2. Pihak penerima barang atau disebut dengan consignee dalam
perjanjian pengangkutan penerima barang mungkin pengirim sendiri mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Pihak
penerima barang ini dalam hukum perjanjian pengangkutan di laut telah ditentukan, bahwa siapa yang namanya tertulis didalam
konosemen kepada siapa barang-barang yang diangkut itu harus diserahkan oleh si pengangkut, itulah yang disebut sebagai
penerima atau consignee. Penerima barang tersebut dapat disebutkan namanya op naam, dapat juga disebutkan sebagai
pihak yang ditunjuk oleh pengirim maupun orang ketiga aan order, atau juga disebut sebagai pembawa aan toonder, baik
dengan maupun tanpa menyebutkan nama seseorang tertentu disampingnya Pasal 506 KUH Dagang,dan
3. Barangnya itu sendiri.
32
C. PERAN KEPABEANAN SEBAGAI PENGAWAS ATAS LALU-
LINTAS KELUAR-MASUK BARANG EKSPOR DAN IMPOR DAERAH KEPABEANAN
Adanya keraguan akan peran dan tujuan kepabean disebabkan manajemen kepabeanan belum mencapai visi yang tunggal, jelas dan
partisipasinya kepada masyarakat umum. Oleh karena itu manajemen kepabeanan belum mampu melaksanakan komunikasi tentang visinya kepada seluruh petugas
32
Wiwoho Soedjono, hukum perkapalan dan pengangkutan laut, PT.Bina Aksara, jakarta, 1982, Hlm. 126-129.
Universitas Sumatera Utara
Bea dan Cukai yang dipimpinnya. Hal ini disebabkan ketidakmampuan untuk mendapatkan pesan yang tepat yang harus disampaikan kepada para petugas
pabeanan, terutama mereka yang bertugas di bidang operasional. Defenisi mengenai peran kepabeanan penekanannya lebih jelas diperlukan agar tidak
terjadi salah pengertian, persepsi, dan pelaksanaan ketentuan perundang-undangan dan peraturan kepabeanan dapat dihindari. Hal ini disebabkan pabeanan
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam lalu-lintas orang dan barang serta sebagai mata rantai transakasi komersial dan perdagangan. Pabean saat ini
mempunyai peluang untuk menyediakan pelayanan ketingkat yang lebih berbudaya kepada masyarakat dan pemerintah, dengan merubah budaya dan etos
manajemen. Tidak hanya menyampaikan kebijakan tetapi juga memberikan kontribusi efektif yang difokuskan kepada sasaran inti bisnis core of bussines,
fleksibel dalam menggunakan sumber-sumber yang ada, mengurangi biaya, peningkatan kompetensi, ketrampilan dan pelatihan staf yang lebih baik. Upaya-
upaya tersebut harus disertai dengan penyederhanaan struktur manajemen kepabeanan, sehingga tercipta transparansi dalam kebijakan dan keputusan yang
diambil, dengan demikian kepabeanan akan lebih siap untuk menghadapi era globalisasi dengan perdagangan bebas dan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean
merupakan tuntutan dari masyarakat baik di dalam negeri maupun masyarakat internasional, terutama para investor, World Bank, dan World Trade
Organization. Rancangan perubahan Undang-undang kepabean sudah disusun
Universitas Sumatera Utara
beberapa tahun sebelum lahirnya Undang-undang yang baru, hingga akhirnya pada bulan November tahun 2006, rancangan Undang-undang itu disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. Selanjutnya pada 15 November tahun 2006 disahkan dan diundangkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean. Situasi, kondisi, dan pola pikir yang sudah berkembang kearah globalisasi, praktek-
praktek perdagangan internasional dan persaingan bebas, semakin terasa seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, sehingga dunia
semakin terbuka dan transparan dan dokumen pun tanpa kertas.
Perubahan suatu Undang-undang ini wajar, terutama yang berkaitan dengan hukum publik, karena selain masyarakat selalu berubah, tuntutan
masyarakat atas terselenggaranya pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan pelayanan yang baik akan memberikan kemudahan dalam kegiatan usaha,
investasi, dan lainnya. Sedangkan pengawasan dan penegakan hukum harus ditingkatkan dan merupakan dua hal yang akan membawa perubahan di bidang
kepabean saat ini. Kedua hal tersebut akan menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha bagi para pelaku bisnis.
33
Maka dengan terbitnya Undang-undang yang baru ini diharapkan lebih dapat memberikan penegasan akan pasal-pasal yang terdahulu untuk menjadi
lebih jelas terdapat 101 perubahan penambahan dan sisipan pasal-pasal, sehingga tidak lagi terjadi banyak penafsiran dan mempunyai kecenderungan
kerugian penerimaan negara. Perubahan Undang-undang ini menjadi permulaan
33
Ali Purwito.M., Reformasi Kepabean Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 pengganti Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabean, Graha Ilmu, Jakarta, 2007,
Hlm. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
dari era baru kepabeanan tahap kedua dimulai. Sebagai pengawas lalu-lintas keluar masuk barang yang tidak lepas dari pengangkutan barang, ekspor dan
impor, kepabeanan berperan penting dan dengan lahirnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tersebut terdapat beberapa perubahan mengenai aturan hukum
terhadap pengangkutan, dan ekspor-impor. Penggabungan pengangkutan dengan ekspor-impor ini merupakan pola pemikiran dari pembentuk Undang-undang ,
dimana ketiga hal tersebut saling kait-mengkait dalam sistem pengawasan yang dilakukan oleh kepabeanan.
Dalam pengetahuan ekspor-impor, hal-hal yang sangat erat berkaitan antara lain adalah pengangkutan baik laut, darat, maupun udara, cara
penyerahan, asuransi, dan biaya penanganan di pelabuhan. Selain pengawasan, hal termaksud juga dalam hubungan dengan penghitungan atas Bea masuk dan Pajak
yang menjadi hak negara di bidang penerimaan. Dalam hal ini tugas pabeanan adalah mengawasi cara, saat, mekanisme
pemindahan barang yang dibawa oleh sarana pengangkut terutama sejak barang diangkut dengan sarana pengangkut yang datang maupun berangkat keluar dari
daerah pabean.
34
Dalam hal kegiatan di pabeanan ini, yang berperan sebagai pihak yang bertugas dalam kegiatan pemeriksaan, laporan keuangan, buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan pihak
kepabeanan, dan atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan
34
Ibid, Hlm. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan di pihak kepabeanan adalah pihak bagian Audit Kepabeanan. Berdasarkan keterangan diatas maka Secara umum Bea dan Cukai
Indonesia ini adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting dari negara dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk :
1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya; 2. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak
sehat dengan industri sejenis dari luar negeri; 3. Memberantas penyelundupan;
4. Melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-batas negara;
5. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara;
Dalam kaitannya terhadap arus ekspor dan impor barang, dimana kepabeanan berfungsi dalam pengawasan atas lalu lintas barang, baik yang dibawa
atau yang dimasukkan kedari luar negeri atau yang biasa disebut dengan ekspor- impor. maka sebelum lebih jauh membahas mengenai kepabeanan dan hal-hal lain
terkait dengan INSW tersebut, sebelumnya akan dijelaskan lebih dahulu mengenai Ekspor dan Impor.
Ekspor : Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean
35
35
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 14.
sebagai pengangkutan barang dalam jumlah tertentu dari satu negara ke negara lain baik untuk diperdagangkan
maupun tidak untuk diperdagangkan, dengan memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kewajiban kepabeanan yang telah ditentukan. Pengangkutan barang tersebut dapat dilakukan melalui udara, laut maupun
darat, dan melintasi batas-batas negara, dengan dilengkapi oleh dokumen-dokumen ekspor. Di sebagian besar negara, ekspor
atas barang-barang tertentu dapat dikenakan pajak ekspor atau bea keluar. Pertimbangan atas barang tertentu didasarkan atas
perlindungan flora dan fauna, cagar budaya, dan kepentingan nasional.Kegiatan ekspor di beberapa negara mendapatkan
fasilitas yang bertujuan untuk mendapatkan devisamemperkuat cadangan devisa atau meningkatkan daya
saing produk dalam negeri di pasar internasional.
36
Impor : Impor merupakan kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean
37
baik yang dilakukan oleh orang pribadi maupun badan hukum. Dianggap sebagai impor apabila barang
yang dibawa oleh sarana pengangkut telah melintasi batas negara dan kepadanya diwajibkan memenuhi kewajiban
pabean dan saat pembayaran pabean masuk yang terutang. Impor barang dari luar daerah pabean dapat dirinci sebagai di
bawah ini
38
2. Impor Barang Penumpang :
1. Diimpor untuk Dipakai
36
Ali Purwito.M., Op.Cit. Hlm. 176
37
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 13.
38
Ali Purwito.M., Op.Cit, Hlm. 112-176
Universitas Sumatera Utara
3. Impor Barang Pelintas Batas 4. Impor Barang Yang Dikirim Melalui Pos
5. Barang Yang Dikirim Melalui Jasa Titipan 6. Impor Dengan Fasilitas
7. Kemudahan Lain. Dalam kegiatan ekspor dan impor tersebut sangatlah diperlukan suatu
kelancaran atau kemudahn-kemudahan dalam proses kegiatan ekspor dan impor tersebut. Kepabeanan sebagai pengawas atas lalu-lintas arus barang ekspor dan
impor selama ini sangatlah diharapka dapat mempermudah proses kegiatan ekspor dan impor tersebut.
Hingga akhirnya muncul kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan, khususnya dengan lahirnya suatu sistem baru yaitu penerapan sistem INSW yang
didorong untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan kinerja pelayanan ekspor-impor tersebut, serta sebagai wujud nyata komitmen Indonesia untuk
menjalankan kesepakatan di tingkat Regional ASEAN, maka jelas ini telah menunjukkan kesungguhan Bea dan Cukai untuk benar-benar serius dalam
melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.
Maka sebelum lebih jauh penulis membahas mengenai Kepabeanan beserta penerapan sistem INSW dalam Bab selanjutnya, terlebih dahulu penulis
akan membahas mengenai sejarah Bea dan Cukai di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
I. Sejarah Singkat Hukum Kepabeanan dan Cukai di Indonesia
Pada tanggal 12 September 1947 Committee for European Economic Co- operation mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh 13 tiga belas negara. Hasil
dari pertemuan tersebut adalah terbentuknya European Customs Union dengan berdasarkan prinsip GATT. Organisasi tersebut mempunyai kantor pusat di
Brussel, Belgia dan memiliki 2 Committee, yaitu :
39
1. Economic Committee: Organization for Economic Co-operation
and Development. 2.
Customs Committee: Customs Co-operation Council CCC yang dibentuk pada tanggal 15 Desember 1950.
Pada tanggal 26 Januari 1953 diselenggarakan pembukaan atau Inaugural Session of CCC oleh 17 negara. Kemudian, pada tanggal 26 Januari 1983
ditetapkan Hari Kepabeanan Internasional International Customs Day. Pada tanggal 15 April 1994 setelah melalui beberapa putaran GATT,
akhirnya tercapai Final Act Uruguay Round di Marakesh, Maroko, yang menandakan terbentuknya Organisasi Perdagangan Dunia World Trade
Organization. Hal ini berdampak pula pada organisasi CCC yang kemudian merubah namanya menjadi WCO World Customs Organization.
40
Di Indonesia, institusi kepabeanan telah ada sejak jaman Hindia Belanda, masa kemerdekaan kemudian masa pembangunan hingga saat ini. Institusi
39
Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, “Sekilas
WTO,” www.deplu.go.id
, diunduh 31 Agustus 2010.
40
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kepabeanan Indonesia mengalami perubahan-perubahan seiring dengan tuntutan masyarakat luas terhadap kinerjanya.
Hukum Kepabeanan atau Douane Bahasa Perancis atau Customs Bahasa Inggris yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan UUK yang diamandemen dengan diberlakukannya UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Sejak Indonesia merdeka, Undang-undang tentang kepabeanan
memerlukan waktu yang cukup lama untuk proses pembentukannya sehingga berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi: “Segala Badan Negara dan Peraturan yang masih ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”
41
Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan kepabeanan, Indonesia masih menggunakan peraturan kepabeanan peninggalan Belanda yaitu UU Tarif
IndonesiaIndische Tarriefwet Staatsblad 1873 Nomor 351, Ordonansi BeaBepalingen Op De Heffing En Verzekering Der In En Uitvoerregten
Staatsblad 1882 Nomor 240 dan Ordonasi TarifTarief Ordonnantie Staatsblad 1910 Nomor 628 jo Staatsblad 1934 Nomor 471
, maka ketentuan-ketentuan kepabeanan peninggalan kolonial Belanda tetap
berlaku.
42
41
Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, “Sekilas
WTO”, www.deplu.go.id, Op.Cit.
42
Ibid
. Seiring perjalanan waktu, kedua aturan tadi dinilai tidak efektif dan efisien karena begitu rumitnya proses
Universitas Sumatera Utara
birokrasi yang ujung-ujungnya menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Selain itu, peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan tersebut bersifat parsial dan
tidak didasari oleh Falsafah Pancasila.
43
43
“ Perjalanan Waktu Undang-Undang Kepabeanan di Indonesia”, warta Bea-Cukai
edisi 378 Februari 2007,
Melihat kepada sejarah, pemungutan bea masuk dan bea keluar di Indonesia dimulai sejak 1 Oktober 1620 pada saat aparat Bea dan Cukai yang
dikenal pada saat itu dengan nama Douane, dibawah kekuasaan J.P.Z. Coen mulai memungut bea masuk dan keluar. Peraturan yang menyangkut pemungutan bea
masuk dan bea keluar ditempelkan di tempat-tempat yang dianggap dapat dibaca umum. Pada tahun 1818 dengan Staatsblad 1818 Nomor 58 Pemerintah Belanda
mulai memberlakukan Tarif Kolonial di Jawa dan Madura atas semua barang yang dimasukkan dan dikeluarkan.
Regerings Reglement Tahun 1854 Pasal 129 menetapkan, bahwa tarif bea masuk dan bea keluar dan pengangkutan terus harus ditetapkan dengan Undang-
undang, maka pada tahun 1865 Tarif Kolonial diganti dengan Undang-Undang Tarif Tahun 1865 Staatsblad 1865 Nomor 99, yang kemudian diganti lagi dengan
Undang-Undang Tarif Staatsblad 1873 Nomor 351. Pasal 183 Indische Staatsregeling menyatakan:
“Tarif bea masuk, bea keluar, dan bea pengangkutan terus Doorvoer ditetapkan dengan undang-undang. Kalau perlu Gubernur Jenderal dapat
mengubah tarif-tarif itu, perubahan mana harus dikuatkan dengan undang-undang,”
www.scribd.com , diunduh pada 19 september 2010.
Universitas Sumatera Utara
maka pada tahun 1909, Undang-undang Tarif diubah kembali dan diberi nama Indische Tariefwet.
Perkembangan politik yang tidak memungkinkan terciptanya Undang- undang kepabeanan produk bangsa sendiri, maka produk kolonial Belanda tetap
berlaku dengan beberapa perubahan yang bersifat parsial sesuai dengan perkembangan ekonomi dan politik. Perubahan pertama pada tahun 1949, yaitu
bea keluar berdasarkan Pasal 4 Undang-undang Tarif Indonesia dicabut dengan Ordonansi Bea Keluar Umum 1949 Staatsblad Nomor 39. Berdasarkan Keputusan
Dewan Moneter tanggal 18 Juli 1957 Nomor 30, Ordonansi Bea Keluar Umum 1949 juga dicabut.
Perubahan berikutnya adalah penambahan Pasal 3 ayat 2 sub d Undang- Undang Tarif Indonesia tentang pembebasan bea masuk atas barang pindahan
yang sudah dipakai. Pada tahun 1952 penambahan Pasal 3 ayat 2 sub e tentang pembebasan
bea masuk atas barang-barang yang dikirim sebagai hadiah untuk tujuan kesejahteraan rohani penduduk, maksud amal umum, dan kebudayaan.
Kelesuan ekonomi dengan turunnya harga minyak dan gas bumi di pasaran internasional sekitar 1980-an, memaksa pemerintah mencari jalan untuk
menyelamatkan perekonomian nasional. Kebijaksanaan yang diadakan adalah melakukan deregulasi dan debirokratisasi untuk menunjang kegiatan ekspor non-
migas. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi yang terkait erat dengan kegiatan ekspor dan impor dan dianggap sebagai salah satu penyebab
Universitas Sumatera Utara
timbulnya biaya ekonomi tinggi sehingga deregulasi dan debirokratisasi terhadap Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus dilakukan.
Atas dasar pemikiran tersebut pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 1985, yang menangguhkan sebagian besar ordonansi-ordonansi
kepabeanan yang berlaku dan memangkas kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam mengawasi lalu-lintas ekspor impor. Dampak dari Inpres Nomor
4 Tahun 1985 tanggal 11 April 1985 adalah bergesernya tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari fungsi fiskal menjadi fungsi pengawasan
dan pelayanan untuk mendorong kelancaran arus barang. Ketika itu terjadi permasalahan hukum, bahwa dari perspektif yuridis
formal Inpres Nomor 4 Tahun 1985 telah menyimpang dari hierarki peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia menurut TAP MPRS Nomor
XXMPRS1966, karena Inpres Nomor 4 Tahun 1985 yang di tindak-lanjuti dengan Keppres Nomor 45 Tahun 1985 tanggal 11 April 1985 telah
menangguhkan beberapa ketentuan Ordonansi Kepabeanan. Perkembangan selanjutnya kerja sama ekonomi antar-negara dalam bentuk
regional tertentu AFTA, NAFTA, APEC maupun global GATT, G7 menyebabkan banyak negara juga harus menyesuaikan hukum nasionalnya
termasuk Indonesia terhadap persetujuan atau perjanjian internasional tersebut khususnya hukum tentang kepabeanan yang terkait langsung dengan pengaturan
lalu-lintas keluar masuk barang. Oleh karena itu, langkah-langkah pembaharuan regulasi berupa pengamanan keuangan negara, kemudahan administrasi, dan
Universitas Sumatera Utara
kepastian hukum serta antisipasi terhadap praktik penyelenggaraan kegiatan perdagangan internasional, sudah merupakan suatu kebutuhan mendesak.
Deklarasi Bogor yang disepakati oleh negara-negara anggota APEC dan negara peninjau KTT APEC di Bogor tahun 1995 telah berpengaruh terhadap
peranan DJBC. Peran DJBC di masa datang dalam melancarkan perdagangan internasional sangat tergantung kepada rumusan dan pelaksanaan “trade
facilitation programs” dan pengurangan minimalisasi intervensi DJBC dalam perdagangan internasional, sedangkan peranannya dalam pendapatan negara
sangat tergantung pada besarnya tingkat penurunan tarif bea masuk dan peningkatan volume dan nilai impor sebagai hasil dari lebih lancarnya
perdagangan sejalan dengan program liberalisasi perdagangan internasional
44
Salah satu hal terbaru yang diatur dalam UU No. 101995 yang tidak terdapat dalam Ordonasi Bea dan Undang-Undang Tarif adalah tentang adanya
Lembaga Banding yang merupakan adaptasi dari Undang-Undang Pajak sebagai sarana untuk penyelesaian kepabeanan yang terjadi akibat adanya keputusan
pabean yang tidak dapat diterima oleh importir atau eksportir. .
Dalam hal ini pemerintah pada tanggal 30 Desember 1995 menetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 yang menjunjung tinggi hak warga
negara dan menempatkan kewajiban kepabeanan sebagai peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 10 ini berlaku
efektif mulai 1 April 1997, yang meningkatkan peranan instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam pelaksanaannya.
44
Direktorat Bea dan Cukai, “DJBC Pasca Uruguay Round dan Deklarasi Bogor”, www.beacukai.go.id
, diunduh pada 3 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini Keputusan Lembaga Banding dianggap final dalam tingkat administrasi. Artinya keputusan majelis tidak dapat diajukan lagi kepada institusi
institusi administrasi yang lebih tinggi. Namun mengingat Lembaga Banding bukan merupakan lembaga peradilan, maka keputusan masih dapat diajukan ke
Peradilan Tata Usaha Negara.
45
Hal-hal baru yang terdapat di UU No. 172006, yaitu : Seiring berkembangnya zaman, UUK dinilai mempunyai beberapa
kelemahan. Oleh karena itu, sebagai upaya mengantisipasi perubahan tersebut adalah dengan mengamandemen UUK dengan memberlakukan UU Nomor 17
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
46
1 Pengawasan bea keluar atas ekspor barang dengan kriteria tertentu;
2 Pengawasan pengangkutan barang tertentu yang diangkut melalui laut di
dalam daerah pabean; 3
Registrasi kepabeanan; 4
Perubahan data dalam pemberitahuan pabean akibat kekhilafan yang nyata; 5
Pengaturan mengenai data elektronik sebagai alat bukti yag sah; 6
Jangka waktu impor sementara; 7
Bea masuk tindak pengamanan safeguard tariff; 8
Penindakan oleh pejabat bea dan cukai atas barang yang diduga terkait dengan tindakan terorisme danatau kejahatan lintas negara;
9 Pemeriksaan jabatan;
45
“Perjalanan Waktu UU Kepabeanan di Indonesia “, Warta Bea-Cukai edisi 378 Februari 2007, Op.cit
46
Ibid
Universitas Sumatera Utara
10 Pembetulan atau penghapusan sanksi administrasi oleh direktur jenderal;
11 Keberatan selain tarif dan nilai pabean;
12 Kode etik;
13 Sanksi kepada pejabat bea dan cukai apabila pejabat salah menghitung atau
menetapkan bea masuk atau bea tidak keluar sesuai dengan UU ini sehingga mengakibatkan belum terpenuhinya pungutan negara;
14 Kewenangan Dirjen Bea Cukai untuk mengawasi barang dalam free trade
zone. Selain itu, terdapat kewenangan Dirjen Bea Cukai yang ditambahkan, yaitu :
47
1 Kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengangkutan barang
tertentu di dalam daerah pabean; 2
Kewenangan direktur jenderal untuk membuat keputusan keberatan selain tarif danatau nilai pabean;
3 Kewenangan pejabat bea cukai untuk mencegah barang yang diduga terkait
dengan terorisme dan kejahatan lintas negara; 4
Kewenangan khusus direktur jenderal untuk melakukan pembetulan, pengurangan atau penghapusan denda administrasi dan surat tagihan bea
masuk; 5
Kewenangan untuk melakukan penyegelan oleh pejabat dalam rangka audit di bidang kepabeanan;
6 Pemeriksaan jabatan ex officio berdasarkan dugaan bahwa telah atau akan
terjadi suatu pelanggaran kepabeanan.
47
Ibid
Universitas Sumatera Utara
II. Pengertian-Pengertian
UUK memberi pengertian mengenai kepabeanan sebagai berikut :
48
Kepabeanan mempunyai fungsi sebagai pengawas di satu pihak dan pelayanan di lain pihak dalam lalu lintas barang yang keluar atau masuk ke atau
keluar daerah pabean. Sebagai tambahan adalah tugas yang dititipkan oleh instansi-instansi teknik, berupa peraturan mengenai pembatasan dan larangan serta
tata niaga. Sebaliknya pabean dalam hal ini menteri keuangan dibebankan memberi insentif bagi pengguna jasa dengan cara memberikan pembebasan atau
keringanan pajak lalu lintas barang. Dua hal yang sangat kontradiktif antara tugas pengawasan dan pemberian fasilitas. Pemberian fasilitas ini juga mengandung
banyak risiko, misalnya dalam fasilitas ekspor yang di salah gunakan menjadi “adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu
lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.”
Dari pengertian tersebut, faktor terpenting dalam pelaksanaan tugas-tugas pabean adalah pengawasan dan pemungutan bea masuk. Peraturan di bidang
kepabeanan diatur sesuai dengan standar pabean internasional, sehingga pengertian Undang-Undang kepabeanan diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan impor, ekspor, dan pergerakan atau penimbunan barang, di mana administrasi dan penegakan hukumnya dibebankan kepada pabean. Semua
peraturan yang dibuat pabean sesuai apa yang terjadi dalam kegiatan perdagangan internasional, dengan wewenang seperti yang diatur dalam Undang-Undang.
48
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 1
Universitas Sumatera Utara
ekspor fiktif, atau fasilitas impor gula, beras telah terjadi banyak penyimpangan, sehingga dalam penentuan tingkat risiko kedua bahan kebutuhan dimaksud
dikenakan pengawasan yang ketat dan dikategorikan komoditi berisiko tinggi. Manajemen risiko juga digunakan untuk tujuan pengawasan perdagangan,
transportasi. Terbagi atas komoditi yang dikategorikan berisiko tinggi, menengah, atau rendah tergantung dari jenis, tingkat, dan cara perdagangannya.
49
Berbagai perubahan lingkungan strategis di tingkat nasional, regional dan global yang ditandai dengan semakin meningkatnya volume dan intensitas
kegiatan perdagangan internasional, serta terjadinya perkembangan yang sangat cepat di bidang ICT Information and Communication Technology, berpengaruh
kepada semakin meningkatnya tuntutan masyarakat, terutama masyarakat usaha, perdagangan dan industri terhadap kelancaran dan kecepatan arus barang ekspor
dan impor. Dalam era globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan seperti sekarang ini, ketergantungan setiap negara terhadap aktifitas perdagangan
internasional dan lalu-lintas barang ekspor-impor akan semakin tinggi, dimana negara-negara maju maupun negara-negara berkembang akan saling
membutuhkan satu sama lain, baik sebagai pasar terhadap produk mereka maupun sebagai penghasil bahan baku industri mereka. Hal ini akan menyebabkan tingkat
persaingan global semakin ketat, sehingga setiap negara secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam satu komunitas regional, perlu segera mengambil
III. Latar Belakang Lahirnya INSW Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
10 Tahun 2008.
49
Ali Purwito M, Op.Cit, Hlm.15-16
Universitas Sumatera Utara
langkah-langkah serius untuk menangani masalah kelancaran lalu-lintas barang ekspor-impor. Dalam kondisi seperti ini, melalui berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan, pemerintah berupaya sekuat tenaga untuk dapat mendorong kelancaran dan kecepatan arus barang ekspor-impor, sehingga diharapkan akan mampu
menggerakkan perekonomian nasional, meningkatkan daya saing nasional dan merangsang masuknya investasi.
Pembangunan sistem Single Window, baik yang untuk kepentingan nasional NSW maupun dalam rangka integrasi dan bergabung di lingkungan
regional ASEAN ASW, dilatar belakangi oleh adanya kesepakatan para Pemimpin negara anggota ASEAN yang dikenal dengan Declaration of ASEAN
Concord II Bali Concord II tahun 1993 yang ditandatangani oleh seluruh Pemimpin Negara-negara ASEAN mengenai visi integrasi ekonomi untuk
membentuk “ASEAN Economic Community” pada tahun 2020 yang dipercepat menjadi 2015.
50
Untuk dapat segera mewujudkan komitmen tersebut, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membentuk Tim Persiapan NSW
melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 22M.EKON032006 tentang Pembentukan Tim Persiapan NSW. Pelaksanaan
tugas Tim Persiapan NSW ini dilakukan dibawah koordinasi Tim Keppres Nomor 54 Tahun 2002 juncto Keppres Nomor 24 Tahun 2005 tentang Peningkatan
50
Tim Persiapan National Single Window NSW Republik Indonesia, Penerapan Sistem National Single Window Menuju Otomasi Sistem Pelayanan yang Terintegrasi Untuk Mewujudkan
Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor, http:www.insw.go.id
diunduh pada 21 Mei 2010. Op. Cit. Bag.i
Universitas Sumatera Utara
Kelancaran Arus Barang Impor dan Ekspor yang diketuai oleh Menko Perekonomian dengan Ketua Pelaksana Harian adalah Menteri Perhubungan.
Pemerintah menegaskan kembali target pembangunan sistem Single Window tersebut sebagaimana tertuang dalam program kegiatan yang digariskan
dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi yang diperbaharui dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007
tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM, dimana untuk kebijakan percepatan arus barang maka salah satu
tindakannya adalah persiapan penerapan NSW di Indonesia.
51
1 Single Submission of data and information;
Sesuai dengan Agreement to Establish and Implement The ASEAN Single Window ASW dan sebagaimana dijelaskan pada Protocol to Establish and
Implement The ASEAN Single Window ASW, pengertian dari NSW adalah suatu sistem yang memungkinkan :
2 Single and Synchronous processing of data and information;and
3 Single Decision-making for customs release and clearance of
cargoes. “A single decision-making shall be uniformly interpreted as a single point
of decision for the releaseclearance of cargoes by the Customs on the basis of decisions, if required, taken by line ministries and agencies and
communicated in a timely manner to the Customs...” Pengambilan setiap keputusan tunggal seharusnya di interpretasikan secara seragam sebagai
51
Ibid
Universitas Sumatera Utara
suatu poin tunggal dari keputusan untuk melepaskan dari muatan-muatan oleh Kepabeanan sebagai dasar suatu keputusan, jika diwajibkan, diambil
oleh bagian kementerian dan perwakilan serta nantinya disampaikan dalam waktu yang tepat kepada Kepabeanan.
ASEAN Single Window ASW adalah suatu environment dimana sistem NSW dari negara anggota ASEAN dioperasikan dan diintegrasikan, sehingga
akan mampu meningkatkan kinerja penanganan atas kegiatan perdagangan dan lalu lintas barang, terutama mendorong percepatan proses customs clearance.
52
1. Mengatur penggunaan sistem elektronik dalam penangan dokumen
kepabean dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor danatau impor dalam kerangka INSW.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam rangka mewujudkan sistem NSW di indonesia, maka Presiden pun mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2008. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tersebut bertujuan untuk beberapa hal, yaitu :
2. Untuk untuk memberikan kepastian hukum dalam rangka penangan
dokumen kepabean dan perizinan yang dilaksanakan melalui sistem elektronik berkaitan dengan kegiatan ekspor dan atau impor,
3. Melindungi penanganan dokumen kepabean dan perizinan yang berkaitan
dengan kegiatan ekspordan atau impor dari penyalahgunaan sistem, 4.
Memberikan pedoman bagi pembangunan dan penerapan sistem INSW.
53
52
Blue Print Tim Persiapan National Single Window, Jakarta, agustus 2007, Hlm.3
53
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window, Pasal 2 ayat 1 dan ayat
2
Universitas Sumatera Utara
a. Pengertian dan Kedudukan Sistem INSW
Diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008, INSW merupakan Sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu
penyampaian data dan informasi secara tunggal single submission of data and information, pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron single
and synchronous processing of data and information, dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang single
decision making for customs clearance and release of cargoes.
54
Penerapan Sistem NSW di Indonesia dilakukan melalui pengoperasian Portal INSW, yang dapat diakses melalui halaman utama homepage dari situs
resmi NSW yang mempunyai nama domain atau alamat website web-address di http:www.insw.go.id
.
Pengertian umum Portal INSW yaitu merupakan Sistem elektronik yang
terintegrasi secara nasional, yang dapat diakses melalui jaringan Internet public- network, yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses
penanganan dokumen kepabeanan dan dokumen lain yang terkait dengan ekspor- impor, yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan
proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan kebandarudaraan, dan sistem lain yang
terkait dengan proses pelayanan dan pengawasan kegiatan ekspor-impor. Dengan kata lain, INSW berkedudukan sebagai pengontrol proses lalu-
lintas barang ekspor dan impor, juga dengan sistem online yang diterapkan INSW
54
Ibid Pasal 1 angka 2
Universitas Sumatera Utara
ini juga berperan sebagai pembuat perizinan ekspor dan impor yang tidak dengan cara manual lagi melalui banyak pintu, melainkan secara tunggal dalam hal
penyampaian data dan informasi. Dasar yang mempunyai tujuan utama dalam hal penerapan sistem baru
NSW di Indonesia tersebut, dimana pihak kepabean berperan penting dalam menjalankan operasi sistem portal INSW tersebut, dua aspek yang menjadi dasar
sebagai tujuan utama penerapan sisten INSW, yaitu : 1.
Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan dan efektivitas pengawasan, serta kinerja seluruh kegiatan yang terkait dengan lalu-
lintas barang ekspor dan impor. 2.
Untuk meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam seluruh kegiatan penanganan atas lalu-lintas barang ekspor-impor,
terutama yang terkait proses customs clearance and release of cargoes.
55
Mengenai penerapan INSW dengan dasar hukum Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2008 serta kaitannya terhadap dampak yang ditimbulkan bagi
perdagangan ekspor dan impor di Indonesia dan hubungannya dengan perdagangan internasional, beserta dalam hal perlindungan hukum atas
implementasi sistem INSW tersebut dalam skripsi ini akan memaparkan lebih lanjut pada Bab selanjutnya, yaitu Bab III.
55
Portal INSW, www.insw.go.id
, diunduh tanggal 30 juni 2010
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN