Produksi Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

di gudang. Masing-masing bahan dihitung berdasarkan rata-rata pemakaian perbulan, prediksi kebutuhan yang akan datang, dan lead time. Buffer stock untuk setiap bahan dapat berbeda, tergantung dari rata-rata pemakaian perbulan dan lead time. Buffer stock untuk bahan baku fast moving atau lead time-nya lama biasanya lebih banyak daripada barang yang slow moving atau lead time-nya pendek.

3.3 Produksi

Secara Struktural bagian produksi dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab langsung kepada manager plant. Manager bagian produksi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang asisten manager, yaitu Asisten manager Bagian Produksi I Sediaan Tablet, Bagian Produksi II Sediaan Suspensi, Sirup, Oralit serbuk, Fitofarmaka dan Bagian Produksi III, Bahan baku Kina, Tablet Hormon, dan AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Struktur organisasi produksi dapat dilihat pada gambar 4. Tugas dan tanggung jawab manager produksi adalah sebagai berikut : 1. Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat mulai dari perolehan bahan baku, pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat ke gudang jadi. 2. Memberikan pengarahan teknis dan administratif untuk pelaksanaan pengolahan produksi dan pengemasan. 3. Bertanggung jawab untuk memeriksa catatan pengolahan batch serta menjamin bahwa produksi dilaksanakan sesuai prosedur pengolahan dan pengemasan batch. 4. Bertanggung jawab menyiapkan mesin yang dipakai, SDM yang terlatih dan terampil. Universitas Sumatera Utara Alur kegiatan bagian produksi : 1. Bagian produksi bekerja berdasarkan SPK produksi dari PPPI yang disahkan oleh Plant Manager yang disertai CPB dan BSTBB. 2. Bagian Penimbangan Sentral PS merekap kebutuhan bahan baku dan meminta gudang, kemudian bahan baku ditimbang. 3. Proses produksi dimulai: a. Selama proses produksi, dilakukan IPC oleh bagian produksi. b. Setelah produksi selesai dan bagian pengawasan mutu telah menyatakan produk ruahan tersebut memenuhi spesifikasi dan mengeluarkan Laporan Analisa LA, maka PPPI akan menurunkan SPK pengemasan yang disahkan Plant Manager beserta Catatan Kemasan Batch CKB dan Bon Serah Terima Bahan Kemas BSTBK. 4. Produk jadi yang dihasilkan akan dikirim ke gudang obat jadi. Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar registrasi Anonim, 2009. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Struktur Organisasi Produksi PT. Kimia Farma Tbk Plant Bandung Pada proses produksi, ada beberapa parameter kritis yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah cahaya, suhu, kelembaban relatif Rh, tekanan udara, jumlah mikroba dan jumlah partikel. Dalam mengendalikan parameter kritis tersebut, tiap industri farmasi diwajibkan untuk memiliki sistem tata udara Priyambodo, 2007. Pengaturan udara di ruang produksi menggunakan sistem AHU, dimana untuk ruang produksi tablet hormon digunakan 100 fresh air, sedangkan untuk ruang produksi non hormon digunakan 20 fresh air dan 80 resirkulasi. Ruang produksi dibagi menjadi 3 area yaitu white area, grey area, black area Anonim, 2009. Di PT. Kimia Farma Plant Bandung hanya ada 2 area Manager Supervisor Asisten Manager PRODUKSI PRODUKSI I PRODUKSI II Granulasi Pencetakan Penyalutan Pengolahan Pengemasan Cairan Pengolahan Pengemasan Serbuk Pengolahan Pengemasan Fitofarmaka Pengolahan Produk KB Pengemasan Produk KB PRODUKSI III Pengemasan Primer PRIMER Pengemasan Sekunder Ekstraksi Kina Kina Isolasi Alkaloid Kina Pemurnian Pengemasan Kina Karantina Dalam Proses Universitas Sumatera Utara yaitu grey area dan black area. Grey area diperuntukkan untuk ruang penimbangan, ruang granulasi, ruang pencetakan, ruang pengemasan primer. Sedangkan produk yang sudah dikemas primer dan akan diberi kemasan sekunder dilakukan di black area. PT. Kimia Farma Plant Bandung tidak memiliki white area karena Plant Bandung tidak memproduksi sediaan steril. Tekanan udara pada masing-masing ruangan juga diatur. Untuk ruang produksi, tekanan udaranya dibuat lebih rendah daripada ruang koridor sehingga partikel-partikel akan mengalir ke ruang produksi dimana terdapat Dust Collector yang akan menghisap partikel-partikel untuk ditampung. Pada ruang produksi, udara yang masuk dikendalikan partikelnya dengan cara menyaring menggunakan prefilter, medium filter dan HEPA filter. Penggunaan filter dengan efisiensi bertingkat dimaksudkan agar HEPA Filter lebih mudah dalam pemeliharaannya. Selama proses produksi ada parameter kritis yang harus diperhatikan karena pada parameter tersebut rawan terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk akhir. Oleh karena itu selama proses produksi dilakukan IPC. Apabila ditemukan ketidaksesuaian spesifikasi maka segera dilakukan perbaikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dihadapi. Apabila kesalahan dinilai berat, maka proses produksi dihentikan dulu dan dilakukan investigasi untuk menemukan penyebab kesalahan agar dapat ditentukan langkah perbaikan yang sebaiknya dilakukan.

3.3.1 Bagian Produksi I

Bagian produksi I terdapat 5 supervisor yaitu supervisor granulasi, supervisor pencetakan, supervisor penyalutan, supervisor pengemasan primer, dan supervisor pengemasan sekunder. Universitas Sumatera Utara Alur proses produksi dimulai dari Surat Perintah kerja SPK yang dikeluarkan oleh PPPI disertai dengan Catatan Pengolahan Batch CPB dan Bon Serah Terima Bahan BakuBahan Kemas BSTBBBK. SPK yang dikeluarkan oleh PPPI berisi juga target kapan produksi tersebut harus sudah selesai. Karena itu bagian produksi harus dapat merencanakan jadwal produksi dengan baik, memeriksa jadwal pemakaian mesin dan merencanakan kapasitas mesin yang akan dipakai serta merencanakan lead time proses. SPK ini diserahkan ke manager produksi untuk diteruskan ke asisten manager terkait kemudian ke Penimbangan Sentral dengan disertai BSTBB, selanjutnya PS menyerahkan hasil penimbangan ke bagian produksi Supervisor granulasi. Sebelum melakukan proses granulasi, IPC mengecek kebersihan alat ada label setuju pakai, ruangan, dan tidak ada bahan lain yang tidak berhubungan dengan produk di ruang granulasi. Harus dilaksanakan pula pemeriksaan kebenaran nama produk, nama bahan, no. batch, dan no. LA laporan Analisis. Proses granulasi dilakukan sesuai dengan CPB. PS menimbang bahan baku yang akan diproduksi 1 batch dibagi menjadi beberapa lot. Jika misalnya 1 batch ada 4 lot, maka masing-masing lot akan dikerjakan secara terpisah sampai dengan proses pengayakan. Pada proses pencampuran kering ini, baru 4 lot tersebut digabung untuk dicampur dan mengikuti proses produksi selanjutnya secara bersama-sama. Adapun alur proses produksi tablet non hormon dapat dilihat pada skema dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Skema Alur Proses Produksi Tablet Non Hormon Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Bagian Produksi II

Bagian produksi II terdapat 3 supervisor yaitu Supervisor Pengolahan dan Pengemasan Cairan, Supervisor Pengolahan dan Pengemasan Serbuk, Supervisor Pengolahan dan Pengemasan Fitofarmaka. Bagian Produksi II merupakan bagian yang memproduksi sediaan serbuk, cairan, dan fitofarmaka. Sediaan serbuk yang diproduksi adalah serbuk oralit, sedangkan yang termasuk sediaan cairan adalah sirup dan suspensi. Contoh sediaan sirup antara lain sirup dekstrometorfan, sirup parasetamol, Ercivit, OB Sari, dan sirup ferrous sulfat. Sedangkan sediaan suspensi diantaranya suspensi kotrimoksazol dan suspensi kloramfenikol. Contoh produk fitofarmaka yang dihasilkan Plant Bandung adalah Batugin Eliksir dan Enkasari.

3.3.3 Bagian Produksi III

Bagian produksi III terdapat 5 supervisor yaitu Supervisor Pengolahan Produk KB, Supervisor Pengemasan Produk KB, Supervisor Ekstraksi Kina, Supervisor Isolasi Alkaloida Kina dan Supervisor Pemurnian dan Pengemasan Kina. Bagian Produksi III merupakan bagian yang memproduksi tablet Oral Kontrasespsi, AKDR, dan Bahan baku kina. 1. Sediaan Oral Kontrasepsi Tablet Hormon Hasil produksi: Mikrodiol Limas dan Mikrodiol Program program pemerintah. Satu blister isinya: 21 tablet Oral kontrasepsi yang isinya Ethynilestradiol 0,03 mg dan Levonorgestrel 0,15 mg per tablet dan 7 tablet placebo yaitu tablet yang tidak mengandung bahan aktif hormon. Dalam satu batch menghasilkan 1,5 juta tablet Oral Contraceptive OC dan 600 ribu tablet placebo. Karena ada dua jenis tablet yang diproduksi, maka Universitas Sumatera Utara ruang produksinyapun terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu untuk pembuatan tablet placebo dan untuk pembuatan tablet OC. Ruang penyimpanan bahan dan ruang penimbangannyapun tersendiri untuk menghindari adanya kontaminasi silang. Ruang produksi tablet OC merupakan ruang yang memiliki pengaturan sistem tekanan udara yang khusus, yaitu tekanan di dalam ruang produksi tablet OC dibuat lebih negatif dibanding tekanan koridor, yang bertujuan untuk mencegah keluarnya udara dari dalam ruang produksi OC. Selain itu pada pintu keluar dilengkapi dengan air shower untuk menghilangkan partikel-partikel serbuk hormon. Penimbangan hormon dilakukan didalam Laminar Air Flow LAF karena jumlah yang ditimbang sangat kecil serta untuk menghindari kontaminasi hormon dalam ruangan. Terdapat juga dust collector yang digunakan untuk menghisap dan menampung debu, caranya debu yang terhisap akan disaring, kemudian debu ditampung ke bawah dan udara yang tidak mengandung debu dibuang keluar. Produksi tablet hormon dilakukan berdasarkan Surat Perintah Kerja Produksi SPK Produksi dan Surat Perintah Kerja Pengemasan SPK Pengemasan dari PPPI, dimana PPPI sebelumnya telah mengevaluasi ketersediaan bahan. SPK Produksi beserta Catatan Pengolahan Batch CPB dan Bon Serah Terima Bahan Baku BSTBB akan diserahkan ke Penimbangan Sentral khusus di bagian produksi hormon untuk dilakukan penimbangan bahan untuk tablet hormon sesuai dengan yang tertera pada CPB. Selanjutnya Bagian Produksi akan memeriksa apakah sudah sesuai dengan CPB. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke ruang produksi untuk kemudian diproses. Universitas Sumatera Utara Pada prinsipnya, pembuatan tablet hormon sama dengan tablet non hormon, yaitu dibuat dengan proses granulasi basah. Alur kerja dibedakan menjadi dua yaitu produksi tablet plasebo dan produksi tablet OC. Untuk produksi tablet plasebo, setelah bahan ditimbang di Penimbangan Sentral dilakukan proses pencampuran bahan, kemudian dilanjutkan dengan proses granulasi basah dengan mesin Roto G yang berkapasitas 40-50 kg. Selanjutnya dilakukan pengayakan massa basah dengan mesin Wet Granulator. Setelah diayak basah, dilakukan pengeringan pada Fluid Bed Dryer. Pada proses ini dilakukan In Process Control IPC Loss On Drying LOD = susut pengeringan untuk mengetahui kadar air dalam granul kering yang sudah diayak. Selanjutnya granul diayak kering dengan mesin Oscillator. Massa granul yang dihasilkan kemudian dicampur dengan fase luar bahan pelincir pada mesin Double Cone Blender. Massa yang sudah dicampur fase luar ini disebut massa cetak, dimana kemudian akan dilakukan proses pencetakan dengan mesin Cadmach CTX. Selama proses pencetakan dilakukan pemeriksaan IPC yang meliputi keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Tablet yang telah dicetak akan dikarantina untuk diperiksa oleh laboratorium pengujian yang meliputi pemerian, keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Sedangkan untuk produksi tablet OC, setelah bahan ditimbang, bahan pembantu dicampur dalam mesin FBG kemudian dilakukan proses granulasi basah dimana zat aktif dilarutkan dalam larutan pengikat kemudian hasilnya disemprotkan ke Fluid bed Granulator secara bertahap selama 54 menit. Selanjutnya dilakukan pengeringan. Pada proses pengeringan ini dilakukan Universitas Sumatera Utara pemeriksaan IPC susut pengeringan LOD untuk mengetahui kadar air dalam granul kering. Selanjutnya granul diayak kering dengan mesin Fitz Mill. Massa granul yang yang dihasilkan kemudian dicampur dengan fase luar bahan pelincir dengan mesin pencampur. Kemudian dilakukan proses pencetakan dengan mesin KillianFette. Selama proses pencetakan dilakukan pemeriksaan IPC yang meliputi keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan. Saat tablet telah dicetak juga dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Pengujian yang meliputi kadar, keseragaman kandungan, disolusi, pemerian, keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur. Setelah tablet plasebo dan tablet OC dinyatakan lulus uji, selanjutnya memasuki proses pengemasan blistering dengan mesin Blister Uhlmann. Di sini dilakukan IPC meliputi uji kebocoran, estetika, dan kelengkapan penandaan pada kemasan. Selanjutnya dilakukan pengemasan sekunder dengan IPC meliputi estetika dan perhitungan jumlah blister. 2. AKDR Alat Kontrasepsi dalam Rahim Produk yang dihasilkan oleh bagian AKDR yaitu Copper T Limas Lingkaran Emas, Copper T Libi Lingkaran Biru, Copper T BKKBN untuk program pemerintah, Copper T ekspor, yang diekspor ke luar negeri terutama ke negara asia seperti Korea. 3. Bahan Baku Kina Di bagian produksi kina ada tiga bagian, yaitu bagian ekstraksi kina, bagian isolasi alkaloid kina dan bagian pemurnian dan pengemasan kina. Derivat-derivat kina yang diproduksi antara lain Quinine Sulphate dan Quinine Hydrochloride. Sumber bahan untuk produksi kina berasal dari kulit kina Universitas Sumatera Utara tanaman Cinchona succirubra dan Cinchona ledgeriana. Kedua jenis tanaman tersebut memiliki kandungan yang berbeda, untuk tanaman Cinchona succirubra lebih banyak mengandung alkaloid cinchonidine sedangkan tanaman Cinchona ledgeriana lebih banyak mengandung alkaloid quinine. Bagian dari tanaman kina yang diambil hanya kulit pohonnya. Sumber tanaman sebagian besar diimpor dari luar negeri seperti Afrika dan sebagian lagi berasal dari perkebunan sendiri yaitu dari Kebun Tanaman Obat Bintang KTO Bintang. Tanaman yang dipanen yaitu tanaman pada usia 8 tahun, namun sebelum dipanen dilakukan perantingan untuk meningkatkan kandungan alkaloida pada kulit kina. Tanaman kina setelah dikupas kulitnya, dikeringkan sampai berbentuk kulit keringbrangkal kemudian digiling kasar. Kulit kina yang disimpan di gudang kulit kina sudah dalam bentuk gilingan kasar. Selanjutnya dilakukan penggilingan halus dan siap untuk diekstraksi. Alur produksi kina dimulai dengan ekstraksi padat-cair, yaitu 1 ton kulit kina halus diekstraksi dengan pelarut SGO Special Gas Oil dalam kondisi basa dalam ekstraktor. Setelah itu SGO dikeluarkan, sedangkan ampas tetap di dalam. SGO yang ditampung ini mengandung garam kina, selanjutnya SGO dipindahkan ke reaktor untuk dilakukan ekstraksi cair-cair dengan cara ditambahkan H 2 SO 4 dan Natrium Sulfat Water. Setelah itu didiamkan agar memisah, lapisan atas merupakan SGO sedangkan lapisan bawah adalah H 2 SO 4, keduanya dipisahkan dan alkaloid yang tertarik ke fase polar H 2 SO 4 didiamkan selama 3-5 malam dikristalisasi. Setelah itu disaring dan disentrifugasi, hasilnya akan diperoleh kristal B kina bisulfat 1 dan Mlq mother liquor. Kristal yang didapat dikarantina untuk diperiksa kadarnya, sedang Mlq bisulfat diolah jadi sulfat Universitas Sumatera Utara dengan penambahan NaHCO 3 , disentrifugasi, didapat Mlq dan kristal S sulfat. Mlq ditransfer ke pemurnian alkaloid kina untuk pengambilan Cd Cinchonidine. Mlq dari proses sebelumnya yang telah dikumpulkan, ditambah asam tartrat sehingga menjadi QnQuinine, Cd Cinchonidine tartrat, lalu dibasakan sehingga menjadi Qn dan Cd dominan Cd.

3.4 Pemastian Mutu