TINJAUAN PUSTAKA Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep stres 1.1 Definisi stres Stres dapat didefinisikan sebagai keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres Looker Gregson, 2005. Nasir Muhith 2011 menyatakan bahwa stres adalah reaksi dari tubuh respons terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres adalah suatu abstraksi. Orang tidak dapat melihat pembangkit stres stressor. Yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit stres Munandar, 2001. Secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap 8 suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam Anoraga, 2009. 1.2 Jenis stres Ada dua jenis stres, yaitu stres baik eustres dan stres buruk distres. Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi sebuah tuntutan untuk menjadikan dirinya sendiri maupun orang lain mendapatkan sesuatu yang baik Nasir Muhith, 2011. Stres yang baik terjadi apabila individu menganggap setiap stimulus yang datang adalah sebagai hal yang memberikan pelajaran bagi dirinya Nasir Muhith, 2011. National Safety Council 2003 mengatakan bahwa stres yang baik merupakan sebuah motivasi yang positif dan dapat memberikan inspirasi pada individu. Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah contoh dari stres baik. Situasi eustress dapat membangkitkan rasa percaya diri, menjadi terkontrol dan mampu mengatasi dan menangani tugas-tugas, tantangan dan tuntutan Looker Gregson, 2005. Setiap stres yang datang dapat dijadikan sebagai suatu yang positif dengan cara mencari penyelesaian dari masalah yang dianggap sebagai stresor tersebut. Salah satunya dengan mencari dukungan dari orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah. Apabila masalah tersebut tetap tidak dapat diselesaikan maka cukup dengan diambil hikmahnya saja Nasir Muhith, 2011. 9 Stres yang buruk atau distres adalah stres yang bersifat negatif. Distres muncul apabila individu menganggap sebuah tuntutan adalah merupakan ancaman bagi dirinya sehingga respon yang digunakan selalu negatif. Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan kita pada tempat dan suasana yang serba sulit Nasir Muhith, 2011. Distres dipicu oleh sebuah tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyataan, atau apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi Nasir Muhith, 2011. Bukan hanya itu, Looker Gregson 2005 mengatakan bahwa distres juga dapat muncul karena terlalu sedikitnya tuntutan yang merangsang individu yang dapat menyebabkan kebosanan dan frustasi. Situasi tersebut umumnya muncul ketika seseorang memasuki masa pensiun atau pekerjaan mereka tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. 1.3 Sumber stresor Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makanan atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya Hidayat, 2009. 10 Stres yang dialami manusia juga dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu pertama, sumber stres dalam diri sendiri, pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres Hidayat, 2009. Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik yaitu, 1 Approach-approach conflict, muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik. 2 Avoidance-avoidance conflict, muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan. 3 Approach- avoidance conflict, muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi Weiten, 1992 dalam Nasir Muhith, 2011 Kedua, sumber stres di dalam keluarga, bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga Hidayat , 2009. Selain itu hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga juga memungkinkan munculnya stres Nasir Muhith, 2011 Ketiga, sumber stres di dalam masyarakat dan lingkungan, dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan 11 fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang Hidayat, 2009. 1.4 Tahapan stres Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van Amberg 1979 dalam Hidayat, 2009 tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap. Tahap pertama merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya dan semakin bersemangat, tapi tanpa disadari cadangan energinya semakin menipis Hawari, 2004. Tahap kedua, pada stres tahap ini seseorang akan merasa letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai Hidayat, 2009. Hal tersebut disebabkan oleh cadangan energi yang tidak cukup karena kurangnya waktu untuk istirahat Hawari, 2004. Tahap ketiga, tahap ini terjadi apabila seseorang terus memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan yang terjadi pada stres tahap 2 Hawari, 2004. Keluhan yang biasanya muncul pada tahap ini adalah pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang 12 air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga Hidayat, 2009. Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya Hawari, 2004 Hidayat, 2009. Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat Hidayat, 2009. Serta Hawari 2004 mengatakan bahwa seseorang yang mengalami stres pada tahap 5 akan merasa mudah bingung dan panik. Tahap keenam, tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati. Gejala yang dialami oleh seseorang pada tahap ini adalah detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan Hidayat, 2009. 13 1.5 Tingkatan stres Potter Perry 2005 membagi stres menjadi tiga tingkatan, yaitu stres ringan, stres sedang dan stres berat. Stres ringan disebabkan oleh stresor yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Stres ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stres sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari dan disebabkan oleh perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Stres berat merupakan situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, contohnya disebabkan oleh perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang Potter Perry, 2005. 1.6 Tanda dan gejala stres Anoraga 2009 membagi gejala stres dari ringan sampai berat yang meliputi: a. Gejala badan seperti sakit kepala cekot-cekot, vertigo, sakit maag, mudah kaget berdebar-debar, banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai punggung, dada terasa panasnyeri, rasa tersumbat di kerongkongan, gangguan psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah, bermacam- macam gangguan menstruasi, keputihan, pingsan dan lain-lain. 14 b. Gejala emosional seperti mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit mengambil keputusan, cemas, was-was, mimpi buruk, murung, mudah marah, mudah menangis, gelisah, dan putus asa dan sebagainya. c. Gejala sosial seperti banyak merokok minum makan, sering memeriksa pintu dan jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, membunuh dan lainnya. Looker Gregson 2005 membagi tanda-tanda stres menjadi dua, yaitu tanda stres yang baik eustres dan stres yang buruk distres. Tanda- tanda distres dibagi menjadi tanda fisik dan mental. a. Tanda fisik yang biasa dirasakan seperti merasakan detak jantung berdebar-debar, sesak napas, mulut kering, nausea, diare, sembelit, perut gembung, ketegangan otot, kegelisahan, hiperaktif, menggigit kuku, mengetok jari, meremas-remas tangan, lelah, capek, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit seperti flu, berkeringat khususnya di telapak tangan dan bibir atas, merasa gerah, tangan dan kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan, kehilangan selera makan, lebih banyak merokok. b. Tanda mental yang muncul seperti cemas, kecewa, menangis, rendah diri, merasa putus asa dan tanpa daya, histeris, menarik diri, gelisah, depresi, tidak sabar, mudah tersinggung dan berlebihan, frustasi, bosan, merasa salah, tertolak, terabaikan, kehilangan ketertarikan pada penampilan sendiri, kesehatan, makanan, seks, harga diri rendah, polifasis mengerjakan banyak hal sekaligus, tergesa-gesa, sulit 15 berpikir jenih, berkonsentrasi dan membuat keputusan, rentan berbuat kesalahan dan melakukan kecelakaan, punya banyak hal untuk dikerjakan dan tidak tahu di mana memulainya sehingga mengakhiri segala sesuatunya tanpa hasil dan beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, marah, melawan, agresif, pelupa, kurang kreatif, irasional, menunda-nunda pekerjaan, dll. Tanda-tanda eustres atau stres yang baik seperti euforik, terangsang, tertantang, bersemangat, membantu, memahami, ramah, akrab, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol, yakin, kreatif, efektif, efisien, jelas dan rasional dalam pikiran dan keputusan, bekerja keras, senang, produktif, riang, dan sering tersenyum Looker Gregson, 2005. 2. Stres kerja 2.1 Definisi stres kerja The National Institute for Occupational Safety and Health 2008 mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan kebutuhan pekerja. Muchinsky 2003 berpendapat bahwa stres kerja merupakan respon terhadap rangsangan yang hadir pada pekerjaan yang mengakibatkan hal negatif pada fisik ataupun psikologis seorang pekerja. Anoraga 2009 mengatakan stres kerja adalah ketegangan pada manusia yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan. Stres kerja timbul karena ada ketidakseimbangan antara manusia dan 16 lingkungan. Suara gaduh, suhu udara yang tinggi atau terlalu rendah adalah salah satu contoh ketidakseimbangan pada lingkungan yang menimbulkan stres pada karyawan. 2.2 Penyebab stres kerja Griffin 2004 membagi penyebab stres kerja menjadi 4 kategori antara lain tuntutan tugas, tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. a. Tuntutan tugas merupakan penyebab stres yang terkait dengan tugas itu sendiri. Pekerjaan yang menuntut seseorang untuk membuat keputusan secara cepat, membuat keputusan tanpa informasi yang lengkap dan keharusan membuat keputusan yang relatif serius adalah sejumlah situasi yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. b. Tuntutan fisik merupakan penyebab stres yang terkait dengan lingkungan kerja. Bekerja di luar kantor dengan suhu yang sangat panas atau dingin, atau bahkan di dalam kantor yang tidak ber-AC dapat menyebabkan terjadinya stres. Desain kantor yang buruk yang membuat karyawan kurang memiliki privasi atau menghambat interaksi sosial, ruangan kerja yang berisik, pencahayaan yang buruk, dan ruang kerja yang sempit juga bisa menimbulkan stres. Yang lebih berbahaya adalah ancaman aktual terhadap kesehatan. c. Tuntutan peran merupakan penyebab stres yang terkait dengan ketidakjelasan peran atau konflik peran yang dialami oleh individu dalam kelompok. Contohnya seorang karyawan baru yang merasa 17 perannya tidak jelas karena bimbingan dan pelatihan yang buruk dari organisasi akan mengalami stres. d. Tuntutan interpersonal merupakan stresor yang terkait dengan hubungan antar individu di dalam organisasi. Hubungan yang baik dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan tidak akan menimbulkan tekanan. Tetapi ketika kelompok menekan individu atau terjadi konflik maka akan menimbulkan stres. Gaya kepemimpinan juga dapat menyebabkan stres. Seorang karyawan yang merasa sangat ingin berpartisipasi dalam pembuatan keputusan akan merasa stres jika atasannya menolak untuk menyediakan ruang partisipasi. Dewe 1989, dalam Abraham Shanley, 1997 melakukan survei pada 1801 perawat dan mengkaji stres mereka, dan mendapatkan bahwa ada 5 sumber stres kerja antara lain: a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman dalam bekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga. b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja dengan staf. c. Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru 18 dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat. d. Berurusan dengan pengobatanperawatan pasien, misalnya terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan dan sulit bekerjasama dengan pasien. e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat. 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi stres berdasarkan penelitian Martina 2012 yaitu: pertama, jenis kelamin; stres kerja sedang lebih banyak dialami oleh perempuan 95,5. Hal ini disebabkan karena respon fisiologis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada saat perempuan mengalami stres, tubuh akan memberikan respon fisiologis berupa aktivitas dari beberapa hormon dan neurotransmitter di dalam otak. Lebih lanjut lagi perempuan lebih menderita stres dari pada laki-laki disebabkan karena prolaktin perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Hormon ini memberikan umpan balik negatif pada otak sehingga dapat meningkatkan trauma emosional dan stres fisik. Kedua, status perkawinan; stres kerja sedang banyak dialami oleh perawat yang sudah menikah 90. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang sering terjadi di keluarga. Kondisi yang membutuhkan perhatian khusus seperti pada saat anak atau pasangan sakit sementara 19 harus tetap bekerja sehingga dapat menjadi stres tersendiri bagi perawat yang sudah berkeluarga. Ketiga, tingkat pendidikan; tingkat stres kerja berdasarkan tingkat pendidikan yang berbeda menunjukkan hasil yang sama. Keempat, lama masa kerja; tingkat stres kerja berdasarkan lama kerja menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja 6 bulan – 3 tahun mempunyai tingkat stres yang paling tinggi. 2.4 Dampak stres kerja Dampak dari stres bisa positif ataupun negatif. Apabila stres yang muncul dalam batas normal dan tidak dianggap sebagai tuntutan oleh seorang individu maka dapat menjadi keuntungan bagi sebuah perusahaan karena dapat memicu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dampak negatif yang muncul bisa bersifat psikologis, perilaku dan medis Griffin, 2004. Dampak negatif yang bersifat psikologis dari stres berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Dampak ini meliputi gangguan tidur, depresi, masalah keluarga, gangguan seksual Griffin, 2004. Selain itu Lubis 2006, dalam Prihatini, 2007 mengatakan bahwa dampak stres kerja yang bersifat psikologis meliputi gangguan psikis yang ringan hingga berat. Gangguan psikis yang ringan seperti mudah gugup, tegang, marah- marah, apatis dan kurang konsentrasi.Gangguan psikis berat yaitu seperti depresi dan ansietas. 20 Dampak negatif dilihat dari segi perilaku yaitu terjadi perubahan pada individu yang menimbulkan tindakan yang merusak atau berbahaya seperti merokok, minum alkohol, terlibat narkoba. Perilaku lain yang dipicu oleh stres adalah kecelakaan, kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain serta gangguan makan Griffin, 2004. Dampak negatif dilihat dari segi medis yaitu seperti serangan jantung dan stroke. Begitu juga sakit kepala, sakit punggung, bisul, serta gangguan kulit seperti jerawat dan gatal-gatal. Stres kerja juga mengakibatkan hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dan lain-lain Lubis, 2006 dalam Prihatini, 2007. Stres individu juga memiliki dampak langsung kepada perusahaan. Bagi seorang karyawan, stres bisa berdampak pada kualitas kerja yang buruk dan produktivitas yang rendah. Bagi seorang manajer, stres bisa berdampak pada keputusan yang buruk dan gangguan hubungan kerja. Individu yang kesulitan mengatasi stres di lingkungan kerja mungkin akan pura-pura sakit dan tidak masuk kerja atau bahkan meninggalkan perusahaan. Kepuasan kerja, moral, dan komitmen bisa memburuk akibat level stres yang berlebihan. Begitu juga dengan motivasi untuk bekerja Griffin, 2004. 3. Stres kerja di ruang intensif Pasien dalam keadaan sakit yang kritis critically ill bisa mengarah ke kegagalan sistem organ sehingga membutuhkan bantuan untuk sistem respirasinya, kardiovaskuler, renal, nutrisi, dan organ vital lainnya. Untuk 21 pasien yang demikian diperlukan perawatan intensif di unit pelayanan intensif Djojodibroto, 1997. Pelayanan intensif harus dilakukan oleh perawat yang terlatih secara formal dan mempunyai pengetahuan cukup mengenai intensive care serta bekerja selama 24 jam Djojodibroto, 1997. Hal ini dimungkinkan karena perawat di ruangan intensif dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat Putrono, 2002 dalam Saribu, 2012. Sumber stres yang dialami oleh perawat di ruangan intensif adalah kondisi pasien yang kritis dan ditambah lagi ruangan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan keahlian khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius. Selain itu, kritikan sepihak dari keluarga pasien tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat juga dapat menyebabkan stres pada perawat Putrono, 2002 dalam Saribu, 2012. 4. Stres kerja di ruang rawat inap Unit rawat inap merupakan sebuah unit pelayanan yang digunakan sebagai tempat untuk perawatan umum pasien setelah pasien masuk ke rumah sakit. Pada sebuah rumah sakit, terdapat berbagai macam spesifikasi unit rawat inap tergantung management rumah sakit, ada yang terbagi berdasarkan kelas- kelas tertentu, misalnya kelas 1, 2, 3 ataupun juga VIP. Beberapa rumah sakit juga membedakan antara unit penyakit dalam, anak dan perawatan medis 22 secara umum. Perawat yang bekerja di unit rawat inap juga harus memiliki kompetensi, apalagi jika perawat tersebut bekerja di sebuah unit rawat inap dengan beraneka ragam sikap dan perilaku yang berbeda dari setiap pasien, maka perawat di tempat ini dituntut untuk mampu memenuhi segala kebutuhan pasien di unit tersebut sesuai dengan kebutuhan, bekerja cepat, mandiri dan juga secara profesional atau dengan teamwork dalam melakukan asuhan keperawatan yang akan mereka berikan kepada pasien Rihulay, 2012. Pada unit ini, seorang perawat bekerja berdasarkan program-program kegiatan yang terjadwal setiap harinya, namun kecendrungan untuk mengalami stres kerja juga dapat dialami oleh seorang perawat yang bertugas di unit rawat inap. Misalnya, perawat yang bertugas sedikit, kondisi kerja tidak kondusif dan rekan kerja yang tidak dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu pula, di bagian rawat inap seorang perawat seharusnya ada di samping pasien setiap saat, apalagi jika pasien yang membutuhkan observasi terus menerus. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rihulay, 2012. 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN