Flowchart Ekstraksi Algoritma Kombinasi MLSB dan LSB +1

46 Gambar 3.11 Flowchart Penyisipan Algoritma Kombinasi MLSB dan LSB +1 Lanjutan Keterangan : 1. Input citra asli cover dan pesan identitas. 2. Hitung jumlah piksel citra asli. 3. Pesan diubah ke dalam bentuk ASCII hexadecimal. 4. Pesan dimodifikasi sesuai dengan ketentuan - ketentuan algoritma MLSB dan digabung dengan control symbol-nya. 5. Setelah pesan dimodifikasi, maka pesan diubah ke dalam bentuk biner. 6. Penyisipan dilakukan dengan menggunakan teknik algoritma LSB. 7. Hitung nilai MSE sebagai ukuran kualitas citra hasil watermark. 3.5.6. Flowchart Ekstraksi Algoritma Kombinasi MLSB dan LSB +1 Flowchart Ekstraksi Algoritma Kombinasi MLSB LSB +1 adalah bagan yang menggambarkan proses-proses yang terjadi pada ekstraksi identitas dari citra ter- watermarking dengan algoritma Kombinasi MLSB LSB +1 dapat dilihat seperti pada Gambar 3.12 dan Gambar 3.13 berikut. Stop Citra ter-watermarking Hitung MSE A Universitas Sumatera Utara 47 Gambar 3.12 Flowchart Ekstraksi Algoritma MLSB dan LSB +1 Start Citra ter-watermarking Blok n  ASCII Baca bilangan acak Ambil bit LSB No 2 Piksel  i i = 5 N Y Konversi Blok n ASCII Konversikan Piksel bilangan acak  Biner A Universitas Sumatera Utara 48 Gambar 3.13 Flowchart Ekstraksi Algoritma MLSB dan LSB +1 Lanjutan Keterangan : 1. Input watermark image. 2. Baca bilangan acak kunci sebagai penunjuk pixel yang disisipi watermark. 3. Setiap byte pixel watermark image yang ditunjukkan kunci diubah kedalam bentuk biner. 4. Pisahkan 1 bit terakhir dari setiap data image kemudian dikelompokkan menjadi 5 bit per blok. 5. Konversikan setiap blok ke dalam ASCII hexadecimal. 6. Blok pertama dibandingkan dengan Control Symbol untuk mendefenisikan jenis karakter berikutnya N Control Symbol = 1Fh Blokn= Control Symbol ? Stop Representasikan Citra A Pesan Penyisip IF Control Symbol 1Bh = Blokn XOR 60 IF Control Symbol 1Ch = Blokn XOR 40 IF Control Symbol 1Eh = Blokn XOR 30 IF Control Symbol 1Dh = SPC Y Gabung Blokn  Pesan Universitas Sumatera Utara 49 - Jika Control Symbol 1B 16 maka setiap blok berikutnya yang bukan Control Symbol di-XOR-kan 60 16 - Jika Control Symbol 1C 16 maka setiap blok berikutnya yang bukan Control Symbol di-XOR-kan 40 16 - Jika Control Symbol 1E 16 maka setiap blok berikutnya yang bukan Control Symbol di-XOR-kan 30 16 - Jika Control Symbol 1Dh maka menyatakan spasi 7. Langkah ke 3 sampai ke 5 diulangi sampai ditemukannya Control Symbol end of the text 1F 16 . 8. Rekonstruksikan setiap blok data sebagai pesan penyisip. Dengan diperlukannya kunci yang berisi lokasi pixel citra yang menyimpan watermark maka proses ekstraksi dengan menggunakan algoritma MLSB-LSB+1 lebih menyulitkan. Walaupun diketahui lokasi pixel citra penampung watermark, penyusup harus terlebih dahulu menebak control symbol dari algoritma MLSB-LSB+1 serta menebak posisi bit pesan yang disisipkan pada setiap pixel citra. Kesulitan dalam mengekstraksi pesan ini akan menjadi nilai lebih dari algoritma MLSB-LSB+1 dibandingkan dengan algoritma MLSB dan algoritma LSB+1 yang berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan algoritma MLSB dan LSB+1 original tidak mengacak pixel yang menampung watermark sehingga setiap penyusup dapat mencoba untuk mengekstrasi pesan. Universitas Sumatera Utara 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, penulis akan menjabarkan implementasi dari hasil analisis yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya ke dalam bentuk aplikasi perangkat lunak. Perangkat lunak dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Kemudian dengan menggunakan perangkat lunak tersebut, penulis akan membandingkan setiap algoritma watermarkingLeast Significant Bit +1 LSB+1, Modified Least Significant Bit MLSB dan Kombinasi MLSB – LSB+1 dari segi nilai MSE, Waktu Proses dan Besar File yang Diperoleh. Dari hasil perbandingan tersebut akan dibuktikan apakah algoritma watermarking kombinasi MLSB – LSB+1 lebih baik dari kedua algoritma

4.1. Tampilan Perangkat Lunak