56
Herliza Tahar, 2014 Peningkatan Apresiasi Sastra Anak Dalam Pembelajaran Cerita Dengan Model Debat Berbasis
Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
H. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan dari pelaksanaan setiap siklus dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. 1.
Peningkatan apresiasi sastra anak dalam pembelajaran cerita dengan model debat berkarakter dengan menganalisis nilai tes tertulis siswa dalam
mengidentifikasi unsur-unsur cerita setelah proses pembelajaran, dinilai skor perolehannya dibagi skor ideal dikalikan seratus persen. Kemudian dibuatkan
tabel dan grafiknya setiap siklus 2.
Apresiasi siswa terhadap pembelajaran cerita anak dengan menganalisa tingkat keberanian siswa, keruntutan bercerita serta kesesuaian cerita dengan
unsur-unsur cerita saat menceritakan kembali isi cerita secara lisan, dinilai skor perolehan dibagi skor ideal dikali seratus persen. Kemudian dibuatkan
tabel dan grafiknya setiap siklus. 3.
Peningkatan apresiasi sastra anak dalam pembelajaran cerita dengan model debat berkarakter dengan menganalisis tingkat kemampuan siswa dalam
memperagakan karakter tokoh cerita meliputi kesesuaian peran tokoh dengan karakternya, ekspresi serta intonasi suara dalam bentuk tes performan, dinilai
skor perolehan dibagi skor ideal dikali seratus persen kemudian dibuatkan tabel dan grafiknya setiap siklus.
4. Data yang didapat dari observasi proses pembelajaran dilakukan dengan
mendekripsikan secara objektif.
Herliza Tahar, 2014 Peningkatan Apresiasi Sastra Anak Dalam Pembelajaran Cerita Dengan Model Debat Berbasis
Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan
dan saransebgai berikut.
A. Simpulan
1. Permasalahan yang dihadapi siswa dan guru terhadap apresiasi sastra dalam
pembelajaran cerita adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap unsur cerita, kurangnya keberanian siswa menceritakan isi cerita dan memperagakan
sikap tokoh cerita serta pembelajaran bersifat monoton dan kurang bervariasi. 2.
Perencanaan pembelajaran Apresiasi Sastra dalam Pembelajaran cerita Dengan Model debat Berbasis Karakter di SDN 09 PPA sudah direncanakan
dengan baik dan matang oleh peneliti dan guru kelas. Namun perlu ditingkatkan lagi.
a. Pada siklus pertama proses pembelajaran yang direncanakan adalah siswa
membaca cerita dan memperdebatkan unsur-unsur cerita. Karena cara belajar siswa yang berbeda-beda tidak semua siswa menyukai membaca
cerita maka apresiasi sastra siswa sangat rendah. Perencanaan pembelajaran pada siklus kedua ditingkatkan lagi yaitu direncakan dengan
metode lain. b.
Pada siklus kedua perencanaan pembelajaran dengan metode siswa mendengarkan cerita yang dibacakan guru, siswa mengidentifikasi unsur-
unsur cerita dan memperdebatkan dalam kelompok pro dan kontra. Maka apresiasi sastra anak dalam pembelajaran cerita tergolong sedang. Untuk
itu direncanakan lagi pada siklus ketiga dengan perencanaan yang berbeda. c.
Pada siklus ketiga perencanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menonton cerita, siswa dapat menggunakan penglihatan, pendengaran dan
pemahaman dalam mengidentifikasi unsure-unsur cerita, kemudian siswa melakukan debat berbasis karakter maka apresiasi sastra anak dalam
pembelajaran cerita meningkat pada tingkatan yang lebih tinggi.