Konsep Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA

16 5. lebih dekat dengan sarana-prasarana 6. jumlah penduduk lebih padat Kota memiliki tatanan Pemerintahan berupa Kelurahan yang berada langsung dibawah Camat sehingga Kelurahan bertanggungjawab kepada Camat sebagai struktur pemerintahan yang lebih tinggi satu tingkatan, itu juga ditegaskan dalam PP No. 73 tahun 2005 di Pasal 3 1,2. Di dalam ayat 1 di jelaskan bahwa,“Kelurahan merupakan perangkat daerah kabupatenkota yang berada di wilayah kecamatan.”. Sedangkan ayat 2 menjelaskan bahwa, “Kelurahan sebagaimana aya 1 dipimpin oleh lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada BupatiWalikota melalui camat.”

2.3 Konsep Kemiskinan

Berbicara kemiskinan tidak hanya terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang namun di Negara-negara maju pun keberadaan masyarakat miskin masih bisa ditemukan, dengan kata lain seperti apapun Negara tersebut, semaju apapun Negara tersebut tidak akan terlepas dari yang namanya kemiskinan, tapi yang perlu dibedakan di sini adalah ciri-ciri orang miskin yang ada di setiap Negara, konsep kemiskinan di Negara berkembang akan berbeda dengan konsep kemiskinan yang ada di Negara maju. Terlepas dari semua itu kemiskinan merupakan menjadi tanggungjawab Pemerintah secara keseluruhan untuk mensejahterakan rakyatnya. Kemiskinan sendiri berasal dari kata miskin yang tidak memiliki harta benda atau serba kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik memberikan pengertian bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan poverty line atau batas kemiskinan poverty treshold.” BPS dan Depsos dalam http:digilib.itb.ac.idgdl.php?mod 09062010. Sedangkan Bank Dunia memberikan pengertian “kemiskinan yaitu pendapatan yang rendah, kekurangan gizi atau keadaan kesehatan yang buruk serta pendidikan yang rendah.” http : anthoine. multiply. com journal item387beberapa_konsep_kemiskinan 09062010. Sedangkan Ambar Teguh 2004:5 memberikan dua pengertian kemiskinan. Pengertian pertama “Kemiskinan secara eksplisit adalah fenomena, yakni hanya akan dilihat bagaimana 17 upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, dan sampai sejauh mana upaya tersebut mampu meraih apa yang diinginkannya.” Pengertian pertama memiliki pemahaman yang sempit, karena kemiskinan hanya ditinjau dari segi pemenuhan kebutuhan saja. Pengertian kedua Ambar Teguh memberikan defenisi kemiskinan lebih luas daripada yang pertama, “kemiskinan dilihat sebagai proses sistemik yang tereduksi dari berbagai faktor. Dalam hal ini kemiskinan lebih merupakan sebuah keadaan yang dipengaruhi secara sistemik, yang di dalamnya dipengaruhi oleh banyak aspek.” Dari dua pemahaman ini bisa ditarik benang merah bahwa kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang atau keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pendapatannya rendah, serta tidak terpenuhinya pangan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan konsep kedua yang diberikan oleh Ambar Teguh lebih menegaskan bahwa adanya masyarakat miskin lebih dikarenakan banyak faktor pendukung yang menyebabkan mereka miskin. Dari permasalahan kemiskinan yang dihadapi oleh Negara, Pemerintahpun telah berupaya secara maksimal untuk menurunkan angka kemiskinan setiap tahunnya terlebih lagi seperti yang dikatakan di atas keinginan MDGs pada tahun 2015 untuk mengurangi nilai nominal kemiskinan yang terjadi disetiap Negara. Adanya kemiskinan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang-orang tersebut menjadi miskin. Seperti yang dikutip dalam http:wawan- junaidi.Blogspot.com 201005kemiskinan-dan-faktor-penyebabnya.html 06-07-2010 bahwa ada beberapa penyebab terjadinya kemiskinan seperti. a. “Penyebab individual, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, kemampuan dari simiskin b. Penyebab keluarga, yang menghubungankan kemiskinan dengan pendidikan keluarga c. Penyebab sub-budaya, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari- hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar d. Penyebab agensi yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, seperti peperangan, pemerintah, dan ekonomi e. Penyebab structural yang memberikan alas an bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial” Terhadap hal ini pula, Isbandi Rukminto Adi. Phd senior programmer Community Development dalam http:adjhee.wordpress.com20071117 membaca-pola-kemiskinan 06- 07-2010 menegaskan tentang akar kemiskinan berdasarkan level permasalahan dan membaginya mejadi beberapa dimensi diantaranya: a. “dimensi Mikro: mentalitas materialistic dan ingin serba cepat instant; 18 b. dimensi Mezzo: melemahnya kepercayaan social social trust dalam komunitas dan organisasi dan hal ini sangat berpengaruh terhadap si subjek itu sendiri; c. dimensi Makro: Kesenjangan ketidakadilan pembangunan daerah yang minus ‘desa’ dengan daerah yang surplus ‘kota’. Strategi pembangunan yang kurang tepat tidak sesuai dengan kondisi sosio demografis masyarakat Indonesia; dan d. imensi Global: adanya ketidakseimbangan relasi antara Negara yang sudah berkembang dengan Negara yang sedang berkembang.” Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik BPS memiliki kriteria-kriteria mengenai masyarakat miskin. Seperti yang diungkapkan oleh BPS dalam http:www.dinsos.pemdadiy.go.idindex.php 06-08-2010. Ada 14 kriteria untuk menentukan keluargarumah tangga miskin: 1. “luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang; 2. jenis lantai terbuat dari tanahbambukayu murahan; 3. jenis dinding tempat tinggal dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester.; 4. tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lainnya.; 5. sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik; 6. sumber air minum berasal dari sumursumber yang tidak terlindungisungaiair hujan.; 7. bahan bakar memasak sehari-hari adalah dari kayu bakararangminyak tanah; 8. hanya mengkonsumsi dagaingsusuayam satu kali dalam seminggu; 9. hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun; 10. hanya sanggup makan satudua kali dalam sehari; 11. tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik; 12. sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2; buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan Rp. 600.000,- per bulan; 13. pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolah sekolahtidak tamat SD tamat SD; dan 14. tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kreditnon-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka dikategorikan sebagai rumah tanggaa miskin.”

2.4 Konsep Pemberdayaan Masyarakat