Kerugian Product Placement Cost

30 Menurut Fill 2006 : 799 adapun yang menjadi kelebihan strengths product placement, yaitu 1. Dengan menampilkan produk tersebut, dapat membangun meningkatkan awareness dan kredibilitas untuk memperkuat citra merek. Hampir semua bisnis dalam product placement percaya bahwa audience dalam hal ini dapat didampingi untuk mengidentifikasikan dan menghubungkan dirinya dengan lingkungan yang digamnbarkan atau dengan selebritis yang menggunakan produknya. 2. Mengurangi biaya produksi 3. Mencapai audience tertentu captive audience 4. Mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada periklanan tradisional 5. Mendemontrasikan kegunaan produk dalam lingkup yang alami. 6. Menggambarkan setting yang lebih realistis, serta menawarkan peluang beriklan bagi produk-produk yang dibatasi media iklannya seperti rokok dan alkohol.

2.3.3 Kerugian Product Placement

Menurut Belch dan Belch 2004,451-452 adapun yang menjadi kerugian product placement, yaitu: 1. High absolute cost. Biaya absolut product placement bisa sangat tinggi. Walaupun hanya dengan persentase yang kecil dari placement harus dibayar secar langsung. 31 2. Time of exposure Dimana jalan untuk beberapa produk yang diekspos kepada audience mempunyai sebuah pengaruh. Tidak ada jaminan yang akan dilihat secara tertulis dari produk produk tersebut. 3. Limited appeal Tidak ada potensi dari pendiskusian laba produk atau tadak menyediakan informasi yang ditel. 4. Lack of control. Di dalam sejumlah film. Pengiklan tidak berkata lebih kapan dan seberapa sering produk tersebut akan ditampilkan. Banyak perusahaan menemukan bahwa bahwa placement mereka di film tidak bekerja dengan baik seperti yang diharapkan. Sedangkan Menurut Fill 2006 : 799 yang menjadi kekurangan weakness product placement yaitu: 1 Dengan menempatkan melakukan product placement di dalam sebuah film bukan berarti tidak ada risiko bahwa produk tersebut tidak akan terlihat unnoticed, khususnya dalam kondisi ini apabila placement dilakukan pada adegan yang tidak menyenangkan. 2 Tidak ada kendalinya dari pengiklan atas kapan, dimana, dan bagaimana produk tersebut akan ditampilkan. 3 Saat produk itu muncul dan diperhatikan, sejumlah kecilminoritas audience menyatakan bahwa bentuk komunikasi ini tidak etis. 32 4 Dapat disebut bentuk subliminal advertising dimana bentuk ini disebut legal.

2.4. Persepsi Komsumen

Dalam pengertian umum persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Pemahaman terhadap dan proses yang terkait sangat penting bagi pemasar dalam upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat. Berdasarkan persepsi inilah konsumen, tertarik dan membeli . Menurut setiadi 2010:87 persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan.Sensation refers to the immediates response of our sensory receptors eye, ears, nose, mouth, fingers to basic stimuli such as light, color sound,odor, and texture. Perseption is the process by which people select, organize, and interpret these sensation Salomon,200:78. Stimulus merupakan setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Menurut kotler 2002:198, orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atau objek yang sama karena tiga proses persepsi yaitu: 1. Perhatian selektif 33 Seseorang terlihat lebih dari 1.500 rangsangan per harinya karena seseorang tidak mungkin dapat menangani semua rangsangan itu, sebagian besar rangsangan akan disaring. Inilah yang disebut perhatian selektif, 2. Distorsi Selektif Merupakan kecenderungan orang untuk merubah informasi menjadi makna pribadi dan menginterprestasikan informasi itu dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi mereka. 3. Ingatan Retensi Selektif Kecenderungan seseorang untuk mengingat kebaikan dari produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik dari produk pesaing. Menurut Setiadi 2010:90-91, ada dua kelompok karakteristik-karakteristik stimuli yang membuat pesan lebih dirasakan oleh konsumen seperti yang diharapkan pemasar, yaitu: a Elemen inderawi Sensory Element Faktor-faktor sensory mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan dan hal itu sangat penting dalam desain produk. Adapun faktor sensory. 1. Warna Tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan memungkinkan pemasar memperhatikan warna kemasan produk sedemikian rupa agar konsumen punya persepsi yang baik terhadap produk itu. 34 2. Bau Bau suatu produk turut menentukan persepsi konsumen terhadap produk tersebut. 3. Rasa Rasa akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek. b Elemen Struktural Structural Element Sejumlah hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor struktural dari iklan cetak, mempengaruhi persepsi konsumen. Beberapa hasil penelitian yang dikutip Assael 2001 yang menunjukkan hal itu sebagai berikut: 1. Ukuran Ukuran media yang lebih besar lebih memungkinkan untuk diperhatikan. 2. Posisi Akan ada perhatian yang lebih besar pada stimulus dalam 10 pertama suatu media . Melewati batas tersebut mempunyai pengaruh yang kecil. 3. Warna Warna suatu produk dapat menentukan perhatian dari konsumen, pemakaian warna yang mencolok terkadang dapat menghasilkan perhatian yang lebih. 35 4. Kontras Kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian. Gambaran suatu produk di atas latar belakang putih mungkin akan mendapatkan perhatian, tetapi tidak menjamin pemahaman dan ingatan. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya . Selain itu suatu hal yang harus diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara substansi biasa sangat berbeda dengan realitas. Beberapa karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut Setiadi,2010:92: a. Membedakan stimulus Pada kenyataannya terdapat banyak konsumen yang bisa membedakan merek produk berdasarkan rasa, tetapi terdapat juga konsumen yang agak sulit membedakan merek berdasarkan rasa dan bau. b. Tingkat ambang batas Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau atau stimuli lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batas threshold level . Ada dua jenis threshold level, yaitu absolute threshold dan differental threshold. c. Subliminial percepstion Persepsi bawah sadar Kemampuan konsumen memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah kesadaran atau berada dibawah ambang batas kesadarannya disebut persepsi sublimial. 36 d. Tingkat adaptasi Terjadi saat konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang- ulang. Jadi suatu stimulus yang diulang-ulang sebagai contoh iklan, akan membuat konsumen merasa bosan dan tidak memperhatikan lagi. e. Generalisasi stimulus Generalisasi terjadi ketika konsumen melihat dua stimulus atau lebih mempunyai kesamaan mempunyai hubungan yang dekat contiguity , dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, oleh karena disubstitusikan.

2.4.1 Proses Persepsi

Menurut Setiadi 2010:98, proses persepsi terdiri dari: 1 Seleksi perseptual Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada Psikologikal set yang dimiliki. Psikologikal set, yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen. Oleh karena itu, dua proses yang termasuk ke dalam defenisi seleksi adalah: a. Perhatian attention b. Persepsi selektif selektif perception 2 Organisasi Persepsi 37 Organisasi persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi ialah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh.

2.5. Sikap Atas Produk

Menurut Robbins 2006:169 sikap adalah penilaian evaluatif berkaitan dengan obyek. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku, yaitu sikap berguna untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran, amembantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam pasar, berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih pangsa target. Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk 2007 yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam individu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu obyek. Menurut Hawkins 1989 dalam Ferrinadewi 2008:94 sikap adalah proses pengorganisasi motivasi, emosi, persepsi dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan sekitarnya.Menurut suryani 2008:162 ada dua model sikap yaitu model komponen sikap dan model multi atribut. Kedua model ini masing-masing dapat dibentuk melalui jalan yang berbeda- beda, yaitu: 1. Model tiga Komponen Sikap 38

a. Komponen kognitif, berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu

atau pengalaman iindividu baik yang sifatnya lansung atau tidak langsung dengan obyek sikap b. Komponen Afektif,berkenaan dengan perasaan atau emosi konsumen mengenai obyek sikap. Komponen afektif ini dapat beragan ekspresinya mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat suka atau sangat senang. c. Komponen konatif,berkenaan dengan predisposisi atau kecenderumgan individu konsumen untuk melakukan suatu tindakan berkenaan dengan obyek sikap. Jadi komponen ini bukan perilaku nyata, namun masih berupa skeinginan untuk melakukan suatu tindakan 2. Model Multi Atribut a. Model sikap terhadap obyek model ini lebih aplikatif penerapannya untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk atau obyek sikap yang lain. Mengacu pada model ini, sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek tertentu dari suatu produk merupakan fungsi dari evaluasi terhadap atribut dan keyakinannya tertentu mengenai produk tersebut. b. Model Keinginan Berperilaku model ini lebih memfokuskan pada prediksi intense keinginan yang kuat untuk berperilaku atas obyek sikap serta mengkaitkan sikap dengan norma subyektif. Norma subyektif merupakan keyakinan konsumen tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya sehubungan dengan obyek sikap. 39 Sikap menuntut seseorang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek yang sama. Sikap terdiri dari 3 komponen utama yaitu kognitif, afektif, dan konatif Ferinadewi, 2008:96. Gambar 2:1 Komponen Sikap Sumber: Ferrinadewi 2008:96 Katz mengidentifikasikan empat fungsi sikap dalam mowen 2002: 320, yaitu: 1 Fungsi Utilitarian Fungsi sikap Utilitarian mengacu pada ide bahwa orang mengeskpresikan perasaan untuk memaksimalkan penghargaan dan meminimalkan hukuman yang mereka terima dari orang lain. 2 Fungsi pembelaan-Ego Ego-Defensive Fungsi sebagai pembela ego adalah melindungi orang dari kebenaran mendasar tentang diri sendiri atau dari kenyataan kekejaman dunia luar. Fungsi pembelaan-ego , yang disebut juga fungsi pertahanan harga diri self esteem maintance function, mengandalkan pada teori psikoanalitik. Jika sikap, seperti prasangka terhadap kaum minoritas, berfungsi sebagai Afektif konatif Kognitif 40 mekanisme pembelaan orang fanatik yang tidak mau mengakui kegelisahan diri mereka yang paling mendasar. 3 Fungsi Pengetahuan Knowledge Function Sikap juga dapat dipergunakan sebagai standar yang membantu seseorang untuk memahami dunia mereka. Dalam memainkan peran ini, sikap membantu seseorang untuk memberikan arti pada dunia yang tidak beraturan dan semberaut. 4 Fungsi Nilai-Ekspresif Fungsi nilai ekspresif dari sikap mengacu pada bagaimana seseorang mengeskpresikan nilai sentral mereka kepada orang lain yang disebut fungsi identitas sosial. Ekspresi sikap bahkan dapat membantu seseorang dalam mengidentifikasikan konsep diri mereka kepada yang lain.

2.5.1. Pembentukan Sikap Secara Langsung

Menurut mowen 2001:324, sikap sebagai jumlah afeksi atau perasaan untuk atau terhadap rangsangan objek, seperti orang, produk, perusahaan, atau ide. Tiga mekanisme menjelaskan bagaimana sikap terbentuk secara langsung antara lain: a. Proses pembelajaran perilaku dan formasi sikap. Sikap dapat diciptakan secara langsung melalui proses pembelajaran perilaku dari pengkondisian klasik, Pengkondisian operant, dan pembelajaran observasional. Pengkondisian klasik berarti sikap yang 41 merupakan tanggapan emosional bersyarat yang dapat ditimbulkan oleh rangsangan bersyarat. b. Exposure nyata dan formasi sikap Metode ini untuk menciptakan perasaan positif konsumen adalah mengekspos mereka pada sebuah rangsangan secara berulang. Semuanya sama, melalui fenomena exposure nyata , kesukaan seseorang akan sesuatu mungkin meningkat karena mereka saling melihatnya. c. Suasana hati dan formasi sikap Suasana hati juga mempunyai dampak yang langsung terhadap formasi sikap konsumen. Disini telah ditemukan bahwa apabila konsumen pada awalnya diskspos pada sebuah objek, maka suasana hati mereka pada suatu saat akan mempengaruhi sikap yang mereka bentuk terhadap objek.

2.6. Penelitian Terdahulu

Kuntono 2007 telah melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Sikap Audience Remaja terhadap Product Placement dalam film Studi kasus Film Fantastic Four of The Silver Surfly” Tujuan Penelitian untuk mengetahui atau menganalisi bagaimana Sikap audience attention, acceptance, reference, ethics and regulation terhadap Product Placement pada film yang menjelaskan pengaruh variabel movie going frequency dan enjoyment terhadap sikap yang terbentuk. Hasil dari penelitian ini adalah sikap audience attention, acceptance, reference mempunyai sikap positif terhadap Product Placement , kecuali ethics 42 and regulation . Variabel movie going frequency lebih berpengaruh daripada variabel enjoyment terhadap sikap yang terbentuk. Sitorus 2010 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Product Placement terhadap sikap Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Atas Merek Gery Chocolatos dalam Acara TV Take Me Out Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk meneliti pengaruh Product Placement terhadap sikap kognisi merek, afeksi merek, dan konatif merek mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara . Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa variabel Product Placement berpengaruh positif terhadap sikap konsumen.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang diteliti dari berbagai teori yang telah dideskripsikan dan yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis Sugiyono, 2010 : 60. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain product placement sebagai variabel bebas dan persepsi konsumen sebagai variabel terikat. Dalam mempromosikan sebuah produk atau jasa dibutuhkan strategi periklanan yang mampu menarik minat konsumen terhadap merek produk dan mencuri kesadaran konsumen atas produk atau jasa. Strategi periklanan yang paling efektif adalah product placement. Product placement merupakan suatu strategi yang dilakukan untuk menampilkan produknya dengan kesan bahwa keberadaan produk tersebut seolah-olah menjadi bagian dari cerita, film dan acara televisi. Product placement diharapkan mampu menciptakan daya tarik dan 43 menangkap eksposir para penonton sehingga merek tersebut secara sengaja mendapatkan perhatian dari penontonnya. Persepsi konsumen dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang diterima melalui panca indera. Setiap bentuk fisik, visual dan komunikasi verbal yang diperoleh akan mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Persepsi konsumen menjadi salah satu faktor penentu diterima atau tidaknya produk yang ditawarkan. Keberadaan dan ingatan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditampilkan dalam acara TV atau film bisa menjadi salah satu faktor yang mengubah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa tersebut. Oleh karena itu kesan yang menarik dalam product placement akan memberikan rangsangan- rangsangan untuk mempengaruhi persepsi atau pandangan konsumen terhadap produk atau jasa tersebut. Jika konsumen memiliki persepsi yang positif atas merek maka produk atau jasa mampu menarik perhatian konsumen dan selanjutnya terpatri dalam ingatan konsumen sehingga pada akhirnya para audience memiliki sikap tersendiri atas merek yang ditampilkan. Sikap atas merek adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung positif atau tidak mendukung negatif secara konsisten Assael,2001:282. Hal itu merupakan langkah awal sukses atau tidaknya product placement mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk handphone Samsung yang akan mengantarkan konsumen melakukan pembelian. 44 Berdasarkan pernyataan diatas maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini : Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber : Belch dan Belch 2004:450,Assael2001:282, Diolah

2.8. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa product placement dapat berpengaruh secara langsung terhadap sikap dan dapat juga berpengaruh tidak langsung melalui persepsi terhadap sikap. Product Placement X Persepsi atas merek Y1 Sikap atas Merek Y2 45 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono 2006:11, penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Yakni untuk melihat pengaruh product Placement produk handphone Samsung dalam drama korea terhadap persepsi dan sikap mahasiswa manajemen ekonomi universitas sumatera utara.

3.2 Tempat dan waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen . Penelitian inidilakukan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan April2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dibuat untuk menghindari kesimpasiuran dalam penelitian karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti serta adanya keterbatasan informasi yang diperoleh pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas pada faktor-faktor sebagai berikut. 1. Variabel independent X adalah Product Placement 2. Variabel dependent Y terdiri dari atas persepsi Y 1 dan Sikap Y 2 mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 46

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Penguraian defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah dan memberi gambaran yang jelas dalam pengukuran variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Variabel Independent X Product Placement Xadalah sebuah cara untuk meningkatkan promosi sebuah produk atau jasa dengan menampilkan produknya dengan kesan bahwa keberadaan produk tersebut seolah- olah menjadi bagian dari cerita film dan acara televisi. Product Placementini sebagai alat promosi yang menampilkan produk dalam film guna mempengaruh pandangan konsumen terhadap produk tersebut. 2. Variabel Dependent Y a. Persepsi Konsumen Y 1 Makna yang kita perhatikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui lima indera, stimuli atau stimulus dapat berupa bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. b. Sikap Konsumen Y 2 Sikap konsumen adalah Kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung positif atau tidak mendukung negatif secara konsisten, yang meliputi kognitif kepercayaa, afektif evaluasi, konatif tindakan 47 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Defenisi Indikator Variabel Skala Pengukuran Product Placement X Aktivitas komunikasi pemasaran dengan mempromosikan sebuah merek melalui film atau acara televisi dan berbagai media entertaiment lainnya

1. Pesan yang

Dokumen yang terkait

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

1 86 87

ANALISIS MANAJEMEN LABA SERTA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012

0 14 47

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM MERGER DAN AKUISISI DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indones

0 0 14

PENDAHULUAN Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.

0 2 7

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.

1 4 16

BAB 1 PENDAHULUAN - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 8

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 10

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 14

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 10

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2013

0 0 17