meningkatnya absorpsi timbal oleh usus halus sehingga dapat timbul toksisitas timbal disebabkan paling sedikit sebagian karena gangguan sintesis heme dalam jaringan saraf,
proses yang didukung oleh defisiensi zat besi.
2.5. Anemia Defisiensi Besi pada Remaja Puteri
Pada wanita, besi yang dikeluarkan dari tubuh lebih banyak dari laki-laki. Setiap bulan wanita mengalami menstruasi secara teratur, setiap periode menstruasi
dikeluarkan zat besi rata-rata sebanyak 28 mg periode. Oleh karena menstruasi terjadi satu kali dalam satu bulan, maka rata-rata zat besi yang dikeluarkan adalah 1 mg hari.
Dengan demikian wanita mengeluarkan besi dari tubuhnya hampir dua kali lebih banyak dari pada laki-laki dewasa.
Sekitar usia 13 tahun adalah awal dari masa remaja dari segi hematologi. Pada masa ini terjadi perubahan sistem kelenjar gonado pituitari hipotalamik yang semula
belum masak menjadi masak sehingga terjadilah perbedaan hormonal antara laki- laki dan wanita. Pada laki-laki produksi testosteron lebih meningkat, diduga hormon ini
berperan terhadap eritropoesis. Faktor lain yang turut memacu eritropoesis adalah eritropoeti yang meningkat pada masa remaja, pada wanita dewasa kadarnya 50 lebih
rendah. Pada remaja puteri terutama yang telah mengalami menstruasi membutuhkan zat besi relatif lebih tinggi, selain itu mereka juga sedang dalam masa tumbuh kembang
yang cepat serta adanya pengaruh hormonal Soemantri, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur tahun
Hemoglobin gdL Anak
0,5 – 6 11
6 -14 12
Dewasa: Laki-laki
14 13
Wanita 14
12 Wanita hamil
- 11
Sumber : Stoltzfus et al. 2001
2.6. Dampak Anemia Gizi Besi
Proses kekurangan besi sampai terjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan cadangan besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan besi, maka
lama-kelamaan akan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb. Hasil penelitian imunologi menunjukkan kekurangan besi dalam tubuh dapat
meningkatkan kerawanan infeksi. Seseorang yang menderita defisiensi besi lebih mudah terserang penyakit infeksi, karena kekurangan besi berhubungan erat dengan
kerusakan kemampuan fungsional dari mekanisme kekebalan tubuh yang sangat penting untuk mencegah masuknya kuman penyakit atau infeksi Ray,1997.
Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas Depkes RI, 1996. Remaja putri yang
menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah.
Defisiensi besi dapat mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah AlMatsier, 2001.
Anemia yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, mulut, dan lambung. Kuku semakin menipis dan
lama kelamaan akan terjadi koilonychia kuku berbentuk sendok. Mulut terasa panas
Universitas Sumatera Utara
dan terbakar, serta pada kasus yang parah terlihat licin seperti lilin. Timbul rasa sakit pada tenggorokkan waktu menelan makanan dan selaput mata nampak pucat. Lambung
mengalami kerusakan, yang pada akhirnya akan memperberat anemia. Anemia yang terus berlanjut dan tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kardiovaskuler dan
pernafasan yang dapat berakhir pada gagal jantung Haryati, 2004. Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri adalah apabila remaja
putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Karena Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Selain itu anemia gizi besi juga dapat menyebabkan gangguan pada masa nifas subinvolusi rahim, daya tahan terhadap
infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah, dan gangguan pada janin abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain Depkes RI, 1998.
2.7. Zat Besi Fe 2.7.1 Pengertian Zat Besi