60
b. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil posttest diketahui nilai rata-rata komunikasi matematika kelompok eksperimen sebesar 66,89 dan kelompok kontrol sebesar 36,61. Dari
hasil tersebut diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik memiliki kenaikan kemampuan
komunikasi matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Kedua kelompok tersebut berada
pada distribusi normal pada hasil uji posttestnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
menyatakan bahwa
hitung
≤
tabel,
dengan nilai
tabel
pada taraf kepercayaan 95 sebesar 11,07. Selain itu baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol bersifat homogen, berdasarkan hasil uji posttestnya, yang menyatakan bahwa
F
hitung
≤ F
tabel
dengan nilai F
tabel
pada taraf kepercayaan 95 sebesar 1,79. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf
kepercayaan 95 dan 99. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai t-
hitung
sebesar 7,35 dan nilai t-
tabel
sebesar 1,66 untuk taraf kepercayaan kepercayaan 95 dan 2,36 kepercayaan 99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai t-
hitung
berada di daerah penerimaan H
a
, yaitu t
hit
t
tab
atau 1,66 7,35 2,36. Dengan demikian H
a
diterima dan H
o
ditolak pada taraf kepercayaan 95 dan pada taraf kepercayaan 99 , hal ini menunjukkan bahwa Kemampuan
komunikasi matematika siswa yang diberi pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik PMR lebih tinggi dari pada siswa yang diberi pendekatan
konvensional.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa kemampuan komunikasi matematika siswa dengan penerapan pendekatan pembelajaran
matematika realistik, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan komunikasi matematika siswa yang diberi pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
PMR lebih tinggi dari pada siswa yang diberi pendekatan konvensional. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
61
metamatika realistik, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru teacher center. Dalam proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru,
siswa kurang mampu mengemukakan pendapat dan mengaplikasikan ide-ide matematika formal kedalam kehidupan sehari-hari. Dalam meyelesaikan soal-soal
matematika, siswa hanya mengikuti cara yang diajarkan oleh guru tetapi tidak memahami apa yang dituliskan sehingga jika diberikan soal yang sedikit berbeda
maka siswa tidak bisa menyelesaikannya, hal ini disebabkan oleh salah satu faktor dalam diri siswa yaitu faktor kemampuan komunikasi matematika yang belum
berkembang. Berdasarkan tes essay untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika
yang diberikan oleh peneliti pada saat pra-penelitian, diketahui bahwa nilai rata- rata hitung kemampuan komunikasi matematika rendah yaitu 36,66. Selanjutnya
dilakukan penelitian, adapun sampel penelitian ditentukan secara random sampling
dan diperoleh kelas VII-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII-2 sebagai kelompok kontrol.
Pada pertemuan pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai secara optimal. Dalam diskusi siswa tidak fokus mengerjakan LKS,
masih banyak yang mengobrol, mengganggu kelompok lain. Pada saat hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas sedikit siswa yang menanggapi presentasi
temannya. Hal ini faktor kebiasaan siswa pada pembelajaran sebelumnya yang bersifat pasif, siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru di
depan kelas dan kurang adanya interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk enyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang
belum di pahami. Dari hasil diskusi siswa belum terlihat peningkatan pada kemampuan komunikasi matematika dan dari presentasi kelompok beberapa
kelompok masih kurang rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan yang baik
pada kemampuan komunikasi matematika siswa, hal ini dilihat dari hasil diskusi siswa dan hasil latihan setiap kali pertemuan. Siswa aktif bertanya jika mereka
mengalami kesulitan menyelesaikan masalah kontekstual ataupun kurang memahami materi. Dan pada akhirnya pada saat posttest terbukti bahwa
62
penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik memberi pengaruh yang positif terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini terlihat bahwa
rata-rata hitung kemampuan komunikasi matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
Penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat melatih siswa untuk menganalisa suatu permasalahan sehari-hari dan menyelesaikannya dengan
menggukan rumus matematika matematika formal. Dengan demikian dapat melatih siswa meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.
Dalam pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terdapat proses pemecahan masalah problem solving matematika. Langkah yang pertama, real
world problem masalah kehidupan sehari-hari dikomunikasikan atau ditransfer
ke dalam bahasa matematika, real world problem tersebut harus diformulasikan ke dalam istilah matematika sebagai sebuah masalah dalam matematika.
Kemudian masalah matematika tersebut diselesaikan dengan bantuan perhitungan secara matematika yang tersedia. Terakhir, solusi matematika yang telah diperoleh
diterjemahkan kembali ke dalam konteks yang sebenarnya konteks asli. Pada setiap langkah dalam proses belajar ini siswa dilatih untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematikanya, sehingga siswa tidak hanya menghafal rumus dan cara-cara menyelesaikan masalah tetapi lebih dari itu siswa menjadi
mengerti bagaimana langkah-langkah menyelesaikan masalah dan memahami apa yang mereka tuliskan dilembar jawaban serta mampu menjelaskan kembali ke
siswa yang lain tentang jawaban yang mereka berikan.
D. Keterbatasan Penelitian