79
4.2.4 Rancangan Awal Aplikasi
Berikut ini adalah gambar rancangan awal dari aplikasi yang akan dibuat.
Gambar 4.4 Rancangan awal aplikasi.
4.3 Fase Konstruksi
4.3.1 Instalasi Software
Berikut ini adalah proses instalasi software yang digunakan untuk merancang aplikasi virtual synthesizer ini.
A. Instalasi Synth Maker V 1.1.7
Synth Maker adalah sebuah audio programming tool yang digunakan untuk membuat berbagai virtual instrument, sound
effect dengan menggunakan metode visual programming¸ yaitu dengan merancang sebuah skema aplikasi yang akan dibuat
terlebih dahulu, lalu kemudian menambahkan kode programnya. File Browser
Save Edit Signal Displayer
Equalizer
Signal Modified Tools
Virtual Keyboard
80 Instrumen yang dihasilkan bisa digunakan secara langsung dalam
bentuk MIDI ataupun sebagai vst plugin untuk membuat musik dalam berbagai jenis program aplikasi sound recording. Berikut
ini adalah proses instalasinya :
1. Buka installer synth maker versi 1.1.7, setelah itu akan
muncul tampilan sebagai berikut.
Gambar 4.5 Tampilan installer synth maker
2. Lalu klik next maka akan muncul pilihan lokasi dimana
software akan di instal
Gambar 4.6 Pemilihan lokasi install
81
3. Setelah itu klik next lagi maka proses instalasi secara
otomastis mulai dilakukan.
Gambar 4.7 Proses installasi.
4. Jika proses instalasi sudah selesai, maka akan ada tampilan
seperti ini.
Gambar 4.8 Proses installasi selesai.
82
5. Berikut ini adalah tampilan awal synth maker setelah
proses instalasi.
Gambar 4.9 Tampilan awal synth maker
4.3.2 Pembuatan Skema Aplikasi
Pada tahap ini, akan dibuat skema dari komponen-komponen yang diperlukan dan skema dari aplikasi virtual synthesizer
dengan menggunakan synth maker.
A. Preset Manager
Komponen ini
berfungsi untuk
menyimpan dan
menampilkan modifikasi yang sudah dilakukan oleh user serta mengedit nama pada modifikasinya tersebut, dalam aplikasi
ada 32 slot untuk menyimpan modifikasi tersebut. Berikut adalah skema dari komponen ini.
83
Gambar 4.10 Skema preset manager
B. Midi to Poly
Komponen ini berfungsi untuk membaca sinyal MIDI yang di input dan merubahnya menjadi sinyal polyphonic. Berikut
ini adalah skemanya.
84
Gambar 4.11 Skema Midi to poly
Dalam proses perekaman sebuah keyboard yang dilengkapi synthesizer mengirimkan sinyal MIDI ke
sequencer, yang akan merekamnya. Lalu sinyal tersebut dikirimkan dari sequencer ke setiap modul-modul suara dan
synthesizer sehingga menghasilkan musik yang diinginkan.
C. Detuner
Komponen ini adalah komponen pengontrol octave dan tuning yang berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya
nada dari sinyal yang dihasilkan, berikut ini adalah skemanya.
85
Gambar 4.12 Skema Detuner
Komponen ini dapat menurunkan dan menaikkan oktave dari suatu nada dari - 4 sampai + 4 oktave, sesuai dengan
standar pada synthesizer keyboard. Penerapan standarisasi tuning mulai dilakukan pemerintah Perancis sekitar tahun
1859, lalu ditetapkan pada tahun 1939 nada A diatas C tengah adalah 440 HZ. Frekuensi tuning meningkat dari tahun ke
tahun., karena makin tinggi tingginya sebuah pitch, maka sensasi loudness semakin meningkat.
D. Multi Oscilator
Untuk dapat membuat virtual synthesizer yang bertipe frequency modulation maka dibutuhkan sebuah komponen
yang bisa menggabungkan dua buah sinyal atau lebih, untuk itu pada aplikasi ini digunakan dua buah multi oscilator yang
dapat menggabungkan dua sinyal yang berbeda tersebut.
86 Komponen ini adalah kumpulan dari jenis-jenis oscilator
yaitu sine, sawtooth, triangle, square dan noise yang di gabung menjadi satu komponen.berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.13 Skema Multi oscilator
Cara kerja komponen ini adalah apabila user memilih salah satu dari jenis sinyal diatas maka input sinyal tersebut
akan diproses oleh komponen oscilator. Berikut adalah perlakuan terhadap input sinyal tersebut sesuai dengan jenis
sinyal yang dipilih oleh user . 1.
Apabila user memilih sinyal sine maka input sinyal tersebut akan dikalikan dengan floating point, agar sinyal
tersebut terdengar halus dan lembut., karena menurut teorema nyquist apabila semakin besar sample rate yang
dikalikan maka semakin baik output sound yang dihasilkan.
87 2.
Apabila user memilih sinyal sawtooth, maka sinyal yang diinputkan akan diproses menjadi sinyal yang memiliki
harmonisasi nada yang mempunyai frekuensi diatas atau dibawah frekuensi dasar yaitu 440Hz yang mempunyai
kelipatan integer atau bilangan bulat seperti 880Hz, 1320Hz dan sebagainya.
3. Apabila user memilih sinyal triangle, maka sinyal yang
dihasilkan adalah gabungan antara sinyal sine dan sinyal square. Bentuknya hampir sama dengan sine wave dan
mempunyai kelembutan pada nadanya, namun juga mengandung nada harmonik yang aneh yang terdapat
pada square wave. 4.
Apabila user memilih sinyal square maka sinyal yang diinputkan akan diperlakukan sama seperti sinyal
sawtooth namun mempunyai nanda harmonisasi yang aneh.
5. Apabila user memilih sinyal noise maka sinyal yang
diinputkan akan di bypass kan, karena noise adalah fluktuasi acak dari suara yang terdiri dari berbagai
frekuensi, yang terdengar seperti ”desisan” .
88
E. Amplifier
Ini adalah komponen penguat sinyal, yang biasa disebut sebagai
volume. Berikut
ini adalah
skemanya.
Gambar 4.14 Skema Amplifier
Pada komponen ini sinyal diperkuat dengan intensitas 0 sampai dengan 1 penguatan amplitudo sinyal.
F. Distortion
Komponen ini berfungsi sebagai efek dari sinyal yang masuk dengan menggunakan modifikasi sinyal yang lebih
kasar. Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.15 Skema Distortion
89 DSP Coding yang digunakan adalah untuk membuat
distorsi linear. Distorsi linear dapat terjadi karena fluktuasi amplitudo seperti peristiwa beating yang terjadi ketika dua
frekuensi berbeda kurang dari 15Hz dimainkan secara bersamaan.
G. Overdrive
Komponen ini adalah berfungsi sebagai efek distorsi yang menggunakan modifikasi sinyal yang lebih halus. Berikut ini
adalah skemanya.
Gambar 4.16 Skema Overdrire
Pada prinsipnya sama seperti efek distorsi, namun efek sinyal ini menggunakan DSP coding untuk menghasilkan
distorsi non linear, yaitu distorsi yang dapat terdeteksi diatas orde harmoni ke-4 oleh nada 357Hz pada intensitas 70dB.
90
H. State Variable Filter
Komponen ini berfungsi untuk memodifikasi sinyal dengan menggunakan multi filter , yaitu low pass, high pass,
band pass, band reject. Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.17 Skema State variable filter
Komponen ini
menggunakan DSP
coding untuk
memproses sinyal yang masuk, berikut ini adalah DSP coding nya. Coding ini berfungsi sebagai sequence algoritma dari
pengolahan input sinyal user.
I. ADSR Attack, Decay, Sustain, Release
Komponen ini berfungsi umtuk memodifikasi amplitudo dari sinyal yang masuk. Berikut ini adalah skemanya.
91
Gambar 4.18 Skema ADSR
J. Combiner
Komponen ini berfungsi untuk mengkombinasikan suara pada sinyal poly menjadi satu di dalam sinyal mono. Berikut ini
adalah skemanya.
Gambar 4.19 Skema Combiner
92
K. Ping-Pong Delay
Komponen ini merupakan sebuah efek stereo untuk memantulkan delay diantara channel kanan channel kiri.
Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.20 Skema Ping-pong delay
Pada dasarnya komponen ini menggunakan prinsip yang hampir sama sengan teori pergeseran nada karena efek
Doppler. Efek Doppler menjelaskan mengenai perubahan panjang gelombang yang terjadi karena adanya pergerakan
pendengar atau sumber suaranya.
L. Stereo Amp
Merupakan komponen yang berfungsi sebagai volume, namun dengan kualitas stereo. Berikut adalah skemanya.
93
Gambar 4.21 Skema Stereo Amp
Pada dasarnya komponen ini sama dengan komponen amplifier namun disini ditambahkan fungsi stereo, sehingga
volume yang dihasilkan lebih bagus.
M. Stereo Clip
Komponen ini berfungsi untuk menyatukan empat sinyal mono menjadi satu sinyal mono, kemudian diberi coding di
dalamnya sampai akhirnya dipecah lagi menjadi empat sinyal mono. Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.22 Skema Stereo clip
94
N. Scope
Komponen ini berfungsi untuk menampilkan sinyal mono dengan bentuk grafik, yang berubah secara real time
desuai dengan input sinyal yang diberikan. Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.23
Skema Scope
O. Equalizer
Komponen ini berfungsi memodifikasi sinyal melalui equalizer yang bisa dijalankan secara real time. Berikut ini
adalah skemanya.
95
Gambar 4.24 Skema Parametric Equalizer
Komponen ini menggunakan batas bawah getaran sebesar 20Hz, sedangkan atasnya sebesar 20.000Hz, yaitu sesuai
dengan batas pendengaran manusia yang hanya mampu mendengar getaran 20Hz-20.000Hz.
P. Virtual Keyboard
Komponen ini berfungsi sebagai input sinyal yang berbentuk tuts piano. Berikut ini adalah skemanya.
Gambar 4.25 skema Virtual Keyboard
96 Selain menggunakan tuts piano tersebut, user juga dapat
melakukan input dengan keyboard yang ada pada komputer, berikut ini susunan nada yang tertera pada keyboard komputer.
Gambar 4.26 Rancangan tuts piano
Gambar 4.27 Rancangan tuts piano 2
Q. Adomments dan GUI
Komponen ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau folder untuk interface pada aplikasi ini.berikut ini adalah
skemanya.
W Q
2
E R
T Y
U 3
5 6 7
X Z
S
C V
B N
M D
G H J
97
Gambar 4.28 komponen adomments dan GUI
R. Skema Aplikasi Virtual Synthesizer
Berikut ini merupakan skema atau rancangan akhir dari aplikasi virtual synthesizer.
Gambar 4.29 Skema Aplikasi Virtual Synthesizer
98
4.3.3 Coding