Pengujian Emisi Gas Buang .1 Kadar Carbon Monoksida CO dalam gas buang

Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Gambar 4.13 Grafik Efisiensi Thermal efektif vs Putaran untuk beban 25 kg 4.3 Pengujian Emisi Gas Buang 4.3.1 Kadar Carbon Monoksida CO dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar Premium, Gasohol BE-25, Gasohol BE-30, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Kadar CO dalam emisi gas buang Beban kg Putaran rpm Kadar Carbon Monoksida Premium Gasohol BE-25 BE-30 10 2000 0.061 0.036 0.035 2500 0.051 0.016 0.014 3000 0.089 0.039 0.036 3500 0.209 0.126 0.122 4000 0.321 0.176 0.163 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 2000 2500 3000 3500 4000 E ff . T h e rm a l E fe k ti f Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. 25 2000 0.051 0.038 0.036 2500 0.042 0.022 0.019 3000 0.079 0.051 0.045 3500 0.218 0.106 0.106 4000 0.301 0.169 0.153  Pada pembebanan 10 kg gambar 4.15, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu 0,014. Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 0,321 .  Pada pembebanan 25 kg gambar 4.16, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2000 rpm yaitu 0,019 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 0,301 . Emisi gas buang karbon monoksida CO terjadi akibat kekurangan oksigensehingga proses pembakaran berlangsung secara tidak sempurna karena banyak atom C karbon yang tidak mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya membentuk gas CO karbon monoksida. Bioetanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang terdapat di dalam molekul bioetanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder, serta bioetanol memiliki rentang keterbakaran flammability yang panjang bila dibandingkan dengan bensin. Perbandingan kadar CO yang terdapat dalam gas buang dari masing- masing pengujian dapat dilihat pada gambar berikut : Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Gambar 4.14 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 10 kg Gambar 4.15 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 25 kg 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 2000 2500 3000 3500 4000 C O Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 2000 2500 3000 3500 4000 C O Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009.

4.3.2 Kadar Carbon Dioksida CO

2 dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO 2 dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, Gasohol BE-25, Gasohol BE-30, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: ] Tabel 4.9 Kadar CO 2 dalam gas buang Beban kg Putaran rpm Kadar Carbon Dioksida Premium Gasohol BE-25 BE-30 10 2000 2.18 1.49 1.49 2500 1.59 0.71 0.60 3000 3.53 2.02 1.86 3500 7.78 4.94 3.91 4000 8.68 7.08 6.58 25 2000 1.78 1.41 1.36 2500 1.57 0.95 0.86 3000 3.18 1.93 1.62 3500 10.22 5.47 4.19 4000 8.40 6.32 6.16  Pada pembebanan 10 kg gambar 4.17, kadar CO 2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 0,60 . Sedangkan kadar CO 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 8,68 .  Pada pembebanan 25 kg gambar 4.18, kadar CO 2 terendah terjadi saat menggunakan Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu 0,86 . Sedangkan kadar CO 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 3500 rpm yaitu sebesar 10,22 . Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Karbon dan Oksigen bergabung membentuk senyawa carbon monoksida CO sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan carbon dioksida CO 2 sebagai hasil pembakaran sempurna. Semakin tinggi kadar CO , maka semakin rendah CO 2 yang diperoleh dari hasil pembakaran. Bila campuran bahan bakar udara sempurna stoikiometris, maka akan dihasilkan senyawa CO 2 . Proses pencampuran udara-bahan bakar dimulai dari diinjeksikannya bahan bakar kedalam silinder, kemudian butiran bahan bakar akan menguap dan bercampur dengan udara, proses ini dipengaruhi oleh volatility bahan bakar. Volatility bahan bakar menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk dapat menguap. Bioetanol mempunyai volatility yang lebih kecil daripada premium, sehingga pembentukan butiran dan penguapan bahan bakar lebih mudah dan pencampuran udara-bahan bakar berlangsung dengan baik. Kenaikan putaran poros mempercepat proses pembakaran, sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan emisi CO 2 yang dihasilkan cenderung bertambah besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.20 dan gambar 4.21. Perbandingan kadar CO 2 yang terdapat dalam gas buang tiap-tiap pengujian dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.16 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 10 kg 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 2000 2500 3000 3500 4000 CO 2 Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Gambar 4.17 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 25 kg

4.3.3 Kadar Unburned Hidro Carbon UHC dalam gas buang

Data hasil pengukuran kadar UHC dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar premium, Gasohol BE-25, Gasohol BE-30, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Kadar UHC dalam gas buang Beban kg Putaran rpm Kadar Unburned Hidro Carbon ppm Premium Gasohol BE-25 BE-30 10 2000 464 257 215 2500 310 54 47 3000 127 46 37 3500 176 59 41 4000 158 32 27 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 2000 2500 3000 3500 4000 CO 2 Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. 25 2000 404 305 242 2500 234 110 42 3000 181 62 56 3500 162 67 66 4000 156 42 41  Pada pembebanan 10 kg gambar 4.19, kadar UHC terendah terjadi saat menggunakan Gasohol BE-30 pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 27 ppm. Sedangkan kadar UHC tertinggi terjadi saat menggunakan premium pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 464 ppm.  Pada pembebanan 25 kg gambar 4.20, kadar UHC terendah terjadi saat menggunakan Gasohol BE-30 pada putaran 4000 rpm yaitu 41 ppm. Sedangkan kadar UHC tertinggi terjadi saat menggunakan premium pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 404 ppm. Jumlah emisi Unburned Hidro Carbon UHC yang lebih besar pada premium jika dibandingkan terhadap bioetanol disebabkan karena premium mempunyai senyawa berat yang jumlah ikatan rantai karbon yang lebih panjang jika dibandingan dengan bioetanol. Hal ini juga disebabkan karena pembakaran yang tidak sempurna didalam silinder. Bioetanol yang memiliki ikatan OH didalam susunan molekulnya membuat pembakaran bahan bakar semakin sempurna. Perbandingan kadar UHC yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut : Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Gambar 4.18 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 10 kg Gambar 4.19 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 25 kg 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2000 2500 3000 3500 4000 UH C p p m Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2000 2500 3000 3500 4000 UH C p p m Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009.

4.3.4 Kadar Sisa Oksigen O

2 dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar O 2 dari emisi gas buang pembakaran bahan bakar Premium, Gasohol BE-25, Gasohol BE-30, melalui pembacaan Autologic gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Kadar Sisa Oksigen O 2 dalam gas buang Beban kg Putaran rpm Kadar Oksigen Premium Gasohol BE-25 BE-30 10 2000 17.59 18.49 18.70 2500 18.12 19.68 19.93 3000 16.30 18.11 18.57 3500 10.45 13.95 15.37 4000 8.85 11.16 11.19 25 2000 18.14 18.67 18.80 2500 18.50 19.33 19.51 3000 16.46 17.86 18.40 3500 7.03 13.66 15.34 4000 6.50 11.60 11.97  Pada pembebanan 10 kg gambar 4.21, kadar O 2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar 8,85 . Sedangkan kadar O 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,93 .  Pada pembebanan 25 kg gambar 4.22, kadar O 2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu 6,5 . Sedangkan kadar O 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,51 . Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Kadar sisa O 2 terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar premium pada putaran 4000 rpm yaitu 6,5 pada pembebanan 25 kg , yang disebabkan karena kurang optimalnya proses pembakaran. Kadar sisa O 2 tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar Gasohol BE-30 pada putaran 2500 rpm yaitu sebesar 19,93 . Proses pembakaran pada motor bensin berlangsung pada campuran udara- bahan bakar yang kaya atau adanya udara oksigen lebihan yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan proses pembakaran, sehingga dalam gas buang hasil pembakaran masih mengandung O 2 . Sisa O 2 gas buang dari pembakaran bioetanol lebih besar dari pada solar, hal ini karena adanya kandungan oksigen yang terikat langsung pada senyawa bahan bakar bioetanol. Pengaruh kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi jumlah sisa O 2 gas buang, hal ini disebabkan pada kondisi tersebut jumlah massa bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak, sehingga dengan jumlah udara yang sama memerlukan lebih banyak oksigen untuk proses pembakaran. Perbandingan kadar sisa O 2 yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.20 Grafik Kadar O 2 vs Putaran untuk beban 10 kg 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 2000 2500 3000 3500 4000 O 2 Putaran rpm Premium BE-25 BE-30 Ronny Z. P. Situmeang : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-25 Dan Be-30, 2009. Gambar 4.21 Grafik Kadar O 2 vs Putaran untuk beban 25 kg

4.4 Perhitungan Teoritis Harga Gasohol BE-25 dan BE-30