Analisa Pengaruh Pemberlakuan Piagam ASEAN terhadap Yurisdiksi

diselenggarakan di Jakarta juga diikuti dengan diperdengarkannya ASEAN Anthem lagu ASEAN untuk pertama kalinya secara resmi. Keberhasilan penyusunan Piagam ASEAN dan ratifikasinya oleh seluruh negara anggota merupakan suatu langkah awal dari suatu proyek besar untuk mentransformasikan ASEAN dari suatu asosiasi yang bersifat longgar menjadi organisasi yang memiliki legal personality dan berdasarkan aturan-aturan yang jelas. Disamping itu, Piagam ASEAN juga menegaskan bahwa ASEAN harus menjadi people-oriented organization . Diberlakukannya piagam ini secara otomatis memberkan dampak pada perkembangan hukum internasional, khususnya di kawasan ASEAN mengacu kepada status piagam itu sendiri sebagai perjanjian internasional yang menjadi salah satu sumber hukum. Itu berarti semua hubungan antara ASEAN dengan semua negara anggotanya telah mengikat secara hukum. 161 Piagam ini mengatur aturan-aturan keanggotaan, perubahan ASEAN ke dalam badan hukum yang sah dan mempertimbangkan suatu wilayah tunggal pasar bebas pada tahun 2015 untuk wilayah dengan kurang lebih 500 juta rakyat. 162

C. Analisa Pengaruh Pemberlakuan Piagam ASEAN terhadap Yurisdiksi

Negara Anggotanya. Keberhasilan penyusunan Piagam ASEAN dan ratifikasinya oleh seluruh negara anggota merupakan suatu langkah awal dari suatu proyek besar untuk 161 http:www.majalahmedium.comindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=31, 18 Januari 2010. 162 Ibid . Universitas Sumatera Utara mentransformasikan ASEAN dari suatu asosiasi yang bersifat longgar menjadi organisasi yang memiliki legal personality dan berdasarkan aturan-aturan yang jelas. Disamping itu, Piagam ASEAN juga menegaskan bahwa ASEAN harus menjadi people-oriented organization . 163 Jika semula ASEAN hanya merupakan perkumpulan dari 10 negara, maka setelah piagam berlaku, ASEAN akan menjadi satu kesatuan yang memiliki status badan hukum. Status tersebut tidak hanya berlaku dalam lingkup hukum domestik, tetapi juga dalam lingkup hukum internasional. Dengan demikian, ASEAN sebagai suatu kesatuan dapat menggugat dan digugat negara anggotanya dan negara non-ASEAN, serta organisasi internasional lainnya. Adanya Piagam ASEAN secara organisatoris akan membuat negara anggota ASEAN relatif akan lebih terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat ASEAN. Secara teoritis, piagam itu akan semakin mempermudah kerja sama yang dibuat ASEAN dengan mitra-mitra dialognya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN. Malah, piagam itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan lama. Misalnya, pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi untuk pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara anggota terjadi. 164 163 Pasal 1 ayat 13 Piagam ASEAN :” memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.” 164 http:lovetya.wordpress.com20081215hukum-organisasi-internasional-tentang-asean- chartered, 20 Januari 2010. Universitas Sumatera Utara Berlakunya Piagam ASEAN ibarat memberikan napas baru kepada organisasi regional itu setelah bertahun-tahun menjalin hubungan dan kerja sama lebih atas dasar kesukarelaan dan kesepakatan bersama. ASEAN telah mencapai banyak hal dalam satu tahun terakhir, sejak penerapan Piagam ASEAN, namun masih banyak lagi yang harus dilakukan di tahun-tahun mendatang. 165 ASEAN dapat memusatkan perhatian pada kegiatan- kegiatan untuk menggapai terbentuknya Masyarakat ASEAN ASEAN Community tahun 2015. Dengan adanya piagam itu, kini ASEAN dituntut untuk berjalan lebih cepat mewujudkan cita-cita Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya, yaitu politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial-budaya. Keberhasilan ASEAN melahirkan sebuah piagam bersama tidak otomatis bermakna ASEAN yang semakin solid. Tantangan terbesar justru berada di lingkungan internal ASEAN sendiri, khususnya bagaimana agar benar-benar bisa mengimplementasikan piagam itu sehingga ASEAN menjadi kekuatan yang menyatu dan tidak terpecah belah. Dilihat dari fungsi dan kewenangan yang dimiliki oleh organ-organ ASEAN, maka tampak jelas bahwa Piagam ASEAN tidak memberikan kedaulatan sedikitpun terhadap ASEAN. Piagam menjamin bahwa kedaulatan tetap dimiliki sepenuhnya oleh masing-masing negara anggota. Dengan demikian ASEAN 165 http:id.voi.co.idberita-internasionalasia-pasifik452-satu-tahun-piagam-menuju- masyarakat-asean-2015.html, 25 Januari 2010. Universitas Sumatera Utara bukanlah organisasi supranasional, melainkan organisasi internasional, sebagaimana organisasi internasional lainnya. ASEAN memang tidak didesain seperti Uni Eropa yang merupakan organisasi supranasional. Di dalam Uni Eropa, negara-negara anggotanya sepakat untuk menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada Uni Eropa dan negara-negara tersebut tetap memiliki kedaulatan. Urusan-urusan yang telah disepakati menjadi kewenangan Uni Eropa, selanjutnya akan diatur oleh Uni Eropa dan peraturan tersebut berlaku mengikat terhadap seluruh negara anggota. Apabila suatu negara anggota tidak menaati peraturan tersebut, maka ia akan dikenakan sanksi. Mengenai bentuk dan struktur pengambilan-keputusan, ASEAN saat ini masih cenderung bersifat intergovernmental , konsultatif dan konsensus; sedangkan Uni Eropa disamping intergovernmental juga supranasional, di mana kekuatan legislasi nasional tertakluk di bawahnya. Konstitusi Eropa sudah sampai pada tahap menyatukan pendekatan intergovernmental dan supranasional. Sebenarnya pilihan bentuk supranasional atau bukan supranasional tidaklah terlalu signifikan. ASEAN memang tidak perlu sama dengan Uni Eropa. Yang terpenting adalah bagaimana ASEAN bisa bertindak tegas terhadap pelanggaran piagam yang dilakukan oleh anggotanya. Isu kedaulatan ini memang menjadi masalah yang sensitif dikalangan negara-negara anggota ASEAN, terutama bagi negara-negara yang demokrasinya belum berkembang atau negara yang dipimpin oleh kelompok militer. Prinsip non interference dapat dijadikan alasan untuk berlindung dari tuduhan pelanggaran Piagam. Universitas Sumatera Utara Setelah berlakunya Piagam ASEAN akan membuat negara-negara di ASEAN lebih terikat dan patuh dalam melaksanakan segala kesepakatan yang telah dibuat ASEAN. Kesepakatan untuk tunduk dan patuh kepada kesepaktan bersama dalam ASEAN ini tentu saja akan mengurangi sebagian dari kewenangan negara anggotanya. Sebagai tahap pertama pengaruh Piagam ASEAN terhadap yurisdiksi negara anggotanya adalah dalam hal kewajiban untuk meratifikasi Piagam sesuai dengan prosedur di masing-masing negara. Dalam Pasal 5 ayat 2 dikatakan bahwa negara- negara anggota wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk pembuatan legislasi dalam negeri yang sesuai, guna melaksanakan ketentuanketentuan dalam Piagam ini secara efektif, dan mematuhi kewajiban- kewajiban keanggotaan. Pengaruh Piagam lainnya adalah pengaturan mengenai sekretariat nasional ASEAN dalam Pasal 13 Piagam ASEAN. Dikatakan bahwa setiap negara anggota ASEAN wajib membentuk sekretariat nasional ASEAN masing-masing negara. Sekretariat nasional ini berfungsi sebagai focal point ASEAN di tingkat nasional. Pembentukan sekretariat nasional ASEAN ini sendiri telah mengurangi sedikit yurisdiksi negara anggota ASEAN. Sekretariat ini walaupun berada di wilayah negara masing-masing anggota, tetapi memiliki kekebalan terhadap yurisdiksi negara, karena berlaku baginya kekebalan yang telah diserahkan negara tersebut kepada ASEAN. Jadi, bagi sekretariat ini berlakulah hukum dan yurisdiksi ASEAN. Universitas Sumatera Utara Piagam ASEAN seperti yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 7 dengan tegas mengadopsi demokrasi, menghormati dan menegakkan supremasi hukum, menghormati hak-hak asasi manusia, serta pemerintahan berdasarkan konstitusi. Hal itu memang langsung terlihat pengaruhnya, misalnya dengan kesegeraan para diplomat ASEAN menyiapkan mekanisme hak asasi manusia ASEAN, yang diamanatkan dalam pilar sosial politik serta mendapat dorongan dari masuknya penghormatan dan penegakan HAM sebagai prinsip bagi seluruh negara anggota ASEAN. Dalam pasal 14 mengenai Badan Hak Asasi Manusia ASEAN dikatakan bahwa ASEAN wajib membentuk badan hak asasi manusia ASEAN, terkait dengan prinsip-prinsip ASEAN dalam pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi dan kebebasan fundamental. Prinsip-prinsip universal tentang HAM harus mendasari badan HAM ASEAN. ASEAN yang bersifat people oriented tidak dapat dicapai jika ASEAN mempertahankan kemutlakan kedaulatan nasional dalam masalah HAM. Sebagai contoh dalam menyelesaikan konflik internal Myanmar, setelah upaya melalui PBB gagal. Salah satunya kemungkinan adalah melalui Komite Hak Asasi Manusia yang telah dimiliki oleh ASEAN, walaupun memang sampai sekarang masalah Myanmar masih belum dapat diselesaikan secara internal ASEAN. Kedaulatan masing-masing negara memang tetap harus dihormati, tetapi sebagai organisasi regional seharusnya cukup kuat untuk menindak anggotanya yang „nakal‟ seperti Myanmar. Seperti Uni Eropa yang dengan jelas mensyaratkan demokratisasi bagi anggota baru, ASEAN perlu punya Universitas Sumatera Utara instrumen untuk mendesak junta militer yang melakukan pelanggaran HAM di Myanmar. Dalam Bab IV diatur mengenai kekebalan dan hak istimewa. Pasal 17 menyatakan bahwa ASEAN memiliki kekebalan dan hak-hak istimewa di wilayah negara-negara anggotanya sebagaimana diperlukan untuk mencapai tujuannya. Sedangkan, Pasal 18 menyatakan mengenai kekebalan dan hak istimewa Sekretaris Jenderal ASEAN dan staf Sekretariat ASEAN, dimana keduanya memperoleh kekebalan dan hak-hak istimewa sebagaimana diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya secara mandiri. Pasal 19 menyatakan pemberian kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa kepada wakil tetap dan pejabat yang ikut serta dalam kegiatan resmi ASEAN. Dari pemberian kekebalan dan hak-hak istimewa yang dilakukan oleh negara anggota kepada ASEAN telah memberi dampak terhadap yurisdiksi negaranya. Dimana sesuai dengan kesepakatan terhadap 3 tiga badan diatas, tidak berlaku yurisdiksi dari negara anggota melainkan termasuk ke dalam yurisdiksi ASEAN itu sendiri, walaupun ketiga badan tersebut berada di wilayah masing-masing anggota. Sekretariat Jenderal ASEAN fungsinya diperkuat melalui Piagam ASEAN itu, antara lain, dalam menjalankan fungsi memfasilitasi dan memantau kemajuan-kemajuan atas pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan yang sudah dihasilkan ASEAN. Untuk mempermudah komunikasi di antara negara ASEAN, seluruh anggota pun diwajibkan menempatkan seorang duta besar bagi ASEAN, yang bertempat tugas di Jakarta, tempat sekretariat ASEAN berada. Dengan adanya duta besar itu, Universitas Sumatera Utara proses konsultasi dan pengambilan keputusan di ASEAN diharapkan bisa dilakukan lebih efektif dan efisien. Sehubungan dengan isu integrasi negara-negara ASEAN dalam suatu komunitas ASEAN, dengan adanya piagam ASEAN ini untuk kian menumbuhkan rasa kebersamaan sebagai warga ASEAN, sejumlah upaya untuk lebih memperbanyak kontak antarwarga pun disiapkan, antara lain, pembebasan visa masuk ke semua negara ASEAN untuk warga di negara-negara ASEAN. Di bidang ekonomi, perdagangan di antara negara ASEAN yang relatif masih kecil akan didorong lebih keras. Dengan demikian, semua warga di negara- negara ASEAN akan semakin terbiasa menerima produk dari sesama ASEAN lainnya. Isu penting dalam mekanisme penyelesaian sengketa adalah sengketa, penataan sanksi dan kepastian hukum. Sanksi dalam mekanisme penyelesaian sengketa ASEAN tidak diatur dengan jelas dalam Piagam. Setiap sengketa di ASEAN dapat diselesaikan melalui beragam metode dengan hasil berupa rekomendasi, putusan, atau temuan tanpa menyebutkan sanksi yang akan dikeluarkan. Padahal pencantuman sanksi akan memberikan kepastian hukum bagi para pihak sehingga akan memberikan perlakuan yang adil. PBB misalnya, Piagam PBB secara tegas menyatakan dapat memberikan sanksi –dikeluarkan dari keanggotaan- bagi anggotanya yang melanggar ketentuan piagam. Piagam ASEAN juga tidak jelas mengatur tentang penataan hasil penyelesaian sengketa. Sekjen ASEAN memang diberikan kewenangan untuk memonitor dan melaporkan penataan putusan kepada KTT ASEAN untuk kemudian mencarikan Universitas Sumatera Utara putusan agar hasil penyelesaian sengketa dilaksanakan oleh pihak yang bersengketa. Dan terakhir untuk lebih menegaskan kembali pengaruh dari Piagam ini, pada Pasal 52 ayat 2 dikatakan bahwa dalam hal terjadi pertentangan antara hak dan kewajiban negara-negara anggota ASEAN dalam instrumen-instrumen tersebut instrumen-instrumen ASEAN yang telah berlaku sebelum berlakunya Piagam ini, maka ketentuan dalam Piagam lah yang berlaku. Hal ini berarti apabila pada waktu sebelum berlakunya Piagam ini, negara-negara anggota telah memiliki hak dan kewajiban tertentu, tapi kemudian bertentangan dengan yang diatur dalam Piagam ini, maka negara-negara tersebut harus tetap tunduk dan taat pada ketentuan dalam Piagam ini, yang kemungkinan besar tidak lagi mengakomodir hak dan kewajiban yang dimiliki oleh negara tersebut sebelumnya. Demikianlah pengaruh Piagam tersebut yurisdiksi negara anggotanya. Walaupun tidak begitu banyak pengaruhnya, namun sebagian yurisdiksi negara telah diberikan kepada ASEAN ketika menyepakati, meratifikasi, dan menandatangani Piagam ASEAN ini. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN