E. Metode Penulisan
Metode  yang  akan  digunakan  dalam  penulisan  skripsi  ini  adalah metode  deskriptif  analitis  yang  bertujuan  untuk  membuat  dan
menggambarkan  secara  sistematis,  faktual,  dan  akurat  mengenai  fakta serta  sifat  populasi  atau  daerah  tertentu.    Dan  untuk  melengkapi  data
digunakan  penelitian  kualitatif,  yaitu  memaparkan,  menguraikan,  serta menganalisis  peran  orang  tua  dalam  membina  iman  remaja  dalam
menumbuhkan  iman  di  Stasi  Yohanes  Chrisostomus  Pojok,  paroki  St. Petrus  dan  Paulus,  Klepu,  sesuai  dengan  maksud  dan  tujuan.  Data  yang
akan didapatkan yaitu melalui penyebaran angket.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan diuraikan dalam lima bab yang akan diuraikan sebagai berikut:
Bab  I  Adalah  bagian  pendahuluan  yang  menguraikan  gambaran penulisan  skripsi,  meliputi  latar  belakang,  rumusan  permasalahan,  tujuan
penulisan,  manfaat  penulisan,  kajian  pustaka,  metode  penulisan,  dan sistematika penulisan.
Bab  II  Memaparkan  tentang  doa  bersama  dalam  keliuarga  dan perkembangan  iman  remaja.  Membicarakan  tentang  keluarga  kristiani
sebagai tempat berkembangnya iman remaja. Menyampaikan doa bersama dalam  keluarga  dan  perkembangan  iman  remaja.  Pengaruh  doa  bersama
dalam  keluarga  bagi  perkembangan  iman  remaja.  Gambaran  umum  Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu.
Bab  III  Pada  bab  ini  penulis  memaparkan  mengenai  metodologi penelitian  yang  meliputi  jenis  penelitian,  desain  penelitian,  tempat  dan
waktu  penelitian,  populasi  dan  sampel,  definisi  operasional  variabel, instrumen  penelitian,  teknik  analisis  data  dan  uji  hipotesis.  Hal  ini
diperlukan  supaya  instrumen  valid  dan  data  yang  didapat  akurat  serta terpercaya.  pembahasan  penelitian  meliputi  definisi  hasil  dari  data  yang
diperoleh.  Penulis  menguraikan  hasil  penelitian  tentang  pengaruh  doa bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes
Chrisostomus  Pojok,  paroki  St.  Petrus  dan  Paulus,  Klepu.  Untuk mendapatkan  gambaran  tersebut,  penulis  membagikan  kuesioner  kepada
kaum remaja sebagai responden. Bab  IV    Pada  bab  ini  penulis  memberikan  usulan  kegiatan  tentang
rekoleksi  keluarga    sebagai  upaya  memperkembangan  iman  remaja melalui doa bersama dalam keluarga.
Bab V Bab ini berisi kesimpulan dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DOA BERSAMA DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN
REMAJA A.
Doa Bersama Dalam Keluarga Kristiani
Di  zaman  yang  semakin  maju  seperti  sekarang  ini  banyak  sekali  keluarga katolik  yang  kurang  menyadari  pentingnya  doa  bersama  dalam  keluarga.  Doa
bersama dalam keluarga sangatlah penting bagi perkembangan iman remaja tetapi kurang mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini dikarenakan kesibukan anggota
keluarga,  kurangnya  pemahaman  dan  penghayatan  tentang  doa  dalam  keluarga bagi perkembangan iman remaja.
1. Doa
a. Pengertian Doa
Hadrys,  2007:  1  menyatakan  bahwa  Doa  adalah  pertemuan  antar pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling mancari dan saling
merindukan.  Doa  adalah  bersatu  dengan  Allah,  membangun  persahabatan dengan-Nya,  menyampaikan  permohonan  kepada-Nya.  Bagi  jiwa,  doa  mirip
dengan  makanan  bagi  tubuh.  Bagi  para  pengikut  Yesus,  doa  adalah kehidupan.
Paus  Benediktus  XVI,  dalam  Youcat  2012:469  menyatakan  bahwa: “Doa  berarti  mengarahkan  hati  kepada  Allah.  Ketika  seseorang  berdoa,  ia
masuk dalam hubungan yang hidup dengan Allah”.
Doa  adalah  pintu  gerbang  untuk  berkomunikasi  dengan  Allah.  Seorang yang  berdoa  tidak  lagi  hidup  untuk  dirinya  sendiri  dan  oleh  kekuatannya
sendiri.  Dia  tahu  ada  Allah  tempat  dia  dapat  bercakap-cakap.  Orang  yang berdoa  semakin  memercayakan  diri  kepada  Allah.  Selama  hidup  didunia,
manusia mencari kesatuan dengan Allah yang suatu hari nanti akan dijumpai muka dengan muka. Maka, usaha untuk berdoa setiap hari adalah bagian dari
kehidupan orang kristen. Tentu, seseorang tidak dapat belajar berdoa dengan cara yang sama seperti balajar teknik, betapapun aneh kedengarannya, namun
harus  dikatakan  bahwa  doa  adalah  anugerah  yang  dapat  diperoleh  melalui doa.
Doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman di hadapan Allah KWI,  1996:  194,  sama  halnya  seperti  yang  telah  diingatkan  St.  Agustinus
bahwa  doa  mempersiapkan  kita  untuk  menerima  karunia  dari  Tuhan  yang ditawarkan  kepada  kita:  “...Allah  Bapa  kita  tidak  meminta  kita  untuk
menunjukkan  hasrat  kita  kepada-Nya,  karena  kita  pasti  tidak  akan menyadarinya. Akan tetapi Ia meminta, bahwa melalui doa, kemampuan kita
untuk  berhasrat  kepada- Nya  akan  tumbuh”.  Demikian  halnya  melalui  doa
manusia menyatakan imannya kepada Allah menjadikan diri lebih siap dekat dengan-Nya.
Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri.
Adapun  cara  untuk  berdoa  dalam  Youcat  art.  500  “...ada  doa  lisan,  doa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meditasi,  dan  doa  kontemplatif.”  Ketiga  cara  doa  tersebut  menyatukan kembali pikiran dan hati setiap orang.”
Doa  pada  dasarnya  berarti  mengangkat  hati,  mengarahkan  hati  kepada Tuhan,  menyatakan  diri  anak  Allah,  mengakui  Allah  sebagai  Bapa.  Doa
adalah cara kata cinta seorang anak kepada Bapanya. Namun, pengungkapan doa  tersebut  tidak  perlulah  dengan  menggunakan  banyak  kata  lih,  Mat  6:7
akan tetapi juga dapat menjadi pendukung olehnya. Darminta 1982: 42 mengatakan doa sebagai ungkapan normal dari cinta
manusia  kepada  Allah.  Dalam  hal  ini  mempunyai  suatu  kerinduan  untuk hidup  dalam  hadirat  Allah.  Tetapi  tidak  cukup  untuk  kehidupan  rohani  bila
kerinduan itu hanya dipenuhi dengan berfikir terus tentang Allah. Tetapi yang lebih  penting  ialah  “melaksanakan  dengan  penuh  cinta  kehenak  Allah.
Mengenal,  mencintai  dan  melaksanakan  kehendak  Allah  merupakan  pokok hidup iman, harapan dan cinta”.
Seperti  halnya  juga  Sr.  Theresia  Lisiux  dalam  Youcat  art.  264 menyatakan bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke
surga,  seruan  syukur  dan  cinta  kasih,  baik  di  tengah  percobaan  maupun kegembiraan.” Doa menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana
sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih di dapat. Sedangkan  Emboiru  dalam  buku  Katekismus  Gereja  Katolik  art.  2559
mengatakan bahwa: Doa  adalah  pengangkatan  jiwa  kepada  Tuhan,  atau  satu  permohonan
kepada  Tuhan demi hal- hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau
kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau “dari jurang” Mzm 130:1 hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang  merendahkan  diri  akan  ditinggikan  Bdk.  Luk  18:9-14.
Kerendahan  hati  adalah  dasar  doa,  karena  “kita  tidak  tahu  bagaimana sebenarnya  harus  berdoa”  Rm  8:26.  Supaya  mendapat  anugerah  doa,
kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Itulah  sebuah  pemahaman  tentang  arti  doa  dari  ajaran  Gereja  Katolik. Berdoa  adalah  getaran  hati  suara  nurani  yang  menyapa  Allah.  Suatu
permohonan  dan  syukur  kepada  Allah.  Oleh  karena  itu  tidaklah  dapat dipungkiri  bahwa  berdoa  merupakan  suatu  bagian  penting  bagi  orang
beriman.  Tanpa  doa  iman  kita  akan  lemah  tanpa  daya,  kering  dan  tidak berbobot,  tapi  dengan  berdoa  iman  kita  dikuatkan,  diteguhkan,  ditopang
hingga  kokoh  kuat  tak  tergoyahkan.  Maka  kebiasaan  berdoa  bagi  umat Katolik  sangatlah  penting  mulai  dari  anak-anak  hingga  orang  tua  dan  kakek
nenek tak terkecuali wajib berdoa.
b. Doa sebagai anugerah Allah
Emboiru  dalam  buku  Katekismus  Gereja  Katolik,  art.2559-2560 mengatakan bahwa:
Doa adalah pengakuan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan,  atau  satu  permohonan  kepada  Tuhan  dalam  hal-
hal  baik” Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24. Dari mana kita berbicara, kalau kita
berdoa?  Dari  ketinggian  kesombongan  dan  kehendak  kita  kabawah  atau “dari jurang”Mzm 130. 1 hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang
merendahkan  diri  akan  ditinggikan.  Kerendahan  hati  adalah  dasar  doa, karena “kita tidak tahu bagaiamana sebenarnya harus berdoa” Rm 8.26.
Supaya  mendapat  anugerah  doa,  kita  harus  bersikap  rendah  hati:  Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, Yoh 4:10. Mukjizat doa jurstru  menunjukkan  diri  disana,  di  pinggir  sumur,  tempat  kita
mengambil air. Disana Kristus bertemu dengan setiap orang; Ia mencari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita, sebelum kita mencari Dia, dan Ia meminta: “Berilah Aku minum” Yesus  kehausan;  permohonan-Nya  datang  dari  kedalaman  Allah  yang
merindukan kita. Entah kita tahu atau tidak, di dalam doa kehausan Allah menemui kehausan kita. Allah merasa haus akan kehausan kita akan Dia.
Rumusan  tersebut  menjelaskan  bahwa  dalam  berdoa  perlu  adanya kerendahan  hati.  Berdoa  berarti  meminta  ini  atau  itu  atau  meminta
seseorang,  untuk  dikabulkan.  Sebetulnya  yang  berdoa  bukanlah  manusia, melainkan  Roh  Allah  sendiri.  Itu  berarti  bahwa  kita  berdoa  bukan
berdasarkan  jasa-jasa  kita,tetapi  berdasarkan  kasih  sayang  Allah  yang berlimpah-limpah.  Di  depan  Allah,  manusia  adalah  seorang  pengemis.
Mengemis  anugerahrahmat.  Supaya  mendapakan  rahmatanugerah  doa, maka  kita  harus  bersikap  rendah  hati.  Karena  Kerendahan  hati  adalah
dasar  doa,  karena  “kita  tidak  tahu  bagaimana  sebenarnya  harus  berdoa” Rm 8:26.
c. Arti Berdoa
Hadrys, 2007: 1 mengatakan bahwa: Berdoa
berarti berpikir
tentangAllah sambil
mengasihi-Nya, mengahdapi-Nya dengan sikap siap dipakai oleh-Nya, berjumpa dengan-
Nya, bercakap-cakap dengan-Nya, terutama mendengarkan-Nya. Berdoa  juga  melampaui  kehidupan
fana  ini,  „mengintip‟  kedalam surga, „menerobos‟ kedalam alam yang kekal.
Doa  manusia  datang  dari  lubuk  hati  yang  paling  dalam.  Bagaimanapun
bentuk  kegiatan  dan  kata-kata,  dengannya  doa  mengungkapkan  diri,  yang berdoa  itu  selalu  seluruh  manusia.  Tetapi  untuk  melukiskan  tempat  asalnya
doa, Kitab Suci  kadang-kadang berbicara tentang jiwa atau roh. Jika hati itu jauh  dari  Allah,  doa  pun  tidak  mempunyai  arti.  Hati  adalah  rumah  di  mana
aku berada dan tempat aku tinggal. Inilah pusat kita yang tersembunyi,  yang tidak  dapat  dimengerti  baik  oleh  akal  budi  kita  maupun  oleh  orang  lain.
Hanya  Roh  Allah  dapat  menyelami  dan  mengetahuinya.  Dalam  kedalaman cita-cita  kita,  hati  adalah  tempat  keputusan.  Ia  adalah  tempat  kebenaran,  di
mana kita memilih antara hidup dan mati. Ia adalah tempat pertemuan karena kita hidup dalam hubungan dengan citra Allah. Hati adalah tempat perjanjian.
Doa  Kristen  adalah  hubungan  perjanjian  antara  Allah  dan  manusia  di  dalam Kristus.  Ia  adalah  tindakan  Allah  dan  tindakan  manusia.  Ia  berasal  dari  Roh
Kudus  dan  dari  kita.  Dalam  persatuan  dengan  kehendak  manusiawi  Putera Allah terjelma, doa mengarahkan diri sepenuhnya kepada Bapa.
d. Doa dalam Kitab Suci
Dari Kitab Suci kita ingin belajar tentang cara maupun ajaran bagaimana berdoa. Pertama-tama kita perhatikan hati sebagai tempat doa. Lalu akan kita
coba untuk menguraikan tahap-tahap  yang digunakan oleh Kitab Suci dalam mkendidik  orang  beriman  berdoa:  pertama  orang  diajak  masuk  kiedalam
dirinya  sendiri  dan  mengakui  bahwa  dirinya  adalah  orang  berdosa;  kedua orang  diajak  berseru  kepada  Tuhan  memohon  agar  diubah;  ketiga  dalam
kesediaan  seperti  itu  orang  diajak  mengingat-ingat  dalam  hati  bahan renungannya;  keempat  berdasarkan  pengaruh  ingatan  hati  itu  orang  diajak
merasakan kerinduan yang timbul dalam dirinya; akhirnya diharapkan bahwa orang  mencapai  tujuan  doa,  yaitu  patuh  kepada  Allah  dan  tanggap  terhadap
dorongan Roh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bila kita sudah masuk kedalam Kitab Suci, maka akan lebih mudah bagi kita menerima petunjuk guru-guru rohani, dan dengan begitu kita akan dapat
mengatasi  semangat  setengah-setengah  dalam  hidup  rohani.  Satu  hal  yang tidak  dapat  kita  lupakan  ialah  bahwa  Kitab  Suci  membarikan  kepada  semua
pembinaan  religius,  apapun  aliran  yang  diikutinya,  suatu  keseimbangan  dan kelurusan  yang  tak  ditemukan  dimanapun  juga.  Hal  itu  akan  kita  lihat,  bila
kita  nantinya  memperhatikan  kepuasan,  realisme  dan  kesatuan  hidup  rohani yang  dicapai  oleh  hidup  mereka,  yang  setia  mengikuti  ajaran-ajaran  Kitab
Suci Darminta, 1985:13-18. Menurut  Kitab  Suci,  manuasia  tidak  boleh  meremehkan  rasa  persaan
dalam menghayati hubungannya dengan Allah. Doa tidak sekedar merupakan tindak bakti kepada  Allah belaka, meskipun itu dilakukan dengan tekun dan
setia. Pada  waktu  itu  berkatalah  Yesus:  “Aku  bersyukur  kepada-Mu,  Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa,
itulah  yang  berkenan  kepada-Mu.   Semua  telah  diserahkan  kepada-Ku  oleh Bapa-Ku  dan  tidak  seorangpun  mengenal  Anak  selain  Bapa,  dan  tidak
seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya Mat 11:25-27.
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya
itu  Engkau  sembunyikan  bagi  orang  bijak  dan  orang  pandai,  tetapi  Engkau nyatakan  kepada  orang  kecil.  Ya  Bapa,  itulah  yang  berkenan  kepada-Mu.
Semua  telah  diserahkan  kepada-Ku  oleh  Bapa-Ku  dan  tidak  ada  seorangpun yang  tahu  siapakah  Anak  selain  Bapa,  dan  siapakah  Bapa  selain  Anak  dan
orang  yang  kepadanya  Anak  itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu
berpalinglah  Yesus  kepada  murid-murid-Nya  tersendiri  dan  berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat Luk 10:21-23.
Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata:  “Bapa,  Aku  mengucap  syukur  kepada-Mu,  karena  Engkau  telah
mendengarkan  Aku.  Aku  tahu,  bahwa  Engkau  selalu  mendengarkan  Aku, tetapi  oleh  karena  orang  banyak  yang  berdiri  di  sini  mengelilingi  Aku,  Aku
mengatakannya,  supaya  mereka  percaya,  bahwa  Engkaulah  yang  telah mengutus Aku Yoh 11:41-42.
Dari  ketiga  penginjil  diatas  doa  Kristus  semasa  karya-Nya  secara eksplisit.  ketiganya  mulai dengan  ucapan  terima  kasih.  Seluruh  doa  Yesus
mendapat  tempatnya  dalam  persetujuan  hati  manusiawi-Nya  yang  penuh kasih  terhadap  Bapa  dan  rahasia  kehendak-Nya.  Doa  Yesus  yang  didukung
oleh  ucapan  terima  kasih,  mengatakan  kepada  kita  bagaimana  kita  harus berdoa:  malahan  sebelum  anugerah  diberikan,  Yesus  menyetujui  Allah  yang
memberi  dan  yang  menganugerahkan  Diri  sendiri  di  dalam  anugerah-Nya. Pemberi lebih bernilai daripada anugerah yang diberikan. Ia adalah “harta”,
dan hati putera-Nya ada pada-Nya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Sumber Doa
Menurut  agama  Kristen,  sebetulnya  yang  berdoa  bukan  manusia, melainkan  Roh  Allah  sendiri.  “Kita  tidak  tahu,bagaimana  sebenarnya  harus
berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” Rm 8:2.
Paulus  tidak  hanya  berkata  bahwa  Roh  berdoa  untuk  kita.  Tetapi  ia menambahkan: “Allah yang menyelidiki hati nurani, menetahui maksud Roh,
yaitu  bahwa  Ia,  sesuai  dengan  kehendak  Allah,  berdoa  untuk  orang-orang kudus”  Rm  8:27.  Rohlah  yang  berdoa  sesuai  dengan  kehandak  Allah,
“dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” ay.26 dengan permohonan Ilahi bdk. 2Kor 12:4. Maka dengan tugas Paulus juga berani berkata bahwa
tidak ada seorangpun yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh  Kudus”  1Kor12:3.  Doa  hanya  mungkin  dalam  dan  oleh  Roh  Kudus,
“karena kasih Allah telah tercurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita Rm 5:5. Kita adalah anak Allah tercinta oleh Roh
Kudus. Maka oleh roh kudus pula kita harus menyapa Allah sebagai Bapa. Doa mengungkapkan apa yang hidup didalam hati orang beriman. Maka
untuk seluruh umat beriman,  paulus berdo: “semoga Allah memenuhi kamu dengan  segala  sukacita  dan  damai  sejahtera  dalam  iman,  supaya  oleh
kekuatan  Roh  Kudus  kamu  brlimpah-limpah  dalam  pengah arapan”  Rm
15:13. Hidup Kristen dirumuskan dalam tiga sikap dasar. “Berbajuzirahlah iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan”, 1Tes 5:8.
Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah merupakan sumber doa.
Dari  penjelasan  di  atas  kita  berdoa  bukan  berdasarkan  jasa-jasa  kita, tetapi  berdasarkan  kasih  sayang  Allah  yang  berlimpah-limpah.  Doa
merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan manusia.
f. Bentuk Doa
Karena  bentuk  doa  yang  begitu  luas,  tidak  mengherankan  bahwa  orang menghadap  Tuhan  dengan  aneka  cara  dan  kata.  Didalam  kebiasaan  gereja
dibedakan  dua  bentuk  doa  yang  pokok,  yaitu  Puji-syukur  dan  permohonan. Puji-syukur  yang  dalam  bahasa  kuno  Eukharistia,  merupakan  tanggapan
manusia  atas  segala  anugerah  Tuhan.  Puji-syukur  itu  tidak  sama  dengan “terima  kasih”.  Puji-syukur  pertama-tama  mengungkapkan  rasa  heran  dan
kagum  atas  kebaikan  Tuhan.  Maka  dalam  “kemuliaan”  gereja  juga  dapat berdoa;  “kami  bersyukur  kepada-Mu”,  karena  kemuliaan-Mu  yang  besar”.
Gereja  beryukur  karena  kemuliaan  Tuhan,  bukan  karena  anugerah  yang diterimanya. Puji-syukur merupakan kegembiraan bahwa ada Tuhan; syukur,
ada  Tuhan  Tentu  saja,  kebaikan  Tuhan  diketahui  manusia  angugerah- anugerah,  yang  telah  diberikan  oleh-Nya,  mulai  dengan  penciptaan  dan
kemudian  dalam  seluruh  sejarah  keselamatan.  Anugerah  Allah  yang  paling besar  adalah  Putera-Nya,  Yesus  Kristus,  serta  Roh  yang  diutus-Nya  dari
Bapa. Atas semua anugerah itu orang kristen memuji dan memuliakan Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Doa permohonan bukanlah minta-minta. Puji-syukur berarti memuliakan kebaikan  dan  keluhuran  Allah;  dalam  permohonan  diakui  dan  dinyatakan
kelemahan  dan  kemiskinan  manusia.  Maka  yang  pertama-tama  dimohon adalah pengampunan dan belas kasih Tuhan, sebab dosa manusia merupakan
sumber kemalangan
yang terbesar.
Manusia memohon
kekuatan untukmenerima  hidup  seadanya,  baik  dirinya  sendiri  maupun  orang  lain.
Permohonan dan puji-syukur tidak bertentangan, melainkan dua segi dari satu k
enyataan  hidup.  Maka  tepatlah  nasehat  ini:  “Bertekunlah  dalam  doa  dan berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur” Kol 4:2 KWI 2010: 197-198.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa doa puji-syukur suatu doa dimana  manusia  mengucap  syukur  kepada  Allah  karena  rahmat-Nya  yang
begitu besar kepada manusia. Sedangkan doa permohonan adalah doa dimana manusia  meminta  belas  kasih  Allah  agar  dosa-dosanya  diampuni  serta
diberikan kehidupan yang lebih layak dihadapan Allah.
g. Cara Berdoa
Paus Benediktus XVI, art 499-504 dalam bukunya Katekismus Populer mengatakan bahwa:
Sejak  awal  mula,  orang-orang  kristen  berdoa  paling  sedikit  pada pagi  hari,  sebelum  dan  sesudah  makan,  setiap  pada  malam  hari.
Seseorang  yang  tidak  berdoa  secara  teratur  cepat  atau  lambat tidakakan berdoa sama sekali.
Ada  banyak  cara  berdoa.  Beberapa  orang  mengikuti  hanya  satu  cara, yang  lain  memakai  semua  cara.  Semua  itu  merupakan  momentum  kepastian
yang  hidup:  Kristus  ada  disana,  dalam  setiap  doa.  Ia  berbicara  didalam  diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita. Dan satu kesempatan lain, Ia adalah pribadi yang diam, orang asing yang jauh.  Bagi  setiap  orang,  doa  tetap  dalam  variasinya  yang  tak  terbatas.  Ini
merupakan jalan kepada hidup yang tidak datang dari diri kita sendiri, tetapi dari suatu tempat yang lain.
Ada  beberapa  cara  berdoa  diantaranya  doa  lisan,  doa  meditasi,  dan  doa kontemplatif.
1 Doa Lisan
Paus  Benediktus  XVI,  art  501  dalam  bukunya  Youcat  Indonesia mengatakan bahwa:
Doa  adalah  mengangkat  hati  kepada  Allah.  Dan  Yesus  sendiri mengajarkan  kepada  para  rasul-Nya  untuk  berdoa  dengan  kata-
kata. Dengan Bapa Kami, dia memberikan kepada kita.
Doa  lisan  merupakan  unsur  hakiki  dalam  kehidupan  Kristen.  Kristus mengajar  murid-murid-Nya  yang  meresa  tertarik  pada  doa  batin  dari
Gurunya, satu doa lisan: Bapa Kami. Yesus tidak hanya mendoakan doa-doa liturgi  dalam  Sinagoga,  tetapi-seperti  yang  ditunjukkan  Injil  kepada  Kita  Ia
sendiri  mengangkat  suara,  mengungkapkan  doa  pribadi-Nya.  Doa-doanya terbentang  dari  memuji  Bapa  dengan  penuh  gembira  sampai  pada
permohonan dalam sakratul maut di taman Getsemani Emboiru, 1995:677. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Doa Meditasi
Kata  meditatio  juga  berasal  dari  bahasa  Latin.  Kata  kerjanya  adalah meditari.  Meditari  berarti  merenungkan  secara  mendalam,  mempersiapkan,
mempelajari,  dan  melatih  diri.  Kata  benda  meditatio  menunjukkan  proses usaha  permenungan,  persiapan,  latihan  dan  mempertimbangkan  segala  sisi
dengan  cermat  Darmawijaya,  1999:  24.  Sedangkan  jika  dilihat  dari  kata Latin  meditare  berarti  berpikir-pikir  sampai  menemukan  permukaan  hingga
menemukan  yang  di  pusat  atau  inti  medium  Heuken,  2005:  119. Sedangkan  menurut  Sardjono  2012:  6  mendefinisikan  meditasi  adalah
bagian dari relaksasi, pengaturan napas yang berpengaruh pada pengendalian emosi.
Adapula  pengartian  Meditasi  adalah  jalan  yang  dimaksudkan  untuk “melampaui”  dunia  yang  kelihatan  ini  untuk  masuk  ke  dalam  diri  kita  ke
dasar diri  kita yang kita sebut Allah Bede, 2011:7-8. Seperti halnya dalam tradisi  Kristiani  bahwa  memang  meditasi  dimaksudkan  berdoa  dengan
berpikir,  membandingkan  serta  membangkitkan  rasa-perasaan  tentang kebenaran  iman  Heuken,  2005:  119.  Dilihat  dari  pengertian  di  atas,  kata
meditasi  ialah  doa  dengan  pemusatan  diri  untuk  bertemu  dengan  Allah sendiri.
Bermeditasi  bukan  saja  merupakan  kegitan  yang  tidak  berarti.  Dalam tradisi  Kristiani  ternyata  doa  juga  dapat  dibedakan.  Dalam  doa  batin
dibedakan  kegiatan  merenungkan  dengan  memusatkan  pikiran  budi  yang disebut meditasi KWI, 1996: 198.
Youcat art. 504 tentang doa meditasi diungkapkan bahwa: Dalam Meditasi, seorang Kristen mencari keheningan sedemikian  rupa
untuk  mengalami  keakraban  dengan  Allah  dan  untuk  menemukan kedamaian  dalam  hadirat-Nya.  Ia  mengharapkan  pengalaman  yang
menyentuh  dari  kehadiran  Allah,  yang  merupakan  rahmat  dari  hasil teknik tanpa syarat. Rahmat itu tidak muncul dari hasil teknik meditasi,
namun sungguh dari kemurahan kasih Allah.
Melihat  pengertian  meditasi  di  atas  dapat  dimengerti  bahwa  meditasi adalah  merenungkan,  mempersiapkan,  pelatihan  secara  rileks  dan  pikiran
dibiarkan  untuk  tenang  dan  terpusat  dengan  pengaturan  nafas  yang  dapat dimaksudkan  untuk  “melampaui”  dunia  yang  tidak  kelihatan  untuk  masuk
dalam diri  kita, kesadaran diri kita yang kita sebut Allah. 3
Doa Kontemplatif
Paus  Benediktus  XVI,  art  501  dalam  bukunya  Youcat  Indonesia mengatakan  bahwa:  “Doa  kontemlpalif  adalah  kasih,  keheningan,
mendengarkan, dan berada di ha dirat Allah”.
Untuk melakukan doa batin, orang memerlukan waktu, niat, dan terutama hati  yang  murni.  Doa  batin  merupakan  doa  mendalam  yang  didorong  oleh
sikap  rendah  hati  sebagai  ciptaan  yang  melepaskan  topeng,  mempercayai cinta kasih, dan mencari Allah dari hati doa batin biasa disebut doa hati atau
doa kontemplasi. Kontemplasi  ialah  memandang  Yesus  dengan  penuh  iman.  Kontemplasi
memandang  misteri  kehidupan  Kristus  dan  dengan  demikian  memperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“pengertian batin mengenai Tuhan”, untuk mencintai-Nya lebih sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih baik lagi Emboiru, 1995:681.
Melihat  pengertian  kontemplatif  diatas  dapat  dimengerti  bahwa  doa kontemplatif adalah ungkapan sederhana tentang misteri doa. Ia memandang
Yesus  dengan  penuh  iman,  mendengarkan  sabda  Allah  dan  mencintai  tanpa banyak  kata.  Ia  mempersatukan  kita  dengan  doa  Kristus,  sejauh  ia
mngikutsertakan kita dala misteri-Nya.
2. Pengertian Keluarga
a. Keluarga
Seorang anak manusia memulai kehidupan dalam keluarga. Entah apapun yang  terjadi  padanya  kemudian,  keluarganya  menjadi  bagian  pengalaman
hidupintelektual, emosional, personal, sosial, religius yang amat menentukan. Dalam  keluarga  seorang  anak  belajar  mengenal  sesama  yang  berbeda  dari
dirinya tetapi mau menerimanya. Iapun belajar menganal kehidupan bersama. Dengan  bekal  itu,  seorang  anak  menelusuri  dunianya,  tetangga,  desa;  dan
dengan  bekal  secukupnya  ia  berani  memutuskan:  tinggal  atau  pergi  dari lingkungannya  itu.  Dalam  keluarga  seorang  anak  manusia,  hari  demi  hari,
bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dibangun jiwa dan badannya, emosi, dan perilakunya, menjadi orang dewasa yang bisa menyumbangkan diri bagi
hidup  bersama.  Ia  bisa  memperkaya  hidup  ini,  bisa  menjadi  benalu  dalam hidup  bersama,  bisa  juga  menyuburkan  dengan  nilai-nilai  luhur  yang  tergali
dalam keluarganya Darmawijaya, 1994: 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam  masyarakat  Indonesia,  pengertian  “keluarga”  seringkali  juga menunjuk pada “keluarga besar”,  yang terdiri dari  keluarga inti suami-istri
dan anak-anak, orang tua dan mertua, serta sanak saudara. Dalam kehidupan sehari-hari relasi antara keluarga inti dan keluarga besar sangat erat dan saling
mempengaruhi  satu  sama  lain.  Ketika  kaluarga  inti  menghadapi  suatu persoalan, keluarga besar juga ikut merasakan dan terlibat  didalamnya. Baik
keluarga inti maupun keluarga besar hendaknya membangun relasi yang tidak hanya  berdasarkan  hubungan  darah,  tetapi  lebih  dari  itu  berdasarkan  dan
bersumber  pada  cinta-kasih.  Perwujudan  dari  relasi-relasi  tersebut dipengaruhi oleh budaya dan tradisi setempat yang tetap pantas diperhatikan,
dipelihara, dan dihargai dengan sikap kritis, dan kreatif KWI, 2011: 27. Dalam pikiran dan bahasa kita, “keluarga”mempunyai banyak arti: tentu
saja ibu dan ayah dan saudara- saudara kandung termasuk “keluarga”; dengan
mereka  kita  hidup  bersama-sama  setiap  hari.  Keluarga  juga  bisa  menjadi besar  karena  hadirnya  sanak  saudara  lain.  Keluarga  besar  memberikan  rasa
aman karena di  sana orang dapat  memperoleh ruang  gerak dan status  sosial. “keluarga inti” menjamin kepastian hidup, karena disana tugas hidup sehari-
hari,  yang  makin  rumit  itu,  dapat  diselesaikan.  Kedua  bentuk  keluarga  itu saling berkaiatan satu sama lain KWI, 1996: 54-55.
Keluarga  adalah  sekolah  yang  utama  untuk  kehidupan  sosial, memberiakan  contoh  dan  rangsangan  untuk  menjangkau  masyarakat  yang
lebih  luas.  Ada  ungkapan  yang  lebih  tegas  dari  pengarang  yang  sama  yang bunyinya sebagai berikut: “Keluarga adalah sarana yang peling efektif untuk
memanusiakan  dan  mempribadikan  masyarakat,  memberikan  keutamaan- keutamaan  kebijakan  dan  nilai-nilai,  menghormati  hak-hak  dan  martabat
pribadi,  yang  demikian  penting  bagi  masyarakat  modern  yang  anonim” Eminyan, 2001: 13.
Keluarga  sebagai  komunitas  antar  pribadi-pribadi,  dengan  demikian merupakan  “masyarakat”  manusiawi  yang  pertama.  “Keluarga  merupakan
suatu  sekolah  untuk  memperkaya  kemanusiaan.  Supaya  keluarga  mampu mancapai  kepenuhan  hidupdan  misinya,  diperlukan  komunikasi  hati  penuh
kabaikan,  kesepakatan  suami-isteri,  dan  kerjasama  orang  tua  yang  tekun dalam  pendidikan  anak-anak.  Kehadiran  aktif  ayah  sangat  membantu
pembinaan  mereka,  tetepi  juga  pengaruh  rumah  tangga  oleh  ibu,  yang terutama  dibutuhkan  oleh  anak-anak  yang  masih  muda,  perlu  dijamin,  tanpa
maksud  supaya  pengembangan  peranan  sosial  wanita  yang  sewajarnya dikesampingkan Eminyan, 2001: 153.
b. Pengertian Keluarga Kristiani
Keluarga  kristen  mangalami  alur  dan  suasana  sama  dalam  hidup  ini. Perbedaan  yang  memberi  warna  cukup  menantukan  bagi  kehidupan,  baik
pribadi maupun bersama, adalah iman akan Yesus Kristus, yang diutus Allah sebagai  sumber  keselamatan  bagi  setiap  orang.  Berkat  iman  ini  keluarga
kristen, yang berjuang hari demi hari bukan hanya berjuang untuk suatu nilai, malainkan  seperti  orang  yang  bisa  menghirup  udara,  tidak  menjadikan  tarik
nafas sekedar kebiasaan tetapi menjadikannya irama hidup. Keluarga kristen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperjuangkan hari-harinya
sebagai ungkapan
syukur sebagai
penyelenggaraan  Ilahi,  yang  mengawal  hidup  ini.  Maka  orang  kristen  yang membangun keluarga meletakkan dasar utama dan pertama bagi pengalaman
Allah  yang  menyelamatkan  itu.  Pengalaman  iman  itu  menjadi  salah  satu warisan yang amat berharga, bagi hidup selanjutnya Darmawijaya, 1994: 9-
10. Keluarga adalah komunitas cinta yang alami, dan yang sangat intim. Cinta
antara  pasangan  suami  dan  istri  dan  antara  mereka  dengan  anak-anaknya merupakan  representasi  duniawi  yang  peling  sempurna  dari  cinta  triniter.
Haring  juga  menekankan  bahwa  cinta  didalam  keluarga,  dari  hakikatnya sendiri,  cenderung  menjadi  triniterian,  sebab  keluarga  merupakan  suatu
pembenaran  terhadap  kehadiran  Allah  yang  kreatif,  yang  dari-Nya  pasangan suami-istri  ingin  agar  Dia  memberkati  cinta  mereka  dengan  anak.  Jadi,
keistimewaan keluarga yang terbesar dan terindah hanya dapat ditemukan bila orang  melihat  keluarga  sebagai  komunitas  cinta  triniter  didalam  Tuhan,
sebagaimana  Hering  tulis:  “semua  yang  hidup  benar  dalam  komunitas manusiawi,  teristimewa  dalam  komunitas  keluarga,  sungguh  merupakan
manifestasi  sah  dari  misteri  api  cinta  kasih  Allah  Tritunggal  yang  tak  dapat dimasuki dan selalu membangkitkan semangat” Eminyan, 2001: 49.
Keluarga  kristiani  betul  menjadi  sakramen,  yaitu  tanda  dan  sarana penyelamatan  Allah  dalam  kasih  Yesus  Kristus.  Keluarga  kristiani  berasal
dari  sakramen  perkawinan.  Berkat  sakramen,  keluarga-keluarga  kristiani dimasukkan  kedalam  misteri  penyelamatan  Yesus  Kristus,  yang  tetap
berkarya,  menebus,  dan  menguduskan  pasangan-pasangan  suami-istri  tidak hanya  sebagai  individu,  tetapi  sebagai  anggota-anggota  unit    keluarga  yang
dikehendaki  oleh  Allah  dan  dibentuk  menurut  gambar  dan  citra-Nya  sendiri Eminyan, 2001: 177.
Keluarga  kristiani,  sebagai  kenyataan  yang  kelihatan,  adalah  tempat anggota-anggotanya  dapat  menjumpai  Allah  serta  memperoleh  berkat  dari
rahmat  keselamatan  Yesus  Kristus.  Berkat  sakramen  perkawinan,  yang dilayani oleh gereja, pasangan suami-istri tidak hanya menerima kelimpahan
rahmat  pengudusan,  yang  juga  ada  dalam  ketujuh  sakramen,  tetapi  juga merupakan  jaminan  memperoleh  bantuan  khusus  dari  Allah  serta  semua
rahmat yang mereka butuhkan untuk menghidupi statusnya  yang baru,  yakni sebagai  suami  dan  istri,  sebagai  ayah  dan  ibu.  Dapat  dikatakan  bahwa
keluarga kristiani itu, sendiri merupakan sakramen karena merupakan sarana atau  saluran  rahmat  bagi  setiap  anggota  keluarganya  Eminyan,  2001:  178-
179. Keluarga  Kristiani  sebagai  gereja  mini  atau  gerja  domestik  mempunyai
tanggungjawab  terhadap  perkembangan  dan  pembangunan  Gereja  dengan ikut  berpartisipasi  dalam  hidup  dan  misi  Gereja  didalam  cara  yang  spesifik
didalam  keluarga  FC  49,  Hadiwiratno,  1994:  22.  Keluarga  Kristiani membangun kerajaan Allah didalam sejarah melalui realitas hidup sehari-hari,
yaitu  didalam  penghayatan  cinta  perkawinan  antara  suami  dengan isteri,orang-tua  dengan  anak-anaknya  serta  dengan  anggota  keluarga  yang
lain.  Cinta  yang  dihayatinya  menuntut  kesetiaan,  totalitas,  kemanunggalan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan  mengasilkan  buah.  Oleh  karena  itu,  partisipasi  keluarga  dalam  Imamat, raja  dan  kenabian  Kristus  sebenarnya  juga  direalisasikan  dan  di  ekspresikan
secara khas pula sesuai dengan statusnya sebagai bapak-ibu, suami-isteri,serta anak-anak  yang bersama-sama hidup dalam keluarga  yang adalah komunitas
terkecil orang beriman FC 50, Hardiwiratno, 1994: 22.
c. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Berkat  sakramen  babtis,  suami-istri  dan  anak  menerima  dan  memiliki tiga martabat  Kristus,  yakni  martabat  kenabian, imamat, dan rajawi.  Dengan
martabat  kenabian,  mereka  mampunyai  tugas  mewartakan  Injil;  dengan martabat  imamat,  mereka  mempunyai  tugas  menguduskan  hidup,  terutama
dengan menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa; dan dengan martabat rajawi, mereka mempunyai tugas untuk melayani sesama.
Berkat  sakramen  babtis  pula,  mereka  menjadi  anggota  dan  ikut membangun  gereja.  Keluarga  bukan  hanya  merupakan  sebuah  komunitas
basis  manusiawi  belaka,  melainkan  juga  komunitas  basis  gerejawi  yang mengambil  bagian  dalam  karya  penyelamatan  Allah.  Hidup  berkeluarga  ini
manampakkan  hidup  gereja  sebagai  suatu  persekutuan  Koinonia  dalam bentuk yang paling kecil namun mandasar, yang merayakan iman melalui doa
peribadatan  Leiturgia,  mewujudkan  pelayanan  Diakonia  melalui pekerjaan, dan memberi kesaksian Martyria dalam pergaulan; semuanya itu
menjadi sarana penginjilan Kerygma yang baru KWI, 2011: 15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keluarga  adalah  Gereja  rumah  tangga  karena  mengambil  bagian  dalam lima tugas gereja yaitu:
1 Persekutuan Koinonia
Keluarga  adalah  persekutruan  seluruh  hidup  Cosortium  totius  vitae antara  seorang  laki-laki  dan  seorang  perempuan  berlandaskan  perjanjian
antara  kedua  pihak  dan  diteguhkan  melalui  kesepakatan  perkawinan. Persekutuan antara mereka berdua diperluas dengan kehadiran anak-anak dan
keluarga  besar.  Ciri  pokok  dari  persekutuan  tersebut  adalah  hidup  bersama berdasarkan
iman dan
cinta-kasih serta
kesediaan untuk
saling mengembangkan  pribadi  satu  sam  lain.  Persekutuan  dalam  keluarga
diwujudkan  dengan  menciptakan  saat-saat  bersama,  doa  bersama,  kesetiaan
dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. 2
Liturgi Leiturgia
Kepenuhan  hidup  katolik  tercapai  dalam  sakramen-sakramen  dan  hidup doa.  Melalui  sakramen-sakramen  dan  hidup  doa,  keluarga  bertemu  dan
berdialog  dengan  Allah.  Dengan-Nya  mereka  dikuduskan  dan  menguduskan jemaat  gerejawi  serta  dunia.  Relasi  antara  Kristus  dengan  Gereja  terwujud
nyata  dalam  sakramen  perkawinan,  yang  menjadi  dasar  panggilan  dan  tugas perutusan  suami-isteri.  Suami-isteri  mempunyai  tanggungjawab  untuk
membangun  kesejahteraan  rohani  dan  jasmani  keluarganya  dengan  doa  dan karya.  Doa  keluarga  yang  dilakukan  setiap  hari  dengan  setia  akan  memberi
kekuatan  iman  dalam  hidup  mereka,  terutama  ketika  mereka  sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghadapi  dan  mengalami  persoalan  sulit  dan  berat,  dan  membuahkan berkat rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah.
3 Pewartaan Injil Kerygma
Karena keluarga merupakan Gereja Rumah-tangga, keluarga mengambil bagian  dalam  tugas  Gereja  untuk  mewartakan  Injil.  Tugas  itu  dilaksanakan
terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda  Allah.  Dari  hari  kehari  mereka  semakin  berkembang  sebagai
persekutuan  yang  hidup  dan  dikuduskan  oleh  Sabda.  “Keluarga  seperti Gereja,  harus  menjadi  tempat  injil  disalurkan  dan  memancarkan  sinarnya.
Dalam  keluarga,  yang  menyadari  tugas  perutusan  itu,  semua  anggota mewartakan  dan  menerima  pewartaan  Injil.  Orang  tua  tidak  sekedar
menyampaikan  pewartaan  Injil  kepada  anak-anak  mereka,  melainkan  dari anak-anak  mereka  sendiri,  mereka  dapat  menerima  injil  itu  juga,  dalam
bentuk  penghayatan  mereka  yang  mendalam.  Dan  keluarga  seperti  itu menjadi  pewarta  Injil  bagi  banyak  keluarga  lain  dan  bagi  lingkungan
disekitarnya. Sabda  Allah  itu  termuat  dalam  Kitab  Suci,  yang  tidak  selalu  mudah
dipahami,  maka  keluarga  sebaiknya  ikut  mengambil  bagian  secara  aktif dalam kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci.
4
Pelayanan Diakonia
Keluarga  merupakan  persekutuan  cinta  kasih,  maka  keluarga  dipanggil untuk  mengamalkan  cinta-kasih  itu  melalui  pengabdiannya  kepada  sesama,
terutama  bagi  mereka  yang  papa.  Dijiwai  oleh  cinta-kasih  dan  semangat pelayanan,  keluarga  katolik  menyediakan  diri  untuk  melayani  setiap  orang
sebagai  pribadi  dan  anak  Allah.  Pelayanan  keluarga  hendaknya  bertujuan memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga mereka dapat mandiri.
5
Kesaksian Iman Martyria
Keluarga  hendaknya  berani  memberikan  kesaksian  imannya  dengan perkataan  maupun  tindakan  serta  siap  menanggung  resiko  yang  muncul  dari
imannya  itu.  Kesaksian  iman  itu  dilakukan  dengan  berani  menyuarakan kebenaran  bersikap  kritis  terhadap  berbagai  ketidakadilan  dan  tindakan
kekerasan  yang  merendahkan  martabat  manusia  serta  merugikan  masyarakat umum.
d. Keluarga Tempat Pendidikan Iman
Peranan  orangtua  didalam  pendidikan  iman  religius  adalah  juga esensial. Keluarga adalah pusat katekese sakramental Johanes Paulus  II,  Ad
Limina Uskup-uskup USA, 24-9-1983. Para orangtualah  yang pertama-tama memperkenalkan  Tuhan  kepada  Anak-anaknya.  Ayah  duniawi  hendaknya
memperkenalkan Bapa Surgawi Hardiwiratno, 1994: 24. Pendidikan  dalam  keluarga  harus  memperhatikan  pendidikan  iman  dan
moral  katolik,  karena  kaluarga  adalah  sekolah  nilai-nilai  kemanusiaan  dan iman katolik.
Pimpinan  gereja  sangat  menekankan  pentingnya  pendidikan  iman  bagi anak-anak  dan  remaja.  Berkat  penerimaan  sakramen  babtis,  mereka  menjadi
ciptaan  baru  dan  menjadi  putra-putri  Allah.  Karena  itu,  mereka  berhak menerima pendidikan agama katolik untuk mengembangkan rahmat sakraman
babtis agar sampai pada kedewasaan iman. Sejak dini mereka perlu dibimbing secara bertahap, sesuai dengan tahap perkembangan kepribadiannya, sehingga
semakin  mengahayati  dan  mengembangkan  kurnia  iman  yang  telah  mereka terima.  Pendidikan  iman  bertujuan  menumbuhkan  sikap  beriman  dalam  diri
anak. Dengan sikap beriman itu anak-anak siap  menyambut kasih  Allah  dan membalasnya, serta aktif mengambil bagian dalam hidup gereja.
Orangtua adalah pendidik iman yang pertama dan utama bagi anak-anak. Malalui  keteladanannya  mereka  berkatekese  agar  anak-anak  menghayati
hidup iman katoliknya. Maka, perenan orang tua dalam hal ini taktergantikan oleh siapapun.
Salah satu aspek pendidikan iman adalah pemberian dan pengembangan pengetahuan  iman.  Sumber-summber  pengetahuan  iman  itu  adalah  Kitab
Suci,  Katekismus,  Dokumen-dokumen  Gereja,  dan  buku-buku  Katekese. Orang  tua  hendaknya  berusaha  mengusahakan  sumber-sumber  pengetahuan
iman  itu  dalam  keluarga.  Bila  orangtua  tidak  mampu  menyediakannya, hendaknya mereka memenfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di luar rumah.
Iman  dirayakan,disyukuri  dan  dipupuk  terutama  melalui  doa-doa  dan ibadat-ibadat,  baik  yang  bersifat  liturgis  maupun  devosional.  Maka,
pendidikan  iman  itu  dilaksanakan  melalui  kegiatan-kegiatan  rohani,  seperti liturgi,  doa  bersama,  devosi,  dan  sebagainya.  Keluarga  sebagai  gereja
rumahtangga  mempersiapkan  anak-anak  untuk  menerima  sakramen- sakr
amen. Dengan demikian, keluarga menjadi pusat katekese “sakramental” bagi anak-anak.
Cara-cara  konkret  dalam  memberikan  pendidikan  iman  Katolik  kepada anak-anak,  yang  hendaknya  dimanfaatkan  sebaik-baiknya  oleh  orang  tua
adalah sebagai berikut:
1. Doa pribadi dan doa bersama
Anak-anak  sebaiknya  dibiasakan  berdoa  secara  teratur,  baik  secara pribadi, bersamakeluarga maupun komunitas basis gerejawi. Perlu dijelaskan
kepada  mereka  bahwa  berdoa  adalah  berkomunikasi  dengan  Tuhan.  Mereka perlu diberi teladan konkret dalam hidup doa melalui doa keluarga itu sendiri.
Mereka  yang  masih  kecil  pada  awalnya  hanya  meniru  sikap  orang  tua  saja dalam berdoa, namun secara bertahap sesuai dengan perkembangan umur dan
pemahamannya, merekaperlu didorong untuk mengungkapkan isi hati  secara sepontan  dalam  berdoa.  Selain  itu,  dalam  berdoa  mereka  dilatih  untuk
menggunakan secara tepat benda-benda rohani seperti salib, patung, gambar, rosario, dan lain-lain.
2. Mengikuti Perayaan Liturgi
Sejak  dini  anak-anak  perlu  diajak  mengambil  bagian  aktif  dalam perayaan  liturgi,  terutama  Ekaristi,  supaya  mereka  menganal  dan  mencintai
Tuhan.  Perayaan  Ekaristi  khusus  untuk  anak-anak  dapat  diselanggarakan, karena  perayaan  Ekaristi  tersebut  membantu  mereka  untuk  lebih  terlibat
didalamnya.  Bila  mereka  sudah  mampu  memahami,  orang  tua  sebaiknya menjelaskan  makna  perayaan  Ekaristi,  yaitu  perjamuan  kasih  Tuhan.  Dalam
perjamuan  itu  Tuhan  memberikan  Diri-Nya  dan  memanggil  manusia  untuk bersatu dengan-Nya. Maka, menyambut Tubuh Kristus dalam komuni berarti
bersatu dengan Tuhan dan gereja yang adalah tubuh mistik Kristus.
3. Membaca dan Merenungkan Kitab Suci
Kitab  Suci  memuat  kekayaan  iman  yang  sangat  baik  dan  efektif  untuk mengambangkan  iman  anak-anak.  Melalui  membaca  Kitab  Suci  anak-anak
menganal  Allah  yang  menyelamatkan  manusia  dalam  sejarah  keselamatan terutama  dalam  diri  Yesus  Kristus.  Dengan  membaca  dan  mendengarkan
serta  merenungkan  Kitab  Suci,  hati  mereka  diarahkan  kepada  Allah  yang hadir  melalui  Sabda-Nya.  Melalui  membaca  Kitab  Suci  itu  anak-anak
menamukan  dasar  iman,  yaitu  ajaran-ajaran  Tuhan  Yesus  Kristus  dan menimba inspirasi  untuk  hidup  iman mereka melalui teladan hidup-Nya dan
tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci.
4. Ikut Aktif dalam Kelompok Pembinaan Iman
Untuk  membantu  orang  tua  dalam  mamberikan  pendidika  iman  dan menumbuhkan  sikap  menggereja  dalam  diri  anak,  mereka  dihimbau  untuk
senantiasa  mendorong  anak-anak  untuk  ikut  aktif  dalam  kelompok pembinaaan  iman,  misalnya  sekolah  minggu,  Pembinaan  Iman  Anak  dan
Pembinaan  Iman  Remaja  PIA  dan  PIR.  Dalam  pertemuan  kelompok- kelompok  tersebut  anak-anak  dibantu  untuk  memperkembangkan  iman  dan
dilatih untuk menghayati kebersamaan sebagai Gereja.
5. Ikut Ambil Bagian dalam Kegiatan Rohani
Rekoleksi,  retret,  ziarah,dan  sebagainya  sudah  dikembangkan  cukup lama dalam gereja dan menghasilkan buah-buah yang baik. Maka, orang tua
hendaknya  mendorong  dan  mendukung  anak-anaknya  untuk  mengambil bagian  dalam  kegiatan-kegiatan  tersebut  demi  pengembangan  beriman
mereka KWI dalam Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 31-33. Kegiatan  rohani  seperti  ini  memang  sangat  penting  untuk  dilaksanakan.
Dalam  suatu  kesempatan  mereka  dapat  bertemu  untuk  membagikan pengalaman  mereka  masing-masing.  Dengan  adanya  kegiatan  rohani  ini
mereka  juga  memperoleh  pengalaman  iman  dari  hasil  sharing  serta  dari materi yang diberikan.
3. Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
a. Pengertian Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
Keluarga  Kristiani  harus  menjadi  sekolah  doa  yang  sejati,  dimana perjumpaan dengan Kristrus tidak hanya merupakan moment untuk memohon
dan  mengaku  tetapi  terutama  untuki  mendengarkan,  merenungkan, memuji,menyembah dan bersyukur, hingga hatinya sungguh “jatuh cinta” dan
rindu  akan  hadirat  Tuhan.  Doa  sejati  tidak  terpisah  dari  kenyataan  hidup. Dengan membukia hati untuk mencintai Tuhan, serentak hati kita pun terbuka
untuk  mencintai  sesama,  dan  memampukan  kita  untuk  menjalani  liku-liku hidup ini seturut rencana dan tuntutan kasih-Nya.
Dalam  keluarga,  para  orang  tua  bertanggung  jawab  untuk  mengajarkan hal  doa  kepada  anak-anaknya,  mengajak  mereka  mengenal  secara  bertahap
misteri  Allah  dan  membangun  relasi  personal  dengan-Nya.  Justru  dalam keluarga  Kristen,  sedari  masa  kecil,  anak-anak  seturut  iman  yang  telah
dinyatakan  dalam  pembabtisan,  harus  diajarkan  pengetahuan  akan  Allah, menyembah Dia, dan mencintain sesamanya.
Doa keluarga mempunyai cirinya yang khusus: bahwa doa itu dihaturkan oleh ayah, ibu, anak-anak bersama-sama sebagai satu keluarga. Bersekutu dan
bersatu  dalam  doa  bersama  merupakan  konsekuensi  dan  tuntutan  dari sakramen  babtis  dan  perkawinan.  Teladan  konkret  dan  kesaksian  hidup  dari
orang tua memang sangat penting dan tak tergantikan dalam rangka mendidik anak-anak untuk berdoa. Doa bersama justru memberikan kesan dan dampak
mendalam  yang  takkan  terhapus  di  hati  anak-anak.  Anak-anak  dibiasakan sedari kecil ambil bagian dalam Ekaristi dan sakramen-sakramen. Selanjutnya
doa  bersama  menambah  kekuatan  dan  kebersatuan  keluarga  dan  membantu keluarga ambil bagian dalam kuasa-kuasa Allah sendiri Pito Duan, 2003:70-
73. Injil Mat 18:19-20 menegaskan bahwa:
Yesus  bersabda:  “jika  dua  orang  daripadamu  di  dunia  ini  sepakat meminta  apa  pun  juga,  permintaan  mereka  itu  akan  dikabulkan  oleh
Bapa-Ku  yang  di  surga.  Sebab,  dimana  ada  dua  atau  tiga  orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka.
Kutipan Injil diatas menegaskan bahwa janji Yesus senantiasa hadir dan tinggal  bersama  kita  dan  keluarga,  bila  kita  pun  tinggal  bersatu  dalam  Dia
dalam doa bersama.
b. Waktu Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
Kesempatan  untuk  doa  bersama  cukup  banyak.  Setiap  hari  ada:  pagi, sebelum dan sesudah makan, malam hari. Lagi: bila seorang anggota keluarga
adalah  sakit,  merayakan  hari  ulang  tahun,  menghadapi  peristiwa  penting ujian,  melamar  kerja,  perjalanan  jauh,  tunangan,  operasipembedahan  dan
masih  banyak  lagi.  Kehidupan  sehari-hari  dapat  mendorong  setiap  anggota keluarga untuk mendoakan yang lain.
Kesempatan  paling  baik  seluruh  keluarga  berdoa  bersama  adalah  selain secara  singkat  sebelum  dan  sesudah  makan  bersama  yaitu  pada  malam  hari.
Doa  malam  merupakan  suatu  kesempatan  untuk  menyelesaikan  banyak persoalan  yang  timbul  didalam  hidup  keluarga.  Jika  pada  siang  harinya
anggota  keluarga  berselisih  dan  bertengkar,  maka  ada  baiknya  kita mendamaikan  diri  dalam  doa  malam  bersama.  Kita  merenungkan  bersama
mengenai  kewajiban  kita  untuk  memelihara  kesatuan  dan  keakraban  serta kedamaian dalam keluarga kita.  Yang bersalah bersedia meminta maaf  yang
tidak  bersalah  mau  menerima  permintaan  maaf  itu.  Dengan  demikian  akan lahir  suatu  ikatan  kasih  yang  mesra  diantara  anggota  keluarga,  yang  mana
mutlak diperlukan dalam hidup mereka di kemudian hari  Heuken 1979:18- 20.
B. REMAJA
1. Siapa Remaja Itu?
Mereka  adalah  pemuda  pemudi  yang  berada  pada  masa  perkembangan yang  disebut  masa  “adolesensi”  masa  remaja  masa  menuju  kedewasaan.
Masa  ini  merupakan  taraf  perkembangan  dalam  kehidupan  manusia,  dimana seseorang  sudah  tidak  dapat  disebut  anak  kecil  lagi,  tetapi  juga  belum  bisa
disebut  orang  dewasa.  Taraf  perkembangan  ini  biasanya  disebut  masa pancaroba  atau  masa  peralihan  dari  masa  kanak-kanak  menuju  kearah
kedewasaan.  Ditinjau  dari  sudut  kronologis  pada  suatu  pembatasan  yang relatif fleksibel, masa remaja ini terjadi sekitar umur 12-20 tahun.
Masa  adolesendi  ini  disebut  juga  masa  “physiological  learning”  dan “social learning”, hal ini berarti bahwa pada masa ini pemuda pemudi remaja
sedang  mengalami  suatu  pematanga  pisik  dan  pematanga  sosial.  Kedua  hal ini serempak terjadi pada waktu yang bersamaan. Dalam kematangan fisik ini
remaja  mengalami  proses  perubahan  struktur  dan  fungsi  jasmaniah psikologis  mengarah  pada  kedewasaan  fisik  timbulnya  kemungkinan
reproduksi. Dalam  pematangan  sosial  remaja  mengahadapi  prosesn  belajar
mengadakan penyesuaian diri atau “adjustment” pada kehidupan sosial orang dewasa  secara  tepat.  Hal  ini  berarti  pula,  bahwa  remaja  harus  belajar  pola-
pola  tingkah  laku  sosial  yang  dilakukan  orang  dewasa  dalamlingkungan kebudayaan pada masyarakat dimana mereka hidup Melly,1984:1.
2. Perkembangan Remaja
Robert  Y.  Havighurst  dalam  bukunya  Human  Development  and Education menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja yaitu:
a. Mencapai  hubungan  sosial  yang  lebih  matang  dengan  teman-teman
sebayanya,  baik  dengan  teman-teman  sejenis  maupun  dengan  jenis kelamin  lain.  Artinya  para  remaja  memandang  gadis-gadis  sebagai
wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang dewasa.  Mereka  dapat  bekerjasama  dengan  orang  lain  dengan  tujuan-
tujuan  bersama,  dapat  menahan  dan  mengendalikan  perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
b. Dapat  menjalankan  peran-peran  sosial  menurut  jenis  kelamin  masing-
masing,  artinya mempelajari  dan menerima peran masing-masing  sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat.
c. Menerima keyataan realitas jasmaniah serta menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas. d.
Mencapai  kebebasan  emosional  dari  orang  tua  atau  orang  dewasa lainnya.  Ia  tidak  kekanak-kanakan  lagi,  yang  selalu  terikat  pada  orang
tuanya. Ia membebaskan diri dari ketergantungannya terhadap orang tua atau orang lain.
e. Mencapai  kebebasan  ekonomi.  Ia  merasa  sanggup  untuk  hidup
berdasarkan  usaha  sendiri.  Ini  terutama  sangat  penting  bagi  laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. Artinya
belajar  memilih  satu  jenis  pekerjaan  sesuai  dengan  bakatnya  dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
g. Mempersiapkan  untuk  melakukan  perkawinan  dan  hidup  berumah
tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan  memiliki  anak.  Bagi  wanita  hal  ini  harus  dilengkapi  dengan
pengetahuan  dan  ketrampilan  bagaimana  mengurus  rumah  tangga  dan mendidik anak.
h. Mengembangkan  kecakapan  intelektual  serta  konsep-konsep  yang
diperlukan  untuk  kepentingan  hidup  bermasyarakat  maksudnya  ialah, bahwa  untuk  menjadi  warganegara  yang  baik  perlu  memiliki
pengetahuan  tentang  hukum,  pemerintah,  ekonomi,  politik,  geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
i. Memperlihatkan  tingkah  laku
yang secara
sosial dapat
dipertanggungjawabkan.  Artinya,  ikut  serta  dalam  kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta
mentaati  nilai-nilai  sosial  yang  berlaku  dalam  lingkungannya,  baik regional maupun nasional.
j. Memperoleh  sejumlah  norma-norma  sebagai  pedoman  dalam  tindakan-
tindakannya  dan  sebagai  pandangan  hidupnya.  Norma-norma  tersebut secara  sadar  dikembangkan  dan  direalisasikan  dalam  menetapkan
kedudukan  manusia  dalam  hubungannya  dengan  Sang  pencipta,  alam semesta  dan  dalam  hubungannya  dengan  manusia-manusia  lain;
membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai- nilai pribadi dan dengan orang lain Melly, 1984:2-3.
Dari sepuluh tugas perkembangan ini, dapat dilihat hubungan yang cukup erat  antara  lingkungan  kehidupan  sosial  dan  tugas-tugas  yang  harus
diselesaikan  remaja  dalam  hidupnya.  Hal  ini  merupakan  pondasi  supaya mereka dapat hidup dalam masyarakatnya.
C. Perkembangan Iman