meningkatkan kuat pegang sekrup sekitar 31 – 208 . Hal tersebut diduga akibat
adanya peningkatan kekompakan papan yang meningkatkan kuat pegang sekrup. Sementara itu terlihat kecenderungan bahwa semakin besar ukuran partikel
semakin meningkatkan nilai kuat pegang sekrup papan dimana hal tersebut diduga akibat ukuran partikel yang besar menyebabkan sekrup lebih dapat kuat
tercengkram. Mengacu pada standar JIS A 5908 : 2003 maka hanya panel akustik papan
partikel bambu betung dengan kerapatan 0,6 gcm
3
yang memenuhi standar pada nilai kuat pegang sekrup yang ditetapkan, yaitu diatas 40 kg.
Hasil analisis statistik sidik ragam pada selang kepercayaan 95 menunjukkan ukuran partikel serta interaksi ukuran partikel dengan perbedaan
kerapatan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kuat pegang sekrup. Hanya faktor perbedaan kerapatan yang memberikan pengaruh yang
nyata. Hasil analisis statistik disajikan pada Lampiran 8.
4.3 Sifat Akustik Panel Akustik Papan Partikel Bambu Betung
Suara yang dihasilkan mempunyai nada rendah atau tinggi bergantung pada frekuensi. Apabila gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan
kayu, maka sebagian dari energi akustiknya dipantulkan, diteruskan dan sebagian lagi diserap ke dalam masa kayu. Selanjutnya kayu bergetar dan suarabunyi
diperkuat, atau terjadi penyerapan total dan atau sebagian saja Tsoumis 1991. Pengujian sifat akustik dilakukan dengan pengukuran koefisien absorbsi dan
sound transmission loss.
4.3.1 Koefisien Absorbsi Suara
Koefisien absorbsi suara yaitu perbandingan antara energi suara yang diserap oleh bahan terhadap energi suara yang menuju permukaan bahan dengan
asumsi tidak ada energi suara yang ditransmisikan. Koefisien absorbsi suara menggambarkan suatu fraksi dari sumber energi suara agar material menyerap.
Untuk material-material arsitektur koefisien tersebut memberikan pengaruh acak terhadap suara. Nilai 0 menyatakan tidak adanya energi bunyisuara yang diserap
dan angka 1 menunjukkan serapan yang sempurna Callender 1974. Menurut
Sarwono 2008 bahwa suatu bahan absorber baik dalam menyerap suara jika nilai koefisien absorbsinya lebih dari 0,2. Nilai rata-rata koefisien absorbsi suara panel
akustik komposit tersaji pada Tabel 5 serta pada Gambar 26. Tabel 5. Nilai rata-rata koefisien absorbsi panel akustik papan partikel
bambu betung
Sifat Akustik Papan Komposit
Koefisien Absorbsi Kerapatan 0,4
Kerapatan 0,6 PH
PS PW
PH PS
PW
F re
ku ens
i H
z 100
0,26 0,26
0,23 0,24
0,25 0,23
125 0,57
0,63 0,6
0,68 0,69
0,89
160 0,34
0,4 0,34
0,33 0,35
0,3
200 0,61
0,7 0,64
0,62 0,61
0,6
250
0,15 0,18
0,13 0,12
0,13 0,15
315
0,23 0,22
0,27 0,11
0,15 0,18
400 0,15
0,24 0,16
0,12 0,14
0,2
500 0,22
0,18 0,26
0,16 0,19
0,24
630
0,3 0,24
0,37 0,2
0,18 0,31
800
0,08 0,08
0,34 0,33
0,26 0,47
1000 0,5
0,54 0,67
0,39 0,36
0,35
1250 0,51
0,67 0,8
0,64 0,67
0,47
1600
0,65 0,57
0,79 0,66
0,58 0,34
2000 0,73
0,69 0,88
0,69 0,52
0,4
2500 0,74
0,71 0,73
0,76 0,61
0,32
3150 0,88
0,96 0,63
0,77 0,65
0,31
4000 0,87
0,91 0,59
0,67 0,58
0,36 Keterangan: PH = Partikel Halus ; PS = Partikel Sedang ; PW = Partikel Wol.
Gambar 26 Histogram koefisien absorbsi suara panel akustik papan partikel bambu betung.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh informasi terdapat perbedaan kemampuan panel akustik dalam menyerap suara. Pada ketiga jenis ukuran
partikel panel akustik papan partikel partikel halus, partikel sedang dan partikel wol memiliki pola kesamaan dalam menyerap suara dari frekuensi rendah hingga
tinggi. Pada Gambar 26 dapat dilihat bahwa pada frekuensi rendah 100
– 250 Hz faktor ukuran partikel dan perbedaan kerapatan tidak mempengaruhi nilai
koefisien absorbsi. Seluruh papan memiliki nilai koefisien absorbsi terendah pada frekuensi sedang 250
– 800 Hz. Ketiga panel akustik papan partikel yang memiliki perbedaan ukuran partikel tersebut memiliki kemampuan yang baik
dalam menyerap suara yang terletak pada rentang frekuensi tinggi 800 Hz – 4000
Hz dengan nilai absorbsi berkisar antara 0,32 – 0,96 maka dapat dikatakan bahwa
panel-panel akustik papan partikel mampu sangat baik dalam menyerap suara pada frekuensi tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien absorbsi yang terus
meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi suara. Panel akustik papan partikel bambu betung yang memiliki target kerapatan
0,4 gcm
3
memiliki kemampuan absorbsi yang lebih baik daripada panel akustik dengan kerapatan 0,6 gcm
3
dimana dalam rentang frekuensi 1000 Hz – 4000 Hz
nilai rata – rata koefisien absorbsi untuk seluruh papan berkerapatan 0,4 gcm
3
yaitu 0,72 sedangkan seluruh papan berkerapatan 0,6 gcm
3
nilai rata – rata
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
K o
ef is
ien Abs
o rbs
i
Frekuensi Hz
Partikel Halus 0,4 Partikel Sedang 0,4
Partikel Wol 0,4 Partikel Halus 0,6
Partikel Sedang 0,6 Partikel Wol 0,6
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
koefisien absorbsinya 0,53. Hal ini diduga karena permukaan dari panel akustik papan partikel dengan kerapatan 0,4 gcm
3
memiliki kerapatan yang lebih rendah sehingga memiliki rongga-rongga yang lebih banyak. Semakin rendah kerapatan
panel akustik papan partikel yang dimiliki maka semakin banyak ronga-rongga udara yang terbentuk. Akibatnya kemampuan bahan dalam menyerap suara
semakin baik Simatupang 2007. Tabel 6. Nilai koefisien absorbsi beberapa jenis produk
Jenis Produk ketebalan
panel cm Kerapatan
panel gcm
3
Koefisien Absorbsi α
250 Hz 500 Hz
1000 Hz 2000 Hz
Glasswool
a
5 0,05
0,45 0,65
0,75 0,8
Rockwool
a
5 0,08
0,29 0,52
0,83 0,91
Komersial Yumen Board
b
1,5 0,5
0,17 0,12
0,27 -
Solid wood Maesopsis eminii Engll
b
1,5 0,5
0,23 0,11
0,28 -
Sumber : a. Asdrubali 2007 ; b. Martiandi 2010
Membandingkan dengan produk pada Tabel 6 diatas maka panel akustik papan partikel wol dengan kerapatan 0,4 gcm
3
dapat mencapai nilai koefisien absorbsi 0,88 atau mendekati nilai koefisien absorbsi produk glasswool pada
frekuensi yang sama. Seluruh panel akustik dalam penelitian memiliki nilai koefisien absorbsi yang lebih tinggi dibandingkan produk Yumen Board dan solid
wood pada frekuensi 500 dan 1000 Hz. Sementara itu untuk nilai koefisien absorbsi produk Rockwool masih lebih tinggi dibandingkan seluruh panel akustik
dalam penelitian pada frekuensi 250, 500, 1000 dan 2000 Hz.
4.3.2 Sound Transmission Loss
Rugi transmisi transmission loss suatu bahan partisi didefinisikan sebagai rasio logaritmik antara daya suara yang ditransmisikan oleh suatu bahan partisi
terhadap daya suara yang datang. Rugi transmisi dalam desibel umumnya digunakan sebagai salah satu parameter kemampuan suatu bahan dalam
mereduksi suara. Rentang dari rugi transmisi antara 0 dB untuk tanpa penghalang hingga batas praktis sebesar 70 dB atau lebih pada frekuensi tertentu untuk
konstruksi yang rumit Callender 1974. Hasil pengujian sound transmission loss STL dan sound transmission class
STC secara lengkap disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8, sedangkan nilai rata- ratanya disajikan masing-masing pada Gambar 27 dan 28.
Tabel 7. Nilai rata-rata STL panel akustik papan partikel bambu betung.
Keterangan: PH = Partikel Halus ; PS = Partikel Sedang ; PW = Partikel Wol.
Tabel 8. Nilai rata-rata STC panel akustik papan partikel bambu betung.
Sifat Akustik Panel Komposit
STC dB Kerapatan 0,4
Kerapatan 0,6 PH
PS PW
PH PS
PW
F re
ku ens
i H
z 125
-7 -9
-5 2
-1 4
160 -4
-6 -2
5 2
7
200 -1
-3 1
8 5
10
250 2
4 11
8 13
315
5 3
7 14
11 16
400 8
6 10
17 14
19
500 9
7 11
18 15
20
630 10
8 12
19 16
21
800
11 9
13 20
17 22
1000 12
10 14
21 18
23
1250 13
11 15
22 19
24
1600 13
11 15
22 19
24
2000
13 11
15 22
19 24
2500 13
11 15
22 19
24
3150 13
11 15
22 19
24
Nilai STC= 9
7 11
18 15
20 Keterangan: PH = Partikel Halus ; PS = Partikel Sedang ; PW = Partikel Wol.
Sifat Akustik Panel Komposit
STL dB Kerapatan 0,4
Kerapatan 0,6 PH
PS PW
PH PS
PW
F re
ku ens
i H
z 125
10 10
11 10
18 11
160 4
5 12
10 14
13
200
2 2
2 5
5 11
250 3
6 11
7 11
315 6
3 6
15 9
13
400
5 3
7 15
10 14
500
8 5
11 14
12 18
630 6
4 10
14 12
17
800 8
6 10
17 14
19
1000
8 7
10 18
15 21
1250
9 7
10 19
15 21
1600 10
8 11
19 16
22
2000 12
10 10
22 19
25
2500
12 11
11 22
20 26
3150 14
12 13
23 21
27
Gambar 27 Histogram sound transmission loss dB panel akustik papan partikel bambu betung
Berdasarkan hasil pengujian transmission loss TL, panel akustik papan partikel bambu betung dengan kerapatan 0,4 gcm
3
memiliki nilai STL yang lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel berkerapatan 0,6 gcm
3
. Hal ini berkaitan dengan kekompakan papan partikel dimana sesuai dengan pernyataan
Bucur 2006 dimana semakin kompak suatu papan maka semakin tinggi nilai transmission loss. Sedangkan untuk panel akustik papan partikel dengan
kerapatan 0,6 gcm
3
terutama panel akustik partikel wol memiliki nilai yang cukup tinggi diantara jenis panel akustik lainnya akan tetapi panel tersebut masih
lemah pada frekuensi rendah sehingga suara juga dapat dengan mudah ditransmisikan ke sisi lainnya.
Gambar 28 Histogram sound transmission class dB panel akustik papan partikel bambu betung.
5 10
15 20
25 30
ST L
dB
Frekuensi Hz
Partikel Halus 0,4 Partikel Sedang 0,4
Partikel Wol 0,4 Partikel Halus 0,6
Partikel Sedang 0,6 Partikel Wol 0,6
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
-15 -10
-5 5
10 15
20 25
30
ST C
dB
Frekuensi Hz
Partikel Halus 0,4 Partikel Sedang 0,4
Partikel Wol 0,4 Partikel Halus 0,6
Partikel Sedang 0,6 Partikel Wol 0,6
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
gcm
3
Untuk menentukan harga sound transmission class STC dari suatu bahan, histogram hasil pengukuran TL dibandingkan dengan kurva
– kurva STC standar, kemudian dicari kurva STC yang terdekat. Kurva STC standar terdiri dari nilai-
nilai TL referensi untuk setiap frekuensi ASTM E 413:2004 . Kemudian didapatkan nilai STC rata-rata panel akustik komposit berkisar antara 7
–20. Nilai STC terendah STC-7 terdapat pada panel akustik partikel sedang dengan
target kerapatan 0,4 gcm
3
, sedangkan nilai STC panel akustik tertinggi STC-20 terdapat pada panel akustik partikel wol dengan target kerapatan 0,6 gcm
3
. Jika dibandingkan dengan nilai deskripsi dari STC semua panel akustik dapat
dikatakan sangat jelek karena suara pelan dapat terdengar. Berdasarkan Gambar 28, dapat dilihat bahwa semakin tinggi kerapatan
suatu panel maka semakin tinggi nilai STC yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Callender 1974 bahwa nilai STC dipengaruhi oleh ukuran panel
yang diuji, berat dan kekakuan panel akustik, kepadatan dan kerapatan panel akustik karena semakin padat dan rapat struktur panel tersebut akan meningkatkan
nilai STC. Untuk pengaruh ukuran partikel, berdasarkan nilai STC yang diperoleh, partikel wol memiliki nilai STC tertinggi dan partikel sedang memiliki nilai STC
terendah. Hal ini diduga karena pengaruh banyaknya rongga-rongga udara pada papan
yang menyebabkan banyaknya suara yang lolos atau diteruskan melewati panel akustik tersebut. Untuk mendapatkan suatu panel akustik yang memiliki nilai STC
yang besar maka panel tersebut harus memiliki massa bahan yang tinggi dan struktur penyusun harus kompak, dan cenderung tidak ada rongga. Rongga-
rongga udara tersebut membuat kerapatan atau kepadatan panel menjadi rendah sehingga dapat mengurangi nilai MOE maka nilai MOE yang rendah dapat
menurunkan nilai STC. Nilai STC dari seluruh jenis panel akustik yang dihasilkan masuk dalam kategori nilai deskripsi dari STC 25 yaitu sangat jelek
atau suara pelan dapat terdengar menurut deskripsi nilai STC dari bpanel.com Bpanelcom 2009.
4.4 Pengaruh Ukuran Partikel dan Perbedaan Kerapatan Terhadap Sifat Akustik Panel Akustik Papan Partikel Bambu Betung
Mengacu pada hasil penelitian maka ukuran partikel memberikan pengaruh pada sifat fisis pengembangan tebal thickness swelling dimana semakin besar
partikel maka semakin tinggi tingkat pengembangan tebal papan. Sementara itu pada sifat mekanis, ukuran partikel dan perbedaan kerapatan memberikan
pengaruh terhadap nilai MOE, MOR, kuat rekat internal dan kuat pegang sekrup. Ukuran partikel memberikan pengaruh meningkatkan nilai MOE, MOR dan kuat
pegang sekrup. Sebaliknya untuk nilai kuat rekat internal ukuran partikel menurunkan nilai kuat rekat internal.
Perbedaan kerapatan papan berpengaruh terhadap daya serap air serta terhadap sifat mekanis papan partikel bambu betung. Semakin tinggi kerapatan
papan maka semakin rendah daya serap air papan. Sementara itu semakin tinggi kerapatan papan maka semakin tinggi sifat mekanis lentur MOE dan MOR,
kuat rekat internal dan kuat pegang sekrup. Pada hasil pengujian nilai sound transmission class STC terjadi
perbedaan hasil yang cukup signifikan antara panel dengan ukuran partikel yang berbeda. Hal tersebut terlihat bahwa panel akustik papan partikel wol
menghasilkan nilai STC yang terbaik dibandingkan dengan panel akustik papan partikel halus dan sedang. Sedangkan pada pengujian koefisien absorbsi suara,
perbedaan ukuran partikel tidak terlalu menghasilkan perbedaan yang nyata dimana terlihat pada histogram koefisien absorbsi panel akustik papan partikel
Gambar 26 bahwa nilai rata – rata yang dihasilkan masing – masing panel
dengan ukuran partikel yang berbeda tidak terlalu jauh berbeda pada frekuensi 100
– 800 Hz, berbeda dengan hasil pada frekuensi 1000 – 4000 Hz dimana terjadi perbedaan nilai rata
– rata koefisien absorbsi diantara masing – masing ukuran partikel. Nilai koefisien absorbsi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
perbedaan kerapatan dimana semakin rendah kerapatan papan maka nilai koefisien absorbsinya akan semakin baik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN