Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat,
memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal Prawirohardjo, 2006. Menurut Nursalam 2001 dalam Evin 2009, ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: faktor pengetahuan, faktor pendidikan, faktor usia, dan faktor
ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah pengetahuan ibu
hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan antenatal care di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Menilai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan antenatal care.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a.
Memperoleh informasi tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care.
b. Memperoleh informasi tentang karakteristik umur, pendidikan,
dan pekerjaan ibu hamil yang berkunjung di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi.
c. Mengetahui kepatuhan kunjungan antenatal care ibu hamil apakah
sudah sesuai dengan standar.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi : 1.
Pemerintah daerah setempat. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
pengawasan kehamilan antenatal care, Departemen Kesehatan setempat dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan antenatal
secara efektif. 2.
Petugas kesehatan setempat. Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada pelayanan antenatal care.
3. Bagi masyarakat.
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk dapat menambah pengetahuan dan agar dapat
melakukan antenatal care secara teratur. 4.
Peneliti. Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, dan indera peraba.
Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi
rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya Notoatmodjo, 2003.
Berdasarkan sebuah Konsep Perilaku “K-A-P” ”Knowledge-
Attitude-Practice”, yang menjelaskan bahwa perilaku seseorang misalnya perilaku ibu hamil terhadap kepatuhan dalam mememeriksakan
kehamilannya sangat dipengaruhi oleh sikapnya yang mendukung terhadap anjuran memeriksakan kehamilannya. Sikap attitude
dipengaruhi oleh pengetahuan knowledge tentang sesuatu misalnya pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil
Notoatmodjo, 2003.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Dominan Kognitif
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif cognitive domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi yang riil sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Synthesis
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formula-formula yang ada.
f. Evaluasi Evaluation Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
ada Notoatmodjo, 2003.
2.1.3 Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan
Menurut Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003, bahwa suatu pesan yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima tahapan-
tahapan berurutan sebelum individu tersebut mengadopsi perilaku baru, yaitu: a. Awareness Kesadaran
Awareness adalah keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
b. Interest Merasa Tertarik Interest adalah seorang mulai tertarik akan isi pesan yang disampaikan.
c. Evaluation Menimbang-nimbang Evaluation merupakan tahap dimana penerima pesan mulai mengadakan
penilaian keuntungan dan kerugian dari isi pesan yang disampaikan. d. Trial Mencoba
Trial merupakan tahap dimana penerima pesan mencoba mempraktekkan isi pesan yang didengarkan.
e. Adaption Adapsi Adaption merupakan tahap dimana penerima pesan mempraktekkan dan
melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Evin 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Umur Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin cukupnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi kedewasannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwa. b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menentukan dan menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. d. Pekerjaan
Ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informsi, termasuk kesehatan.
e. Lingkungan f. Sosial budaya dan status ekonomi
2.1.5 Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner dalam Evin 2009, yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan
kata-kata yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun tulisan. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu rangsangan
yang berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain: a.
Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essai Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif
dari penilaian, sehingga nilainya akan beda dari seorang penilai dibandingkan dengan yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain.
b. Pertanyaan objektif berupa pertanyaan pilihan berganda dan benar salah.
Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti penilaiannya tanpa melibatkan faktor subjektivitas dari penilai.
Dari kedua pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya dengan pilihan berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan
karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Antenatal Care 2.2.1 Pengertian Antenatal Care
Menurut World Health Organization WHO 2005, Antenatal Care yang disebut juga prenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Antenatal care dijalankan
sejak kunjungan wanita hamil pertama sekali dan berlanjut hingga bayi lahir. Untuk negara di Eropa Timur, Amerika Utara, dan banyak negara maju lainnya,
menyarankan agar antenatal care dilaksanakan sebanyak 12-16 kali kunjungan selama kehamilan. Sedangkan di negara berkembang pemeriksaan antenatal care
cukup dilakukan sebanyak 4 kali sebagai kasus tercatat. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2008, Antenatal care adalah
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Antenatal care ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk menyiapkan
diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas sehingga keadaan mereka masa postpartum
sehat dan normal, tidak hanya fisik, tetapi juga mental Prawirohardjo, 2006. Perawatan antenatal PAN adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti
pada ibu hamil, pada perkembanganpertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yamg
terbaik Hanafiah, 2006.
2.2.2 Tujuan Antenatal Care
Menurut Ari 2009, Tujuan asuhan kehamilan, adalah: 1.
Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu
dan bayi.
Universitas Sumatera Utara
3. Menemukan secara dini adanya masalahgangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan. 4.
Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan
normal. 6.
Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Menurut Hanafiah 2006, dahulu tujuan Perawatan Antenatal PAN adalah untuk menjaring kasus kehamilan risiko tinggi dan risiko rendah. Faktor
risiko tersebut sebenarnya bukan merupakan indikator yang baik bagi ibu hamil yang mengalami komplikasi. Jika kita telaah, mayoritas ibu hamil yang
sebelumnya diidentifikasi “risiko rendah”, malah mengalami komplikasi, sebaliknya sebagian besar ibu hamil yang dianggap “risiko tinggi” melahirkan
bayinya tanpa komplikasi. Oleh karena itu, menurut Hanafiah 2006, tujuan PAN, yaitu:
1. Mempromosikan serta menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri, dan proses persalinan.
2. Mendeteksi secara dini kelainan yang terdapat pada ibu dan janin serta segera
menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, ataupun obstetri selama kehamilan dan menanggulanginya.
3. Mempersiapkan ibu hamil, baik fisik, psikologis, dan sosial dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, masa nifas, masa menyusui, serta kesiapan menghadapi komplikasi.
2.2.3 Fungsi Antenatal Care
Salah satu fungsi dari antenatal care ANC adalah untuk dapat mendeteksimengkoreksimenatalaksanakan sedini mungkin segala kelainan yang
terdapat pada ibu dan janinnya. Untuk itu, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik
Universitas Sumatera Utara
mulai dari anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosanya Hanafiah, 2006.
Perlunya mendeteksi penyakit dan bukan penilaian risiko dikarenakan pendekatan risiko bukan merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu AKI. Pendekatan PAN kini mengenalkan pendekatan terbaru, yaitu Antenatal Terfokus Focused ANC, yang
mengutamakan kualitas kunjungan daripada kuantitasnya. Pendekatan ini mengenalkan 2 kunci realitas, yaitu:
1. Pertama, kunjungan berkala tidak serta merta meningkatkan hasil akhir
kehamilan, dan di negara berkembang secara logistik dan finansial adalah mustahil bagi fasilitas kesehatan dan komunitas yang mereka layani.
2. Kedua, banyak wanita yang diidentifikasi “berisiko tinggi” tidak pernah
mengalami kompliksi, sementara wanita “berisiko rendah” sering kali mengalami komplikasi Hanafiah, 2006.
Antenatal Terfokus Focused ANC bergantung pada evidence-based, goal directed interventions yang layak untuk umur kehamilan dan ditujukan secara
khusus pada isu-isu kesehatan yang paling utama bagi wanita hamil dan jabang bayi. Strategi kunci Antenatal Terfokus Focused ANC lainnya adalah bahwa
setiap kunjungan ditangani oleh penyedia tenaga kesehatan yang ahli, yaitu bidan, dokter, perawat, atau tenaga kesehatan yang mempunyai pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan PAN Hanafiah, 2006.
Selain itu, fungsi dari antenatal care ANC adalah untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Untuk itu, perlu
komunikasi, informasi, dan edukasi KIE seperti: pemberian gizi yang baik, “empat sehat lima sempurna” terutama diet tinggi kalori tinggi protein susu, tahu,
air tahu, vitamin, dan mineral. Kemudian preparat Fe zat besi dan asam folat yang merupakan anti anemia Safe Blood Safe Mother Hanafiah, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Jadwal Antenatal Care
Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2008, K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal, yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4
kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, kunjungan antenatal care ANC minimal 4 kali selama
kehamilan: a
Satu kali pada trimester I umur kehamilan 0-13 minggu b
Satu kali pada trimester II umur kehamilan 14-27 minggu c
Dua kali pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36 Ari, 2009.
2.2.5 Standar Asuhan Kehamilan
Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 7T, antara lain:
a. Timbang berat badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Ukur tinggi fundus uteri.
d. Pemberian imunisasi TT Tetanus Toksoid lengkap.
e. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1
tablet setiap harinya. f.
Lakukan tes penyakit menular seksual PMS. g.
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Ari,2009.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dalam Mufdlilah 2009, Standar Pelayanan Antenatal yang berkualitas meliputi:
a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk
Universitas Sumatera Utara
memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan
tepat. b.
Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran Lingkar Lengan Atas LLA secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena
ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit
menghasilkan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi.
Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan pengamatan
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20
dari berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, Lingkar Lengan Atas 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklampsi. Tekanan darah tinggi, protein urine
positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam
waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang
mencapai 14090 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan
preeklampsi jika mempunyai 2 dari 3 gejala preeklampsi. Apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsi.
Eklampsi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya kematian maternal.
d. Pengukuran TFU Tinggi Fundus Uteri dilakukan secara rutin dengan
tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga
Universitas Sumatera Utara
mendeteksi secara dini terhadap terjadinya mola hidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian
maternal. e.
Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin
tunggal atau kembar, dan mendengarkan denyut jantung janin untuk menentukan asuhan selanjutnya.
f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid TT kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
g. Pemeriksaan Hemoglobine Hb pada kunjungan pertama dan pada
kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapakan kadar Hb 11gr pada trimester I dan III atau Hb 10,5 gr pada
trimester II, Hb 8gr harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat besi per hari.
h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh atau kopi. i.
Pemeriksaan urine jika ada indikasi tes protein dan glukosa, pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi HIVAIDS dan PMS.
j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan
dalam perawatan selanjutnya. k.
Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suamikeluarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya. l.
Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan, dan
mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Informasi yang Diberikan ketika Memberikan Asuhan Kehamilan Menurut Ari 2009, informasi-informasi yang harus diberikan kepada ibu
hamil pada kunjungan kehamilannya adalah: 1
Trimester I a. Menjalin hubungan saling percaya
Ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya antara
ibu hamil dan petugas kesehatan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat
selalu sesuai dengan data yang disampaikan oleh pasien secara jujur. b. Deteksi Masalah
Pada tahap awal pemberian asuhan, petugas kesehatan melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan melakukan
penapisan-penapisan. Beberapa diantaranya adalah penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, pre-
eklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya. c.
Mencegah masalah TT dan anemia Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus
dilakukan oleh petugas kesehatan karena anemia merupakan penyebab utama pendarahan postpartum. Selain anemia, petugas kesehatan juga harus
melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan kematian bayi.
d. Persiapan persalinan dan komplikasi Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun petugas kesehatan
tetap harus menyampaikan informasi ini sedini mungkin sehingga ibu hamil dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus
direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan juga perlu
disampaikan sejak dini sehingga ibu hamil dan keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan perjalanan kehamilannnya.
e. Perilaku sehat gizi, latihansenam, kebersihan, istirahat
Universitas Sumatera Utara
2 Trimester II
Setelah petugas kesehatan menyimpulkan bahwa ibu hamil sudah cukup paham dengan informasi yang harus diketahui pada Trimester I, maka pada
Trimester II ini, petugas kesehatan memberikan informasi yang berkaitan dengan preeklampsi ringan pantau tekanan darah dan evaluasi edema.
Petugas kesehatan mengajak ibu hamil dan keluarga untuk aktif dalam memantau kemungkinan gejala-gejala preeklampsi ringan dalam
kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi ibu hamil dan keluarga untuk mempertahankan kesehatannya secara mandiri.
3 Trimester III
a. Gemeli 28-36 minggu
Pada usia kehamilan ini, informasi yang perlu disampaikan adalah hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah
janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu hamil dan keluarga berkaitan dengan
janin. b. Letak janin 36 minggu
Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu hamil dan keluarga pada akhir masa kehamilan.
Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi kecemasan pasien. Ibu hamil akan lebih siap jika diberikan gambaran
mengenai proses persalinan secara lengkap.
Menurut Ari 2009, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada antenatal care, meliput i:
1. Makanan diet Ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan
protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus, dan
pendarahan paska persalinan. Jika makan makanan berlebihan karena
Universitas Sumatera Utara
beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti kegemukan, preeklampsi, janin terlalu besar makrosomia, dan sebagainya.
Hal penting yang harus diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman
Umum Gizi Seimbang. Petugas Kesehatan sebagai pengawas kecukupan gizinya dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama
kehamilan. Pengaruh suplementasi multigizi mikro MGM dan Fe-folat terhadap
status gizi makro ibu hamil dengan menggunakan penambahan berat badan hamil PBBH sebagai indikator, masih sangat sedikit. Padahal, PBBH
merupakan indikator utama yang menentukan hasil kehamilan, di samping berat badan prahamil BBpH.
Berat badan sebelum hamil, PBBH, dan indeks massa tubuh IMT masih merupakan indikator yang banyak dipakai untuk menentukan status gizi ibu.
Untuk menghindari risiko tersebut, ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi sebelum, ketika, dan setelah kehamilan, karena rerata PBBH yang
dianjurkan di negara berkembang adalah 12,5 kilogram. 2.
Merokok Bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil,
sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk merokok. 3. Obat-obatan
Untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada trimester I perlu dipertanyakan, mana yang lebih besar manfaatnya
dibandingkan bahaya terhadap janin. Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan,
sebaiknya pemberian obat dihindari. 4. Senam Hamil
Menurut Fraser dan Cooper 2003 dalam Ari 2009, Dianjurkan bagi ibu hamil agar banyak jalan, terutama pada pagi hari dalam udara segar dan
melakukan senam kehamilan, sehingga sirkulasi darah lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak.
Universitas Sumatera Utara
5. Pakaian Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih, dan tidak
ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
6. Kebersihan Tubuh Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan
metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan
menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan dengan mandi, maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit
kulit. 7. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya
pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks tehadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong dapat merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami dorongan,
maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan kelainan yang umum dirasakan oleh ibu
hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi fisiologis. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat
tidak dianjurkan karena akan menyebabkan dehidrasi. 8. Memantau kesejahteraan janin
Kesejahteraan janin dalam kandungan perlu dipantau secara terus menerus agar jika ada gangguan janin dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi
dan ditangani. Salah satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam
minimal 10 kali.
Universitas Sumatera Utara
9. Kesehatan jiwa
Karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik tetapi
juga latihan kejiwaan.
2.2.7 Hak-Hak Ibu Hamil dalam Antenatal Care
Menurut Saifuddin 2002 dalam Ari 2009, hak-hak wanita hamil, meliputi:
a. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus
diberikan langsung kepada ibu hamil dan keluarganya. b.
Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, dan harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini
berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya. c.
Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya. d.
Mendapatkan pelayanan secara pribadidihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur.
e. Menerima layanan senyaman mungkin.
f. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang
diterimanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Ibu hamil dan Antenatal Care
Ibu hamil adalah wanita dalam masa kehamilan mulai dari trimester I sampai trimester III.
Antenatal Care adalah pemeriksaanpengawasan terhadap kehamilan yang dilakukan secara sistematis terhadap ibu hamil dan janinnya selama dalam
kandungan sampai dilahirkan.
3.2.2 Pengetahuan tentang Antenatal Care
Pengetahuan adalah keseluruhan fakta, kebenaran azas, dan keterangan tentang antenatal care yang diperoleh dan diketahui oleh ibu hamil. Pengetahuan
tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik maupun mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya. Bilamana ada kelainan
fisik atau psikologis bisa ditemukan dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi yang sehat.
Penilaian terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care dilakukan dengan mengajukan 11 pertanyaan kepada responden, dimana
masing-masing pertanyaan memiliki skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 Pengetahuan Ibu Hamil
Pentingnya Pengawasan Kehamilan Antenatal Care
Universitas Sumatera Utara
untuk jawaban yang salah serta tidak menjawab. Dengan total skor sebanyak 11 dari 11 pertanyaan tersebut.
Menurut Arikunto 2007, sebelum peneliti menentukan predikat tingkat pengetahuan, peneliti terlebih dahulu menentukan tolok ukur kategori yang akan
dijadikan patokan penelitian. Seperti diketahui bahwa skor minimum yang mungkin diperoleh 0 dan
skor maksimum 11. Jika penilaian menggunakan tiga kategori, maka rentangan skor dibagi 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut sesuai dengan
pengelompokan skor : a.
Skor 9 - 11 : Tingkat pengetahuan baik b.
Skor 5 - 8 : Tingkat pengetahuan cukup
c. Skor 0 - 4 : Tingkat pengetahuan kurang
Skala pengukuran yang dipakai untuk tingkat pengetahuan tersebut adalah skala ordinal rangking.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survey yang bersifat deskriptif untuk menilai pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
pengawasan kehamilan antenatal care. Metode penelitian deskriptif ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional potong lintang karena
pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi. Pemilihan tempat ini didukung oleh lokasinya yang berada di pusat kota dan
mencakupmenjangkau ibu hamil yang mewakili populasi dari berbagai tingkat sosial dan ekonomi.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Agustus 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi