Maidayani : Pengaruh Aditif Lateks Dan Komposisi Terhadap Karakteristik Beton Dengan Menggunakan Limbah Padat Sludge Industri Kertas, 2009
pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mmmenit. Dan apabila sampel telah putus, diarahkan switch kearah OFF maka
motor penggerak akan berhenti. Lalu dicatat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat beton polimer tersebut putus.
Dengan menggunakan persamaan 2.5 maka nilai kuat tarik dari beton dapat ditentukan.
3.5.6. Kuat Patah
Untuk mengetahui besarnya kuat patah dari beton, maka perlu dilakukan
pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 133 – 97 dan ASTM C 348 – 97.
Alat yang digunakan untuk menguji kuat patah adalah Universal Testing Mechine UTM. Pengujian kuat patah dengan Universal Testing Mechine UTM dan benda
uji untuk kuat patah benda berbentuk balok, seperti diperlihatkan pada lampiran H. Adapun prosedur pengujian kuat patah yaitu:
Sampel berbentuk balok diukur lebar dan tingginya, minimal dilakukan tiga kali pengulangan, kemudian diatur jarak titik tumpu span sebesar 10 cm sebagai
dudukan sampel lampiran H. Lalu diatur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian
berlangsung, alat ukur gaya terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol. Selanjutnya sampel ditempatkan tepat berada di tengah pada posisi
pemberian gaya lihat gambar, dan diarahkan switch ONOFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4
Maidayani : Pengaruh Aditif Lateks Dan Komposisi Terhadap Karakteristik Beton Dengan Menggunakan Limbah Padat Sludge Industri Kertas, 2009
mmmenit. Dan apabila sampel telah patah, diarahkan switch kearah OF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian dicatat besarnya gaya yang ditampilkan pada
panel display, saat beton tersebut patah. Dengan menggunakan persamaan 2.6 maka nilai kuat patah dari beton dapat
diperoleh.
3.5.7. Konduktivitas Termal
Untuk menentukan besarnya konduktivitas termal dari beton, maka perlu dilakukan pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 177 – 1997. Metoda yang
digunakan untuk menguji konduktivitas panas dari beton dihitung menggunakan less method, seperti diperlihatkan pada lampiran H.
Adapun prosedur pengujian konduktivitas termal dari beton yaitu: Sampel beton dibuat berbentuk selinder koin dengan diameter 10 cm, dan
tebal 3 - 5 mm, untuk memastikan dimensinya digunakan mikrometer dan jangka sorong dan diukur dimensinya minimal tiga kali pengulangan. Kemudian ditimbang
pelat alas kuningan, C dan dicatat massanya m, kemudian digantungkan dengan tali penggantung, X pada statip penggantung. Lalu letakkan benda uji, B beton ringan
berpori di atas pelat alas tersebut, dan olesin permukaan benda uji tersebut dengan bahan pelumas agar kontak panasnya menjadi lebih baik. Kemudian ketel uap, S
diletakkan diatas benda uji dan hubungkan dengan ketel air panas dengan menggunakan selang. Selanjutnya dimasukkan termometer T
1
pada lubang ketel uap dan termometer T
2
pada pelat alas kuningan, dan dicatat kenaikan temperatur T
1
dan
Maidayani : Pengaruh Aditif Lateks Dan Komposisi Terhadap Karakteristik Beton Dengan Menggunakan Limbah Padat Sludge Industri Kertas, 2009
T
2
setiap dua menit sampai kondisi kesetimbangan stady state tercapai. Keadaan setimbang dinyatakan apabila kenaikan temperatur
± 0,1
o
C selama 10 menit. Apabila T
1
dan T
2
sudah mencapai setimbang, diangkat ketel uap dan panaskan pelat alas beserta benda uji dengan alat pemanas, hingga temperatur T
2
naik sekitar 10
o
C. Setelah temperaturnya tercapai, dimatikan alat pemanas dan dicatat penurunan
temperatur T
2
untuk setiap dua menit, sehingga selisih suhunya mencapai sekitar 20
o
C. Kemudian plot kurva kenaikan temperatur selama pemanasan dan penurunan temperatur sewaktu pendinginan terhadap waktu.
Dengan menggunakan persamaan 2.7 maka nilai konduktivitas termal dari beton semen polimer dapat ditentukan.
3.5.8. Analisa Mikrostruktur dengan SEM