commit to user
B. Latar Belakang Masalah
Sistem Pemungutan Pajak dibagi menjadi 4, diantaranya, official assessment system, semi self assessment system, self assessment system dan
withholding system. Pelaksanaan official assessment system di Indonesia berakhir dengan dikeluarkannya UU No. 8 Tahun 1967 tentang Perubahan
dan Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925. Pada Tahun 1968 sampai dengan
tahun 1983 sistem perpajakan yang dianut adalah semi self assessment system dan withholding system.
Mulai dari tahun 1984 sampai dengan saat ini pemungutan pajak di Indonesia menggunakan suatu sistem yang disebut dengan self assessment
system. Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang. Dengan sistem ini, wajib pajak berkewajiban untuk menghitung besarnya pajak yang terutang sesuai dengan Peraturan
Perpajakan yang berlaku. Setelah selesai menghitung wajib pajak harus menyetorkan pajak yang terutang menggunakan Surat Setoran Pajak pada
Bank Persepsi dan melaporkan pajak yang sudah disetor secara teratur dengan menggunakan Surat Pemberitahuan di Kantor Pelayanan Pajak
ataupun di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.
commit to user 2
Pajak sendiri, menurut Prof. Dr. Rohmat Soemitro, S.H., memiliki pengertian sebagai berikut :
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment
.” Kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak yang paling pertama
ialah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan,
lalu mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Untuk Wajib Pajak yang menjadi Pengusaha wajib melaporkan dirinya sebagai Pengusaha Kena
Pajak PKP dan kepada PKP tersebut akan diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak NPPKP. Fungsi dari NPPKP adalah untuk
melaporkan PPN. Kewajiban yang berikutnya ialah membayar pajak, memotong ataupun memungut pajak. Pemungutan PPN dilakukan oleh,
penjual dan pihak yang ditunjuk oleh pemerintah. Kewajiban yang ketiga ialah melapor pajak dan yang terakhir ialah kewajiban untuk diperiksa dan
memberikan data. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas
pengkonsumsian barang maupun jasa di dalam negeri ataupun di daerah pabean. Undang-undang yang mendasari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
adalah, Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1983 kemudian
commit to user 3
diubah menjadi Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang disebut sebagai Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1984. Pada tahun 2009,
dikeluarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang disebut sebagai Perubahan ketiga atas Undang-undang No 8 tahun 1983.
Dilihat dari sifat pemungutannya, Pajak Pertambahan Nilai memiliki beberapa sifat, diantaranya :
1. PPN sebagai Pajak Objektif
Pemungutan PPN
didasarkan pada
objeknya, tidak
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. 2.
PPN sebagai Pajak Tidak Langsung Secara ekonomis, beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain.
Akan tetapi, tanggung jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak.
3. Pemungutan PPN Multi Stage Tax
Pemungutan pajaknya dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi yang dimulai dari pabrikan,
pedagang besar, sampai ke tangan pengecer. 4.
PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti Faktur Pajak Dengan menggunakan credit method, Pengusaha Kena Pajak
diwajibkan untuk menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN
commit to user 4
5. PPN bersifat Netral
PPN bersifat netral karena, PPN dikenakan atas Konsumsi barang ataupun jasa dan pemungutan PPN berdasarkan prinsip tempat
tujuan. 6.
Pemungutan PPN tidak akan menimbulkan pajak ganda
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada BKP Barang Kena Pajak adalah sebesar 10. Untuk barang atau jasa yang akan di ekspor,
dikenakakan tarif PPN sebesar 0. Pengenaan tarif sebesar 0 ini tidak berarti pembebasan dari pengenaan PPN, akan tetapi Pajak Masukan yang
sudah dibayarkan daari Barang yang sudah di ekspor dapat dikreditkan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 15,
yang disebut sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalamkegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean
Yang dikelompokkan menjadi Pengusaha Kena Pajak diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pabrikan Produsen.
b. Importir dan Indentor.
commit to user 5
c. Pengusaha yang memiliki hubungan istimewa dengan Pabrikan
ataupun Importir. d.
Agen utama dan penyalur utama dari pabrikan atau importir. e.
Pemegang hak paten atau merek dagang Barang Kena Pajak f.
Pedagang Besar dan Pedagang Eceran g.
Pengusaha Jasa yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang termasuk biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh penjual karena menyerahkan
Barang Kena Pajak dan akan digunakan sebagai dasar menghitung pajak terutang dengan cara mengalikan Dasar Pengenaan Pajak DPP dengan tarif
Pajak. Nilai Yang digunakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak didapat dari : a.
Harga Jual b.
Penggantian c.
Nilai Impor d.
Nilai Ekspor e.
Nilai Lain
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Masa dilakukan dengan mengisi Surat Pemberitahuan SPT. SPT yang digunakan untuk melaporkan adalah
SPT Masa PPN. Pada awal tahun 2007 sampai dengan akhir Tahun 2010, pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Masa menggunakan SPT Masa PPN
1107. Dengan dikeluarkannya Peraturan Dirjen Pajak Nomor 44 Tahun 2010, tentang Bentuk, Isi dan Tatacara Pengisian serta Penyampaian Surat
commit to user 6
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai SPT Masa PPN , maka pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Masa mulai dari bulan Januari 2011
menggunakan SPT Masa PPN 1111. Dengan adanya Peraturan Dirjen Pajak Nomor 44 Tahun 2010, penulis
tertarik untuk menulis Tugas Akhir dengan judul, “ PELAPORAN PPN MASA MENGGUNAKAN SPT MASA PPN 1111
STUDI KASUS DI KPP PRATAMA BOYOLALI ”
C. Perumusan Masalah