 9. Laju alir uap terhadap waktu pada penyulingan tekanan konstan Hukum
hidrodestilasi menyebutkan
bahwa peningkatan
suhu mengakibatkan perbandingan jumlah air dan minyak menurun, yang berarti
adanya peningkatan jumlah minyak. Guenther 1990 telah memperlihatkan pengaruh tekanan uap terhadap perbandingan air dan minyak pada penyulingan
minyak sereh wangi dengan sistem penyulingan uap. Pada tekanan 152.2 mmHg perbandingan air dan minyak dalam destilat 6.6, sedangkan pada tekanan 1109.1
mmHg hanya 3.7.
Penggunaan laju alir uap yang lebih besar diduga dapat meningkatkan recovery minyak. Moestafa 1991 memperoleh rendemen 2.47 pada laju uap
600 gram uapjam. Nilai ini lebih besar daripada penyulingan dengan laju uap 500 gram uapjam yang menghasilkan rendemen 2.17. Oleh karena itu penyulingan
dengan perlakuan laju alir uap akan dilakukan pada penelitian ini.
4.3. Disain Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi