Faktor – Faktor Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

(1)

1   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

FAKTOR – FAKTOR KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

DEVI HAMDANI CHAN 112101009

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR NAMA : DEVI HAMDANI CHAN

NIM : 112101009

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA

MEDAN

Tanggal :...2014 DOSEN PEMBIMBING

Yasmin Chairunisa Muchtar , SP, M.B.A

NIP. 197809302008122001

Tanggal :...2014 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA

III MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

NIP. 197411232000122001

Tanggal :...2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, Mec. Ac. Ak, CA


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirramanirrahim

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Faktor – Faktor Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan tepat pada waktunya. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Untuk kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

2. Ibu Dr.Yeni Absah, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

3. Bapak Syafrizal Helmi, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. 4. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, S.P, M.B.A, selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, khususnya Program Studi Manajemen Keuangan yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.


(4)

memberikan doa, pengertian, kasih sayang dan dukungan kepada penulis selama ini, serta adik yang tersayang (Nia Ramadhani Chan)

7. Terimakasih juga buat sahabatku tercinta ( Natashya Situmorang, Laila Syahfitri, Ade Ariani, dan Santy Putri Sakina) yang selalu senantiasa menghibur dan menasehatiku serta membuat penulis terus bersemangat. 8. Bapak Oding Rifaldi, selaku kepala KPP Madya Medan, Ibu Nurmayani,

selaku Kepala Seksi Subbagian Umum, Mbak Ikke dan seluruh karyawan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan Yang selalu Membantu penulis. 9. Terimakasih buat teman teman satu almamater Diploma III Manajemen

Keuangan Grup A Stambuk 2011.

Medan, 2014 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pegantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5

A. Sejarah Perusahaan ... 5

1. Logo dan makna logo ... 6

2. Visi dan misi Pajak ... 8

3. Tugas dan fungsi KPP Madya Medan ... 9

B. Struktur Organisasi KPP Madya Medan ... 10

C. Uraian Pekerjaan di KPP Madya Medan ... 14

D. Kinerja Usaha Terkini di KPP Madya Medan ... 17

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak ... 20

B. Fungsi, Manfaat, dan Iklim Pajak ... 20

C. Wajib Pajak ... 22

D. Kepatuhan ... 24

E. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 24

1. Besarnya penghasilan ...24

2. Sanksi perpajakan ...25

3. Transparansi ...25

4. Perlakuan perpajkan yang adil ...25

5. Penegakan hukum ...25

6. Database Perpajakan ...26

F. Analisa data ...27

1. Analisis data responden ...27

2. Analisis deskriptif variabel ...30

3. Analisis data dan hasil pengolahan data ... menggunakan crosstab ...38


(6)

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Logo KPP Madya Medan ... 7 2.2. Struktur Organisasi KPP Madya Medan ... 12


(8)

2.2. Tabel Realisasi Target Perencanaan Penerimaan Pajak

KPP Madya Medan ...18

3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 27

3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 28

3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28

3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 29

3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Wajib Pajak ... 30

3.6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepatuhan ... 31

3.7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Faktor – Faktor Kepatuhan ... 33


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar disamping minyak dan gas bumi. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN), dimana setiap tahun pajak merupakan penghasilan yang sangat potensial bagi negara. Menurut Soemitro dalam (Mardiasmo:2002:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak (Mardiasmo:2002:1), adalah :

1. Pemungutan pajak didasarkan pada Undang-Undang dan dapat dipaksakan.Ini

berarti masyarakat tidak diberi pilihan untuk membayar atau tidak membayar. Suka tidak suka, rela tidak rela, masyarakat yang berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dikenakan kewajiban perpajakan harus membayar pajak.

2. Dengan tidak mendapat kontra-prestasi langsung. Ini berarti masyarakat yang dikenakan kewajiban perpajakan tidak mendapat imbalan langsung atas pemberiannya. Bagi masyarakat ini dianggap pemerasan, karena mereka mengeluarkan biaya, tetapi tidak mendapat apa-apa secara langsung sebagai imbalannya.


(10)

Tingkat kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sangat bergantung pada persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap pajak, yang mana di ketahui bahwa terjadinya banyak penyelewengan dan penyimpangan pada instansi perpajakan membuat masyarakat semakin tidak menyadari manfaat pajak dan mengurangi niat dan keinginan untuk membayar pajak.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak adalah kurangnya sosialisasi yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat mengenai pajak, informasi yang tidak menyeluruh menyebabkan masyarakat tidak memahami manfaat dan kegunaan pajak: terjadinya banyak penyelewengan dan penyimpangan yang melibatkan pegawai perpajakan membuat masyarakat beranggapan bahwa pajak sangat merugikan. Selain itu banyaknya kasus – kasus korupsi yang dilakukan petugas pajak menyebabkan semakin buruknya tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja kantor pajak, membuat wajib pajak enggan untuk membayar pajak. Salah satu contohnya adalah kasus Gayus Tambunan yang telah menyelewengkan penerimaan pajak untuk kepentingan pribadinya: infrastruktur dan fasilitas umum yang tidak terbenahi dengan baik membuat masyarakat tidak menyadari akan manfaat dari pajak yang semestinya digunakan untuk membiayai pembangunan negara. (www.pajak.go.id)

Dari persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pajak kurang baik. Kepatuhan adalah perilaku untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan aktivitas tertentu sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku wajib pajak dalam


(11)

3   

memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku (www.pajak.go.id).

Meski pemerintah telah menerapkan berbagai upaya untuk meningkatakan penerimaan pajak, namun pandangan wajib pajak terhadap pajak tidak berubah. Pandangan-pandangan ini mengakibatkan target dalam penerimaan pajak sulit bertambah dan tindak kejahatan dibidang perpajakan sulit berkurang.

Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan adalah kantor pajak yang beroperasi di kota Medan, dan tentu banyak kendala yang dihadapi untuk tercapainya target dalam penerimaan pajak, terutama bila dihadapkan pada situasi dimana Wajib Pajak menolak untuk bekerja sama, atau justru berusaha untuk bekerja sama dibalik Undang-Undang. Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor pelayanan Pajak Madya medan adalah Wajib Pajak Badan . Oleh karena itu bagaimana sebenarnya masalah-masalah yang menyangkut tentang kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak menjadi pokok utama penulis mengangkat judul "Faktor – Faktor Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan."

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi permasalahan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana “Faktor – Faktor KepatuhanWajib Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak Madya Medan”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor- Faktor Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.


(12)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, diharapkan juga dapat melatih kemampuan menganalisis dan berfikir sistematis.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi tentang Faktor – Faktor kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya medan.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai sumber atau acuan dalam penyusunan tugas-tugas yang ada serta dapat dijadikan bahan referensi yang sangat membantu dalam penyusunan Tugas Akhir.


(13)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan

Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-48/PJ/2007 tanggal 5 Maret 2007 tentang Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak Madya, saat mulai operasi (SMO) kantor adalah tanggal 9 April 2007 dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Utara dan sekitarnya. KPP Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala regional (lingkup Kantor Wilayah). Jenis pajak yang dikelola oleh KPP Madya sama dengan pajak yang dikelola oleh KPP Wajib Pajak Besar, yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. Di KPP Madya tidak ada kegiatan ekstensifikasi dan jumlah Wajib Pajak-nya juga sudah tetap sekitar 200-500 Wajib Pajak yang berasal dari seluruh KPP Pratama di lingkup Kantor Wilayah sesuai dengan ketetapan Direktorat Jenderal Pajak.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 161/KMK.1/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Dan Kantor Pelayanan Pajak, kode KPP Madya Medan adalah 123. KPP Madya Medan pertama kali beralamat di Gedung Graha Niaga II lantai 1-6 Jalan Putri Hijau Nomor 20 Medan Kode Pos 20115 dan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2012, KPP Madya Medan beralamat di Gedung Kantor Wilayah Direktorat


(14)

Jendral Pajak Sumatera Utara I lantai 2 Jalan Suka Mulia Nomor 17 A, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun Kode Pos 20151.

Untuk melaksanakan dan menjalankan oprasional kantor, telah diangkat dan ditetapkan Kepala KPP Madya Medan yang pertama yaitu Bapak Lamban Subeqi Purnomo (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 60/KM.01/UP.11/2007 tanggal 30 Januari 2007 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon III Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan) serta diangkat dan ditetapkan para Pejabat Eselon IV (Kepala Subbag dan Kepala Seksi) dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-51/PJ/UP.53/2003 tanggal 28 Pebruari 2003 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon IV di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan. Dan saat ini jabatan Kepala Kantor KPP Madya Medan dijabat oleh Bapak Muslim Gunanta sejak awal tahun 2012.

Untuk Membantu oprasional Eselon III dan IV diangkat Account Representatif (AR) dan para pelaksana Kantor KPP Madya Medan. KPP Madya Medan sebagai kantor pelayanan pajak modern sudah melakukan perubahan fungsi pemeriksaan yang mana pemeriksaan pajak harus dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 331/KMK.1/UP.11/2007 dan Nomor KMK.24/SJ.4/UP.9.1/2007 telah ditetapkan dan diangkat para pejabat fungsional pemeriksa pajak untuk KPP Madya Medan.

1. Logo dan Makna Logo

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, terlebih lagi instansi pemerintahan seperti KPP Madya Medan yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan


(15)

7   

(KemenKeu).Setiap logo tentunya memiliki makna tersendiri begitu juga dengan logo KemenKeu yang diusung KPP Madya Medan.

Gambar 2.1 Logo Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan Keterangan Umum :

Motto : Negara Dana Rakca, Bentuk : Segi Lima, Tata : Biru kehitam- hitaman, kuning emas, putih dan hijau.

Lukisan :

Padi sepanjang 17 butir, kapas sepanjang 8 butir terdiri dari 4 buah berlengkung 4 : 4 berlengkung 5, sayap, gada.

Seluruh unsur-unsur tersebut tergambar dalam ruang segi lima susunannya yaitu:

1. dasar segi lima bewarna biru kehitam-hitaman 2. padi kuning emas

3. kapas putih dengan kelopak hijau 4. sayap kuning emas

5. gada kuning emas 6. bokor kuning emas 7. pita putih


(16)

Makna :

1. Padi dan Kapas melambangkan cita-cita upaya kita untuk mengisi kesejahteraan bangsa dan sekaligus diberi arti sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia

2. Sayap melembangkan daya upaya menghimpun, mengarahkan, mengamankan keuangan negara

3. Ruang segi lima melambangkan dasar Negara Pancasila. Arti Keseluruhan

Makna dari lambang tersebut adalah ungkapan sesuatu daya yang mempersatukan dan menyerasikan dalam gerakan kerja, untuk melaksanakan tugas Kementrian Keuangan.

2. Visi dan misi pajak 1. Visi

Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profosionalisme yang tinggi.

2. Misi

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.


(17)

9   

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 merupakan dasar pelaksanaan tugas dan fungsi KPP Madya Medan untuk menjalankan kebijakan dan pelayanan di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak yang telah ditetapkan.

KPP Madya Medan mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 54 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009). Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Madya Medan menyelenggarakan fungsi: (Pasal 55 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009)

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, dan penyajian informasi perpajakan;

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

4. Penyuluhan perpajakan;

5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak; 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan; Universitas Sumatera Utara 10.Pelaksanaan intensifikasi;


(18)

12.Pelaksanaan administrasi kantor

B. Struktur Organisasi KPP Madya Medan

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan wewenang, tugas, dan fungsi masing-masing subbagian dan seksi. Tujuan dibentuknya struktur organisasi tersebut adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga rencana kerja dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Sumatera bagian Utara (Sumbagut).

Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang sususan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak MadyaMedan, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak)

1. Sub Bagian Umum


(19)

11   

3. Seksi Pelayanan 4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 10.Kelompok Jabatan Fungsional.


(20)

Struktur Organisasi pada KPP Madya Medan

Gambar 2.2

Adapun perincian jumlah pegawai

pada KPP Madya

Medan adalah sebagai berikut:


(21)

13   

Perincian Jumlah Pegawai di KPP Madya Medan

No Seksi /Bagian Jumlah Pegawai

1. Kepala Kantor 1 Orang

2. Sub Bagian Umum 8 Orang

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 5 Orang

4. Seksi Pelayanan 12 Orang

5. Seksi Penagihan 5 Orang

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 5 Orang

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 10 Orang 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8 Orang

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 Orang

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 9 Orang

11. Kelompok Jabatan Fungsional 33 Orang

Jumlah 104 Orang

Sumber : KPP Madya Medan


(22)

(Pasal 57 Peraturan Menteri Keuangan Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak)

1. Subbagian Umum

Bagian ini mengelola semua kebutuhan kantor dan karyawan yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga seperti kenaikan pangkat, disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, dan segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan sarana/prasarana kantor.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Bertugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data; pengamatan potensi perpajakan; penyajian informasi perpajakan; perekaman dokumen perpajakan; pelayanan dukungan teknis komputer (pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer); pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing; penyiapan, pencetakan, dan pengiriman laporan kinerja; serta melakukan urusan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan Relational Data Base Management System (RDBMS).

3. Seksi Pelayanan

Bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan; pengadministrasian dokumen dan kearsipan berkas perpajakan; penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) beserta surat-surat lainnya dari Wajib Pajak seperti Surat Setoran Pajak, Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak/Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan Keberatan dan Banding;


(23)

15   

penyuluhan ketentuan formal perpajakan; pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; melakukan kerjasama perpajakan; serta melakukan pelayanan terhadap Wajib Pajak.

4. Seksi Penagihan

Bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak; penundaan dan angsuran tunggakan pajak; penagihan aktif seperti penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah; usulan penghapusan piutang pajak; Melakukan penyitaan dan pelelangan; serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan; pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan; pengelolaan administrasi kegiatan sebelum maupun setelah pemeriksaan perpajakan (penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) hingga pengimputan hasil pemeriksaan ke dalam Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak [SIMP]); pemantauan pengendalian interen; pengelolaan resiko; kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin; tindak lanjut hasil pengawasan serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Terdapat 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, yaitu:

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Jasa

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Industri Non Kelapa sawit dan Karet


(24)

c. Seksi Pengawasan Konsultasi III menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Perkebunan

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV menangani Wajib Pajak yang bergerak di bidang Perdagangan Non Kelapa sawit dan Karet.

Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; pelayanan penyelesaian hak Wajib Pajak; bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan; penyusunan profil Wajib Pajak; analisis kinerja Wajib Pajak; rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi; usulan pembetulan ketetapan pajak; evaluasi hasil banding; pemantauan proses administrasi perpajakan (workflow); penerbitan, pembetulan dan penyimpanan produk-produk hukum; pengawasan terhadap penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan; penyelesaian permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; serta melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile.

7. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak

Bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 67 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009).Sesuai dengan Pasal 68 ayat (1-4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009, Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam 4 (empat) kelompok sesuai dengan bidang keahliannya dan setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh


(25)

17   

pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh setiap Kepala KPP Madya.Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.Untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal melaksanakan tugasnya Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak di KPP Madya Medan melakukan pemeriksaan pajak menggunakan Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang optimal dan mempercepat proses pemeriksaan.

D. Kinerja Usaha Terkini KPP Madya Medan

Setiap intansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan intasi,dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk mencapai tujuan itu.Begitu juga pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, instansi ini terus berupaya agar tujuan KPP Madya Medan DJP Sumut I yang telah digariskan dan disusun berdasarkan UU dapat terlaksana sesuai peraturan yang ada.Dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dengan tenaga ahli dan profesional yang terlatih di bidang-bidangnya.


(26)

Tabel Realisasi Target Perencanaan Penerimaan Pajak KPP MADYA MEDAN

NO Tahun Rencana Realisasi Pencapaian Pertumbuhan 1 2010 5.075.190.439.722 4.351.125.569.722 85.73% -

2 2011 5.548.019.557.654 4.537.648.410.388 81.79% 4.29% 3 2012 6.415.510.280.000 6.070.182.943.818 94.62% 33.77% 4 2013 7.728.312.200.000 6.676.429.630.022 86.39% 9.99% Sumber : KPP Madya Medan

Keterangan :

1. Pada tahun 2010 rencana pencapaian hasil peningkatan pajak yang ditargetkan sebesar Rp. 5.075.190.439.722 dan realisasi peningkatan yang berhasil di tahun ini adalah sebesatr Rp. 4.351.125.569.722 atau dengan persentase sebesar 85,73% dari rencana pendapatan yang ditargetkan. 2. Capaian realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 adalah sebesar

Rp.4.537.648.410.388 dengan rencana yang ditargetkan sebesar Rp. 5.548.019.557.654. capaian tersebut sudah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4.351.125.567.722 atau dengan persentase sebesar 81,79% dari rencana dengan tingkat pertumbuhan 4,29%.

3. Realisasi penerimaan pajak yang berhasil dicapai pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 6.070.182.943.818 dengan rencana pendapatan sebesar Rp. 6.415.510.280.000 atau sebesar 94,62%. Penerimaan pajak yang diperoleh pada tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun


(27)

19   

sebelumnya yang hanya sebesar Rp.4.537.648.410.388 dengan pencapaian tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 33,77%.

4. Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak yang berhasil ditingkatkan adalah sebesar Rp.6.676.429.630.022 dan target yang ditetapkan sebesar Rp. 7/728.312.200.000, itu berarti realisasi dicapai ditahun ini adalah 86,39% dengan tingkat pertumbuhan 9,99%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa , setiap tahunnya target penerimaan pajak yang direncanakan pada KPP Madya Medan akan mengalami peningkatan dari target yang ditetapkan pada tahun-tahun sewbelumnya, begitupun juga realisasi yang berhasil dicapai juga akan mengalami peningkatan dari pencapainan pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan rencana penerimaan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh peningkatan penerimaan pajak yang jyga akan berpengaruh pada peninbgkatan pendapatan Negara, meskipun realisasi penerimaan yg dicapai tidak berhasil melebihi target yang ditetapkan secara maksimal namun terjadi pertambahan yang cukup signifikan terhadap penerimaan pajak dari tahun ke tahun.


(28)

A. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) yang tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Soemarso:2007:2)

Dari pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut: (Waluyo:2011:3)

1. Pajak dipungut berdasarkan undang undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur B. Fungsi, manfaat, dan iklim pajak

Dengan defenisi Pajak diatas terdapat dua fungsi Pajak dalam (Waluyo:2011:6) yaitu sebagai berikut:


(29)

21   

1. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

Pajak juga mempunyai manfaat, manfaat pajak dalam (www.pajak.go.id) adalah sebagai berikut:

1. Membiayai pengeluaran – pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifat self liquiditing (pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor).

2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian).

3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif (contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi).

4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif (contohnya adalah pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang).

Selain fungsi dan manfaat pajak, terdapat juga iklim perpajakan. Iklim perpajakan adalah suatu faktor yang tidak berwujud (intangible factor) dalam keseimbangannya antara usaha bertahan untuk tidak membayar pajak (tax resistance) dan kesadaran serta kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan (tax compliance). Peningkatan penerimaan pajak akibat verifikasi aparat perpajakan,


(30)

aktivitas para ahli hukum, para akuntan serta tekisi lainnya dan keputusan peradilan pajak, biasanya hanya merupakan tiga sampai lima persen dari seluruh penerimaan pajak, sedang sisanya sebesar sembilan puluh lima persen adalah hasil dari pengembangan iklim perpajakan. Misi utama dari instansi pajak adalah menciptakan dan mengembangkan iklim perpajakan yang bercirikan: (Zain:2007:39)

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan

2. Mengisi formulir pajak dengan tepat

3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar 4. Membayar pajak tepat pada waktunya

C. Wajib Pajak

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. (Resmi:2007:21)

Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan wajib pajak yang terdaftar adalah wajib pajak badan. Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: Perseroan Terbatas (PT),

Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, BUMN, atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik


(31)

23   

atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap (BUT), dan bentuk badan usaha lainnya. Dalam (Resmi:2007:21).

Adapun hak – hak wajib pajak adalah sebagai berikut : (www.pajak.go.id) 1. Hak atas kelebihan pembayaran pajak

2. Hak kerahasiaan bagi wajib pajak

3. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran 4. Hak untuk penundaan pelaporan SPT tahunan

5. Hak untuk pengurangan pph pasal 25

6. Hak untuk pengurangan pajak bumi dan bangunan 7. Hak untuk pembebasan pajak

8. Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak 9. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah

10.Hak untuk mendapatkan insentif perpajakan

Selain hak – hak wajib pajak ada juga kewajiban yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak yaitu sebagai berikut:

1. Kewajiban mendaftarkan diri 2. Kewajiban pembayaran pajak

3. Kewajiban pemungutan / pemotongan pajak 4. Kewajiban pelaporan pajak

5. Kewajiban pembukuan/pencatatan 6. Kewajiban dalam hal diperiksa 7. Kewajiban memberikan data


(32)

D. Kepatuhan

Robbins (2010), mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) adalah melaksanakan cara dan perilaku yang disarankan oleh orang lain, dan kepatuhan juga dapat di definisikan sebagai perilaku positif dalam mencapai tujuan. Kepatuhan juga merupakan suatu bentuk Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.

Zain (2007:31) menyatakan kepatuhan wajib pajak adalah: “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:

1. Wajib Pajak Paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3. Menghitung pajak yang terhitung dengan benar. 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. “ E. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Dari definisi kepatuhan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu sebagai berikut: (www.pajak.go.id)

1. Besarnya penghasilan

Wajib pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.


(33)

25   

2. Sanksi perpajakan

Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak. Namun penerapan sanksi harus konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

3. Persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas Persepsi wajib pajak bahwa uang pajak digunakan oleh Pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan.

4. Perlakuan perpajakan yang adil

Penerapan perlakuan perpajakan yang adil terhadap wajib pajak mendorong kepatuhan wajib pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha. Sebaliknya perlakukan perpajakan yang diskriminasi justru mengakibatkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak.

5. Penegakan hukum

Penegakan hukum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan mendorong wajib pajak lebih patuh untuk melakukan kewajiban perpajakannya.


(34)

6. Database

Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak karena database menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya secara akurat dan real-time. Sehingga hal tersebut mendorong kepatuhan sukarela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakannya.

Tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh wajib pajak dengan jumlah pajak yang seharusnya dibayar semakin besar. Selisih tersebut merupakan kesempatan penerimaan pajak yang hilang (tax revenue forgone), karena jumlah tersebut seharusnya diterima oleh Pemerintah tetapi kenyataannya tidak.

Rendahnya kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang paling utama adalah karena tidak adanya data tentang wajib pajak yang dapat digunakan untuk mengetahui kepatuhannya.

Pada akhirnya, kepatuhan wajib pajak berpengaruh pada penerimaan negara dari sektor pajak (tax revenue) karena bila kepatuhan wajib pajak meningkat dalam artian melakukan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak sesuai ketentuan yang berlaku maka tax coverage ratio akan meningkat dan juga realisasi penerimaan pajak.


(35)

27   

F. Analisa data

1. Analisis Data Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 3.1

Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Jumalah responden %

20 – 25 3 orang 10,0

26 – 30 14 orang 46,7

31 – 35 11 orang 36,7

36 – 40 1 orang 3,3

>40 1 orang 3,3

Jumlah 30 orang 100

Sumber: Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden yang diteliti dalam penelitian adalah wajib pajak yang usia 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 14 orang sebesar 46,7%. Hal ini disebabkan pada usia tersebut wajib pajak dinilai lebih cenderung patuh terhadap kewajiban perpajakannya, dikarenakan lebih paham tentang sanksi perpajakan.


(36)

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 3.2

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah responden %

Laki – laki 13 orang 43,3

Perempuan 17 orang 56,7

jumlah 30 orang 100

Sumber : Hasil Penelitian (Juni 2014) diolah

Pada Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis kelamin responden yang diteliti dalam penelitian adalah wajib pajak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 56,7%. Hal ini disebabkan karena jenis kelamin perempuan lebih peduli atau patuh terhadap sanksi perpajakan.

c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 3.3

Karekteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah responden %

SMU 4 orang 13,3

D III 8 orang 26,7

S1 17 orang 56,7

S2 1 orang 3,3

Jumlah 30 orang 100

Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah

Pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden yang diteliti dalam penelitian adalah S1 yaitu sebanyak 17 orang


(37)

29   

sebesar 56,7%. Hal ini disebabkan karena wajib pajak yang berasal dari karyawan perusahaan memiliki standar pada tingkat pendidikannya.

d. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha Tabel 3.4

Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha

Jenis Usaha Jumlah Responden %

Perusahaan jasa 12 orang 40,0

Perusahaan perkebunan 5 orang 16,7

Perusahaan dagang 12 orang 40,0

Lainnya 1 orang 3,3

Jumlah 30 orang 100

Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah

Pada Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis usaha responden yang diteliti dalam penelitian adalah perusahaan jasa sebanyak 12 orang sebesar 40,0% dan perusahaan dagang sebanyak 12 orang sebesar 40,0%.


(38)

e. Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi wajib pajak Tabel 3.5

Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi wajib pajak Lama menjadi wajib

pajak

Jumlah responden %

1 – 5 tahun 10 orang 33,3

6 – 10 tahun 18 orang 60,0

11 – 15 tahun 1 orang 3,3

>15 tahun 1 orang 3,3

Jumlah 30 orang 100

Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah

Pada Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama menjadi wajib pajak di dominasi oleh responden 6 – 10 tahun sebanyak 18 orang sebesar 60,0%.

2. Analisis Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini diukur dengan m enggunakan skala likert untuk mengetahui tanggapan responden tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.


(39)

31   

a. Pernyataan tentang kepatuhan

Tabel 3.6

Distribusi jawaban responden terhadap kepatuhan

ITEM

Frekuensi

1 % 2 % 3 % 4 % 5 %

1 0 - 2 6,7 5 16,7 14 46,7 9 30,0

2 0 - 1 3,3 11 36,7 18 60,0 0 -

3 0 - 3 10,0 8 26,7 17 56,7 2 6,7

4 0 - 3 10,0 7 23,3 18 60,0 2 6,7

5 0 - 1 3,3 5 16,7 17 56,7 7 23,3

6 1 3,3 1 3,3 7 23,3 14 46,7 7 23,3

Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah

1) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib pajak memiliki kewajiban mendaftarkan diri di kantor pelayanan pajak. Terdapat 2 orang responden menyatakan tidak setuju, 5 orang responden menyatakan netral, 14 orang reponden menyatakan setuju, dan 9 orang responden menyatakan sangat setuju. Responden yang menjawab tidak setuju memiliki alasan bahwa ada wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri di kantor pelayanan pajak karena kurang paham tentang sanksi perpajakan.

2) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi reponden yang menyatakan wajib pajak paham akan ketentuan undang – undang perpajakan. Terdapat 1 orang menyatakan tidak setuju, 11 orang menyatakan netral, dan 18 orang menyatakan setuju. Responden yang


(40)

menjawab tidak setuju memiliki alasan bahwa tidak semua wajib pajak paham akan undang – undang perpajakan.

3) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib pajak membayar pajak tepat waktu. Terdapat 3 orang menyatakan tidak setuju, 8 orang menyatakan netral, 17 orang menyatakan setuju, dan 2 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menjawab tidak setuju memiliki alasan bahwa masih ada wajib pajak yang tidak membayar pajak tepat waktu.

4) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib menghitung pajak dengan benar. Terdapat 3 orang menyatakan tidak setuju, 7 orang menyatakan netral, 18 orang menyatakan setuju, 2 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menjawab tidak setuju memiliki alasan bahwa masih banyak wajib pajak yang belum paham tentang tata cara perhitungan pajak.

5) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib pajak memberikan data yang akurat pada petugas pajak. Terdapat 1 orang menytakan tidak setuju, 5 orang menyatakan netral, 17 orang menyatakan setuju, dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju memiliki alasan bahwa masih ada wajib pajak tidak memberikan data yang tidak akurat pada petugas pajak karena takut akan terjadinya pemeriksaan yang lebih ketat.

6) Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib pajak patuh dalam hal pemeriksaan. Terdapat 1 orang menyatakan sangat tidak setuju, 1 orang menyatakan tidak setuju, 7 orang


(41)

33   

menyatakan netral, 14 orang menyatakan setuju, dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan sangat tidak setuju memiliki alasan bahwa masih ada wajib pajak yang tidak patuh dalam pemeriksaan dikarenakan wajib pajak tidak memberikan data yang akurat pada petugas pajak.

b. Pernyataan tentang faktor – faktor kepatuhan Tabel 3.7

Distribusi jawaban responden tentang pernyataan faktor – faktor kepatuhan

ITEM

Frekuensi

1 % 2 % 3 % 4 % 5 %

1 - - - - 8 26,7 11 36,7 11 36,7

2 - - - - 8 26,7 14 46,7 8 26,7

3 - - 3 10,0 14 46,7 8 26,7 5 16,7

4 - - 1 3,3 13 43,3 13 43,3 3 10,0

5 - - 2 6,7 4 13,3 19 63,3 5 16,7

6 1 3,3 3 10,0 11 36,7 12 40,0 3 10,0

7 - - 8 26,7 12 40,0 4 13,3 6 20,0

8 - - 1 3,3 9 30,0 17 56,7 3 10,0

9 - - 4 13,3 14 46,7 5 16,7 7 23,3

10 - - 1 3,3 10 33,3 12 40,0 7 23,3

11 - - - - 6 20,0 23 76,7 1 3,3

12 - - - - 1 3,3 21 70,0 8 26,7


(42)

1) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan petugas pajak memberikan pelayanan yang ramah. Terdapat 8 orang menyatakan netral, 11 orang menyatakan setuju, dan 11 menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan netral berpendapat bahwa mereka hanya membutuhkan pelayanan yang cepat.

2) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan petugas pajak melayani pertanyaan wajib pajak dengan baik. Terdapat 8 orang menyatakan netral, 14 orang menyatakan setuju, dan 8 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan netral berpendapat bahwa ada juga petugas pajak yang tidak memberikan jawaban yang kurang tepat dan membuat wajib pajak kurang puas.

3) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan petugas pajak melakukan sosialisasi sacara terstruktur kepada masyarakat. Terdapat 3 orang menyatakan tidak setuju, 14 orang menyatakan netral, 8 orang menyatakan setuju, dan 5 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa masih banyak petugas pajak yang tidak merata memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

4) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan petugas pajak memberikan informasi yang akurat kepada wajib pajak. Terdapat 1 oarang menyatakan tidak setuju, 13 orang menyatakan netral, 13 orang menyatakan setuju, dan 3 orang yang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju


(43)

35   

berpendapat bahwa petugas pajak dalam memberikan informasi kepada wajib pajak masih kurang jelas.

5) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan petugas pajak cepat dan tanggap dalam menyelesaikan masalah perpajakan. Terdapat 2 orang menyatakan tidak setuju, 4 orang menyatakan netral, 19 orang menyatakan setuju, dan 5 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa masih ada petugas pajak yang menunda untuk menyelesaikan masalah perpajakan.

6) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan wajib pajak memiliki penghasilan besar lebih patuh dalam membayar pajak. Terdapat 1 oarang menyatakan sangat tidak setuju, 3 orang menyatakan tidak setuju, 11 orang menyatakan netral, 12 orang menyatakan setuju, dan 3 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan sangat tidak setuju berpendapat bahwa masih ada wajib pajak yang mempunyai penghasilan besar tidak mematuhi kewajiban perpajakannya.

7) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan dengan adanya penerimaan pajak, pemerintah menyediakan fasilitas umum yang dibutuhkan dalam menggerakkan perekonomian. Terdapat 8 orang menyatakan tidak setuju, 12 orang menyatakan netral, 4 orang menyatakan setuju, 6 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa pemerintah belum


(44)

secara maksimal menggunakan uang dari penerimaan pajak untuk fasilitas umum dalam menggerakkan perekonomian.

8) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan sanksi perpajakan mengakibatkan wajib pajak patuh terhadap kewajiban perpajkannya. Terdapat 1 orang menyatakan tidak setuju, 9 orang menyatakan netral, 17 orang menyatakn setuju, dan 3 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa tidak semua wajib pajak patuh pada sanksi perpajakan. 9) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang

menyatakan uang pajak digunakan pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara transparan. Terdapat 4 orang menyatakan tidak setuju, 14 orang menyatakan netral, 5 orang menyatakan setuju, dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa pemerintah masih belum secara transaparan menggunakan uang pajak.

10)Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan perlakuan diskriminasi mengakibatkan randahnya kepatuhan wajib pajak. Terdapat 1 orang menytakan tidak setuju, 10 orang menyatakan netral, 12 orang menyatakan setuju, dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa bukan diskriminasi saja yang mengakibatkan rendahnya kepatuhan wajib pajak.

11)Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan penegakan hukum di dalam perpajakan mendorong kepatuhan


(45)

37   

wajib pajak. Terdapat 6 orang menyatakan netral, 23 orang menyatakan setuju, dan 1 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan tidak setuju berpendapat bahwa penegakan hukum di perpajakan masih sangat lemah dan masih banyak wajib pajak yang melakukan kecurangan dalam perpajakan.

12)Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang menyatakan data dan informasi yang lengkap mengakibatkan wajib pajak patuh pada kewajiban perpajkannya. Terdapat 1 orang menyatakan netral, 21 orang menyatakan setuju, dan 8 orang menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan netral berpendapat bahwa belum semua wajib pajak memberikan data dan informasi yang lengkap kepada petugas pajak.


(46)

3. Analisis Data dan Hasil Pengolahan Data Menggunakan Crosstabs

Dengan ketentuan pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas.

Jika probabilitas >0.05, maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak

Tabel 3.8 Chi – Square Test

Faktor – faktor kepatuhan wajib pajak

No Item Pearson Chi -

Square

Hubungan

1 Citra Petugas Pajak*Kepatuhan 0.895 Tidak terdapat 2 Besarnya

Penghasilan*Kepatuhan

0.375 Tidak terdapat

3 Sanksi Perpajakan*Kepatuhan 0.004 Terdapat

4 Transparansi*Kepatuhan 0.098 Tidak terdapat

5 Perlakuan yang Adil*Kepatuhan 0.847 Tidak terdapat 6 Penegakan Hukum*Kepatuhan 0.199 Tidak terdapat 7 Database Perpajakan*Kepatuhan 0.635 Tidak terdapat Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah

Penjelasan berdasarkan Tabel 3.8 :

1. Citra petugas pajak terhadap kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.895 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara citra petugas pajak terhadap kepatuhan.


(47)

39   

2. Besarnya penghasilan terhadap Kepatuhan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.375 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara besarnya penghasilan terhadap kepatuhan.

3. Sanksi perpajakan terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.004 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak. Jika Ho ditolak berarti ada hubungan antara sanksi perpajakan pajak terhadap kepatuhan.

4. Transparansi terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.098 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara transparansi perpajakan terhadap kepatuhan.

5. Perlakuan adil terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.847 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara perlakuan perpajakan yang adil terhadap kepatuhan.

6. Penegakan hukum terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.199 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara penegakan hukum terhadap kepatuhan.


(48)

7. Database perpajakan terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.635 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara database perpajakan terhadap kepatuhan. G. Pembahasan

Sikap petugas pajak yang baik serta ramah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, apabila wajib pajak patuh dalam membayar pajak akan meningkatkan pendapatan negara. Dari jawaban responden yang sudah di teliti bahwa citra petugas pajak terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. Karena citra petugas pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, wajib pajak menilai bahwa membayar pajak adalah kewajiban bagi semua masyarakat yang penghasilannya sudah ditetapkan untuk dikenakan pajak.

Wajib pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk lebih patuh dari pada yang berpenghasilan rendah karena yang berpenghasilan besar cemderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa besarnya penghasilan terhadap kepatuhan tidak terdapatnya hubungan. Karena masih banyak masyarakat yang berpenghasilan besar tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dan tidak mendaftarkan dirinya di kantor pelayanan pajak, dan apabila sistem administrasi otoritas perpajakan dari suatu negara lemah dalam artian tidak mampu mengawasi kepatuhan substansi pembayaran pajak dari wajib pajak, maka hal tersebut juga dapat mendorong wajib pajak tersebut tidak patuh.

Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga, dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak


(49)

41   

terhadap kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa penerapan sanksi pajak terhadap kepatuhan terdapat adanya hubungan. karena banyak wajib pajak yang takut akan sanksi perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sanksi yang ditetapkan pemerintah sangat konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

Persepsi wajib pajak bahwa uang pajak digunakan oleh pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintah yang bersih dan beribawa (good governance) serta pembangunan. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa transparansi terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena banyak wajib pajak yang tidak terlalu perduli akan adanya jasa timbal balik atau pembangunan yang dibuat oleh pemerintah dengan menggunakan uang dari penerimaan pajak, wajib pajak merasa bahwa membayar pajak adalah kewajiban bagi semua masyarakat.

Penerapan perlakuan perpajakan yang adil terhadap wajib pajak mendorong kepatuhan wajib pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha, sebaliknya perlakuan wajib perpajakan yang diskriminasi justru mengakibatkan rendahnya kepatuhan wajib pajak. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa perlakuan yang adil terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena membayar pajak adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh wajib pajak tanpa adanya perbedaan yang berlaku.


(50)

Penegakan hukum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan mendorong wajib pajak lebih patuh untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa penegakan hukum terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena wajib pajak sudah mengerti bahwa membayar pajak adalah sebuah kewajiban dan keharusan bagi setiap masyarakat, untuk menambah pemasukan negara yang akan dilakukan untuk biaya pendidikan, kesehjateraan sosial, serta pembangunan.

Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak karena database menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya secara akurat dan real – time. Sehingga hal tersebut mendorong kepatuhan sukarela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa database perpajakan terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena wajib pajak sudah mendapatkan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pajak secara lengkap serta menyeluruh kepada setiap wajib pajak, untuk memberitahukan bahwa pentingnya membayar pajak untuk menambah pendapatan negara yang digunakan untuk pembangunan negara.


(51)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Pada umumnya banyak wajib pajak yang kurang patuh terhadap kewajiban

perpajakannya, hal ini dikarenakan adanya dugaan – dugaan negatif, pendapat yang salah dimana wajib pajak tidak menyadari apa yang dimaksud dan mengapa membayar pajak itu disebut kewajiban, dan ketidaktahuannya mengenai undang – undang perpajakan dan sanksi perpajakan.

2. Kepatuhan wajib pajak terlihat dari bagaimana wajib pajak tersebut memiliki kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan cara paham akan undang – undang perpajakan, patuh pada sanksi perpajakan, dan membayar pajak tepat pada waktunya.

3. Tingkat kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Seperti besarnya penghasilan, sanksi perpajakan, penggunaan uang pajak yang secara transparan, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum, serta data dan informasi yang akurat.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis, adalah sebagai berikut: 1. Wajib pajak harus paham akan undang – undang perpajakan dan patuh

pada sanksi perpajakan yang ada untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya.


(52)

2. Petugas pajak harus memberikan pelayanan yang baik, memberikan informasi yang akurat, serta melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perpajakan.

3. Pemerintah harus lebih terbuka dan transparan dalam mengelola penerimaan pajak untuk menggerakkan perekonomian kepada masyarakat, karena apabila adanya transparansi dalam penerimaan pajak membuat masyarakat lebih patuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.

         

   

         


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Burton, Richard., 2010. Kajian Aktual Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Yogyakarta: C.V Andi Offset

Resmi, siti, 2007, Perpajakan dan Teori Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat Robbins, Stephen P, Coulter, Mary, 2010, Manajemen, Edisi Kesepuluh, Jakarta:

Erlangga

Situmorang, Syafrizal Helmi, Lufti, Muslich, 2012, Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Medan: USU Press

Soemarso, 2007, Perpajakan Pendekatan Komperhensif, Yogyakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Bandung: CV Alvabeta

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Yogyakarta: Salemba Empat,

Zain, Mohammad, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi Tiga, Yogyakarta: Salemba Empat

http://www.pajak.go.id/content/strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, Diakses 21 Mei 2014.

http://www.pajak.go.id/content/hak-hak-wajib-pajak, Diakses 31 Mei 2014.


(1)

40   

7. Database perpajakan terhadap Kepatuhan

Dari table tersebut terlihat bahwa Asymp Sig-nya adalah 0.635 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Jika Ho diterima berarti tidak ada hubungan antara database perpajakan terhadap kepatuhan.

G. Pembahasan

Sikap petugas pajak yang baik serta ramah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, apabila wajib pajak patuh dalam membayar pajak akan meningkatkan pendapatan negara. Dari jawaban responden yang sudah di teliti bahwa citra petugas pajak terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. Karena citra petugas pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, wajib pajak menilai bahwa membayar pajak adalah kewajiban bagi semua masyarakat yang penghasilannya sudah ditetapkan untuk dikenakan pajak.

Wajib pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk lebih patuh dari pada yang berpenghasilan rendah karena yang berpenghasilan besar cemderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa besarnya penghasilan terhadap kepatuhan tidak terdapatnya hubungan. Karena masih banyak masyarakat yang berpenghasilan besar tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dan tidak mendaftarkan dirinya di kantor pelayanan pajak, dan apabila sistem administrasi otoritas perpajakan dari suatu negara lemah dalam artian tidak mampu mengawasi kepatuhan substansi pembayaran pajak dari wajib pajak, maka hal tersebut juga dapat mendorong wajib pajak tersebut tidak patuh.

Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga, dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak


(2)

terhadap kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa penerapan sanksi pajak terhadap kepatuhan terdapat adanya hubungan. karena banyak wajib pajak yang takut akan sanksi perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sanksi yang ditetapkan pemerintah sangat konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

Persepsi wajib pajak bahwa uang pajak digunakan oleh pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintah yang bersih dan beribawa (good governance) serta pembangunan. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa transparansi terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena banyak wajib pajak yang tidak terlalu perduli akan adanya jasa timbal balik atau pembangunan yang dibuat oleh pemerintah dengan menggunakan uang dari penerimaan pajak, wajib pajak merasa bahwa membayar pajak adalah kewajiban bagi semua masyarakat.

Penerapan perlakuan perpajakan yang adil terhadap wajib pajak mendorong kepatuhan wajib pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha, sebaliknya perlakuan wajib perpajakan yang diskriminasi justru mengakibatkan rendahnya kepatuhan wajib pajak. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa perlakuan yang adil terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena membayar pajak adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh wajib pajak tanpa adanya perbedaan yang berlaku.


(3)

42   

Penegakan hukum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan mendorong wajib pajak lebih patuh untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa penegakan hukum terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena wajib pajak sudah mengerti bahwa membayar pajak adalah sebuah kewajiban dan keharusan bagi setiap masyarakat, untuk menambah pemasukan negara yang akan dilakukan untuk biaya pendidikan, kesehjateraan sosial, serta pembangunan.

Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak karena database menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya secara akurat dan real – time. Sehingga hal tersebut mendorong kepatuhan sukarela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dari jawaban responden yang sudah diteliti bahwa database perpajakan terhadap kepatuhan tidak terdapat adanya hubungan. karena wajib pajak sudah mendapatkan sosialisasi yang diberikan oleh petugas pajak secara lengkap serta menyeluruh kepada setiap wajib pajak, untuk memberitahukan bahwa pentingnya membayar pajak untuk menambah pendapatan negara yang digunakan untuk pembangunan negara.


(4)

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Pada umumnya banyak wajib pajak yang kurang patuh terhadap kewajiban

perpajakannya, hal ini dikarenakan adanya dugaan – dugaan negatif, pendapat yang salah dimana wajib pajak tidak menyadari apa yang dimaksud dan mengapa membayar pajak itu disebut kewajiban, dan ketidaktahuannya mengenai undang – undang perpajakan dan sanksi perpajakan.

2. Kepatuhan wajib pajak terlihat dari bagaimana wajib pajak tersebut memiliki kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan cara paham akan undang – undang perpajakan, patuh pada sanksi perpajakan, dan membayar pajak tepat pada waktunya.

3. Tingkat kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Seperti besarnya penghasilan, sanksi perpajakan, penggunaan uang pajak yang secara transparan, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum, serta data dan informasi yang akurat.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis, adalah sebagai berikut: 1. Wajib pajak harus paham akan undang – undang perpajakan dan patuh

pada sanksi perpajakan yang ada untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya.


(5)

44   

2. Petugas pajak harus memberikan pelayanan yang baik, memberikan informasi yang akurat, serta melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perpajakan.

3. Pemerintah harus lebih terbuka dan transparan dalam mengelola penerimaan pajak untuk menggerakkan perekonomian kepada masyarakat, karena apabila adanya transparansi dalam penerimaan pajak membuat masyarakat lebih patuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.

         

   

         


(6)

Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Yogyakarta: C.V Andi Offset

Resmi, siti, 2007, Perpajakan dan Teori Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat Robbins, Stephen P, Coulter, Mary, 2010, Manajemen, Edisi Kesepuluh, Jakarta:

Erlangga

Situmorang, Syafrizal Helmi, Lufti, Muslich, 2012, Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Medan: USU Press

Soemarso, 2007, Perpajakan Pendekatan Komperhensif, Yogyakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Bandung: CV Alvabeta

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Yogyakarta: Salemba Empat,

Zain, Mohammad, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi Tiga, Yogyakarta: Salemba Empat

http://www.pajak.go.id/content/strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak, Diakses 21 Mei 2014.

http://www.pajak.go.id/content/hak-hak-wajib-pajak, Diakses 31 Mei 2014.