Bahan Pemanis Buatan 1. Definisi Pemanis Buatan
2.1.6. Batasan Promosi Kesehatan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Dari batasan ini
tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: 1. Input, adalah sasaran pendidikan individu, kelompok, masyarakat dan pendidik
pelaku pendidikan. 2. Proses upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
3. Output melakukan apa yang diharapkan atau perilaku Output hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif Notoatmodjo, 2007.
2.2. Bahan Pemanis Buatan 2.2.1. Definisi Pemanis Buatan
Pemanis buatan sintetis merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi Yuliarti,
2007. Di Indonesia, menurut Keputusan Kepala Badan POM No HK 00.05.5.1.4547 tahun 2004 pasal 2 butir 2 bahwa pemanis buatan digunakan pada pangan rendah
kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Selain itu pemanis buatan sebenarnya hanya untuk penderita diabetes mellitus atau orang-orang yang sedang diet saja
Universitas Sumatera Utara
Permenkes No.208 tahun 1985 pasal 10 ayat 4 dan pasal 11 ayat 2 butir butir c. Pembatasan penggunaan ini juga dilakukan dengan keharusan mencantumkan
peringatan dalam label, pencantuman kadar dan kegunaan. Hal ini dikarenakan adanya potensi bahaya jangka panjang penggunaan pemanis buatan dalam produk
pangan. Sakarin dan siklamat misalnya, diduga dapat menyebabkan kanker Rizal, 2007.
Penggunaan pemanis buatan tidak bisa dilakukan sembarangan, makanan tradisional buatan home industry yang menggunakan pemanis buatan jelas melanggar
aturan. Pasalnya, pemanis buatan bukan untuk konsumsi orang sehat. Disarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih makanan, terutama makanan yang
mempunyai rasa manis, agar terhindar dari pemanis buatan. Ada beberapa ciri dari produk yang menggunakan pemanis buatan, yaitu:
- Makananminuman yang diberi pemanis buatan mempunyai rasa pahit ikutan after taste, terutama sakarin.
- Minuman menggunakan pemanis buatan lebih encer dibandingkan dengan
minuman yang menggunakan gula.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Beberapa Pemanis Buatan yang direkomendasikan oleh Depkes RI No.
Nama Pemanis
Buatan Penggunaan dalam Pangan
Batas Maksimum yang diizinkan
1. Sakarin dan
garam natrium sa-
1. Saus, es lilin, minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
300 mgkg bahan pangan Na-sakarin
karin. 2. Es krim, es puter dan sejenisnya
serta jem dan jelly berkalori rendah
200 mgkg bahan pangan Na-sakarin
3. Permen berkalori rendah 100 mgkg bahan
pangan Na-sakarin 4. Permen karet dan minuman ringan
terfermentasi berkalori rendah 50 mgkg bahan
pangan sakarin
2. Siklamat
dan garam natrium dan
kalsium si- 1. Saus berkalori rendah
3 gkg bahan pangan dihitung
sebagai asam siklamat
klamat. 2. Es krim, es puter dan sejenisnya
berkalori rendah 2 gkg bahan
pangan dihitung sebagai asam
siklamat
3. Permen, es lilin, jem, jelly, minuman ringan dan minuman
yogurt serta minuman ringan terfermentasi berkalori rendah.
1 gkg bahan pangan dihitung
sebagai asam siklamat
4. Permen karet berkalori rendah. 500 mgkg bahan
pangan dihitung sebagai asam
siklamat
3. Aspartam
- -
Cahyadi, 2008. 2.2.2. Jenis-jenis Bahan Pemanis Buatan
1. Sakarin Sakarin merupakan bahan pemanis buatan yang memiliki rasa manis 250 kali
manis gula, sering digunakan dengan alasan utama harganya yang murah,
Universitas Sumatera Utara
disamping nilai kalorinya yang rendah. Sakarin sering dikombinasikan pemakaiannya dengan siklamat dengan perbandingan sakarin:siklamat 1:3.
Disamping akan menutupi rasa pahitnya, kombinasi ini juga akan meningkatkan rasa manis sakarin. Biasanya kedua Bahan Tambahan Makanan ini banyak
dicampurkan pada berbagai macam minuman ringan soft drink, selai, permen, tak terkecuali berbagai jenis jajan pasar dan berbagai macam produk kesehatan
mulut seperti pasta gigi dan obat penyegar mulut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Academy of Science pada
tahun 1968, dinyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Kemudian,
dalam penelitian yang lain juga disebutkan bahwa sakarin dapat mengakibatkan kanker pada hewan percobaan. Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5
sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur
hidup. Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan
derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60 lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Oleh karena itu
FDA Amerika Serikat menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita diabetes mellitus dan obesitas. Dosisnya agar tidak
melampaui 1 gram setiap harinya Rizky, 2009. Pada penelitian yang lain disebutkan bahwa sakarin dapat melewati sawar darah plasenta dan bisa menetap
Universitas Sumatera Utara
dalam jaringan janin. Hal ini disebabkan masih lambatnya kemampuan janin untuk melakukan pembersihan. Walaupun belum semua ahli sepakat dengan hal
tersebut, sebaiknya wanita hamil berhati-hati bila menggunakan produk yang mengandung sakarin. Perbedaan pendapat tentang efek sakarin terhadap
kesehatan masih berlangsung hingga saat ini. Di Indonesia, pemerintah mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI
no.722MenkesPerIX1988 tentang bahan tambahan pangan bahwa sakarin dapat diberikan dalam pangan olahan khusus berkalori rendah dan untuk
penderita diabetes mellitus dengan kadar maksimal 300 mgBB Yuliarti, 2007. Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah menetapkan batas-batas yang
disebut ADI werte kebutuhan per orang tiap harinya, yaitu sejumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. Nilai ini untuk orang dewasa tidak
terlalu banyak berarti, tetapi bagi anak-anak relatif menimbulkan kepekaan yang besar. Untuk sakarin batas tersebut adalah 5 mg BB, artinya jika 1 tablet
mengandung 16,5 mg sakarin, maka untuk seorang yang berberat badan 70 kg jumlah yang disarankan untuk dikonsumsinya per hari tidak lebih dari 21 tablet
sakarin Suprayatmi, 1996. 2. Siklamat
Berbeda dengan sakarin yang memiliki rasa manis dengan meninggalkan rasa pahit, siklamat hanya berasa manis tanpa meninggalkan rasa pahit. Pada berbagai
jenis industri makanan, siklamat sering kali digunakan untuk menggantikan sukrosa. Pemanis ini sering digunakan untuk makanan kaleng ataupun makanan
Universitas Sumatera Utara
lain yang diproses dalam suhu tinggi karena merupakan pemanis yang tahan panas.
Walaupun rasanya enak manis tanpa ikutan rasa pahit, penggunaan siklamat harus dibatasi karena dapat membahayakan kesehatan. Dalam sebuah penelitian,
tikus yang diberi siklamat dan sakarin menderita kanker kantung kemih. Hasil metabolisme siklamat yang sering disebut sikloheksiamin bersifat karsinogenik
sehingga ekskresi pembuangannya melalui air kencing dapat merangsang pertumbuhan tumor. Pada penelitian yang lebih baru dinyatakan bahwa konsumsi
siklamat dapat mengakibatkan pengecilan testis buah pelir dan kerusakan kromosom Yuliarti, 2007.
Setiap negara mempunyai aturan tersendiri dalam membatasi jumlah konsumsi siklamat. Di Indonesia melalui peraturan Menteri Kesehatan RI
no.722MenkesperIX88 diatur bahwa kadar siklamat dalam makanan dan minuman berkalori rendah dan penderita diabetes mellitus adalah 3 mgkg bahan
makanan atau minuman. Adapun Organisasi Kesehatan Dunia WHO membatasi konsumsi harian siklamat yang aman acceptable daily intake adalah 11 mgBB,
artinya jika 1 tablet mengandung 70 mg siklamat, maka untuk seorang yang berberat badan 70 kg jumlah yang disarankan untuk dikonsumsinya per hari tidak
lebih dari 11 tablet siklamat Suprayatmi, 1996. Adanya peraturan yang masih memperbolehkan penggunaan siklamat
dan sakarin, serta begitu mudahnya kedua bahan ini didapatkan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan gula alami, mengakibatkan produsen
Universitas Sumatera Utara
makanan dan minuman sangat sering menggunakan Bahan Tambahan Makanan ini dibandingkan dengan gula alami. Mereka tetap melakukannya tanpa peduli
bahwa masalah ada atau tidaknya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi pemanis buatan ini masih kontroversial Yuliarti, 2007.
3. Aspartam Aspartam adalah pemanis buatan yang dihasilkan dari dua jenis asam amino
dan metil alkohol. Aspartam punya kekuatan manis 160 hingga 220 kali lebih tinggi daripada gula sukrosa. Aspartam adalah nama umum dari produk yang
bernama Nutra Sweet, Equal, Spoonful, Equal-Measure dan Tropicana Slim. Aspartam banyak digunakan sebagai pemanis buatan pada berbagai jenis
makanan dan minuman, terutama makanan dan minuman maupun susu rendah kalori. Pada penggunaan dalam minuman ringan, aspartam kurang
menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu, aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik
digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan. Aspartam merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang telah melalui
berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh dan telah dinyatakan aman digunakan untuk penderita diabetes mellitus Cahyadi, 2008. Namun demikian,
penggunaan aspartam berbahaya bagi penderita penyakit fenilketonurik, penderita penyakit ini tidak dapat memetabolisme fenil alanin. Penderita yang
mengonsumsi pemanis buatan ini akan menderita kerusakan otak akibat penimbunan fenil piruvat yang dibentuk dari fenil alanin dalam otak yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian akan diakhiri dengan kecacatan mental. Fenilketonurik adalah penyakit keturunan dimana tubuh penderita tidak dapat memetabolisme fenil alanin secara
baik kekurangan enzim fenil alanin oksidase dan oleh karena itu perlu mengontrol asupan fenil alanin yang didapatnya. Pada setiap produk yang
mengandung aspartam harus dicantumkan peringatan bagi penderita fenilketonurik. Meski sempat diisukan berbahaya bagi kesehatan, dalam berbagai
penelitian telah ditegaskan bahwa aspartam tidak terbukti sebagai penyebab sakit kepala, gangguan penglihatan, meningkatkan berat badan, kejang, alzheimer,
gangguan janin, lupus, sklerosis multipel maupun kanker otak. Karena banyak isu miring yang menyatakan aspartam berbahaya, maka
European Commissions Scientific Committee on Food SCF melakukan analisis data terhadap 500 studi tentang aspartam yang pernah ada sejak tahun 1998
hingga 2001. Untuk menepis isu yang menghubungkan aspartam dengan kanker sebuah penelitian dilakukan terhadap manusia bukan hewantikus mengenai
aspartam dan laporannya di beritakan 4 April 2006 dalam pertemuan American Association for Cancer Research. Penelitian besar ini menjelaskan bahwa tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang mengandung pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hasil penelitian ini
memperbaiki anggapan tentang risiko buruk penggunaan aspartam, kata Michael Jacobson, pemimpin dari Center for Science in the Public Interest Anonim
4, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Untuk meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaannya, FDA memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan acceptable daily intake
yang berarti asupan harian yang dibolehkan yang merupakan ukuran yang digunakan pemanis buatan mgBB per hari yang dapat dikonsumsi secara aman
sepanjang hidupnya tanpa menimbulkan resiko. ADI adalah tingkat yang konservatif, yang umumnya menggambarkan jumlah 100 kali lebih kecil
dibandingkan tingkat maksimal yang tidak memperlihatkan efek samping dalam penelitian binatang. ADI untuk aspartam adalah 40 mgBB Yuliarti, 2007.
Berbeda dengan Indonesia, yang menetapkan ADI untuk aspartam adalah 50 mgBB.
4. Dulsin Dulsin dikenal dengan nama sucrol dalam perdagangan. Dulsin dalam bahan
makanan digunakan sebagai pengganti sukrosa bagi orang yang perlu berdiet. Konsumsi dulsin yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang
membahayakan bagi kesehatan seiring dengan penelitian pada anjing bahwa dosis letal kematian dulsin adalah 1 gram2 kg BB. Artinya, pemberian 1
gram2 kg BB dapat menimbulkan kematian pada anjing sehingga ada kekhawatiran akan mengganggu kesehatan jika digunakan untuk manusia. Oleh
karena itu, saat ini melalui Permenkes no.7221998, peggunaan dulsin telah dilarang di Indonesia Yuliarti, 2007.
Universitas Sumatera Utara