Persaksian 4 empat orang saksi laki-laki. atau 8 delapan orang Kehamilan. dengan syarat: wanita yg hamil tdk diperkosa, sadar dalam

40 b. Zina Ghairu Muhson, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah menikah, mereka berstatus perjaka atau gadis. Hukum Islam tidak menganggap bahwa zina ghairu muhson sebagai perbuatan biasa, melainkan tetap dianggap sebagai perbuatan zina yang harus dikenakan hukuman. Hanya saja hukuman itu kuantitasnya berbeda, bagi pezina muhson dirajam sampai mati, sedangkan bagi pezina ghairu muhson dicambuk 100 kali. Anak yang dilahirkan sebagai akibat zina tersebut disebut anak luar kawin. 74 Dalam hukum Islam, pembuktian perbuatan berupa perzinaan bisa dilakukan melalui tiga cara: 75 1. Pengakuan dari Pelaku. Dengan syarat pelaku saat menyatakan pengakuannya: sudah baligh, tidak gila, tidak mabuk, dan tidak dalam paksaan.

2. Persaksian 4 empat orang saksi laki-laki. atau 8 delapan orang

perempuan dua orang laki-laki dan empat perempuan satu org laki-laki dan enam perempuan tiga org laki-laki dan dua perempuan.

3. Kehamilan. dengan syarat: wanita yg hamil tdk diperkosa, sadar dalam

melakukannya 74 Ibid, hal 23 75 www.kompasiana.com20140414 Hukum Berzina Dan Pembuktiannya Dalam Islam diakses pada tanggal 20 November 2014 Universita Sumatera Utara 41 Hamil diluar nikah adalah sesuatu yang sangat tabu di Indonesia dan merupakan hal yang masuk kategori zina dalam Islam. Hamil di luar nikah merupakan perbuatan zina yang seharusnya dihukum dengan kriteria Islam. Ketika hamil diluar nikah telah terjadi maka akan muncul masalah yaitu aib bagi keluarga. Dengan terjadinya hamil diluar nikah, maka pasangan tersebut diharuskan untuk segera menikah demi melindungi keluarga dari aib yang lebih besar. Menikah sesungguhnya merupakan hal yang biasa dilakukan oleh seorang yang sudah dewasa. Hal ini terbukti dengan adanya ketentuan undang- undang yang memperbolehkan seorang menikah ketika dia sudah mampu mengemban tanggung jawabnya dengan baik. Sebuah hal yang berbeda ketika pernikahan tersebut dilakukan oleh seseorang yang didahului dengan perbuatan tidak halal misalnya melakukan persetubuhan antara dua jenis kelamin yang berbeda diluar ketentuan undang-undang perkawinan yang berlaku. Pernikahan ini bisaanya dinamakan perkawinan akibat perzinaan. 76 Hal- hal yang memotivasi seorang laki-laki mau menikahi wanita hamil karena zina adalah: 1. Untuk menutup aib, karena sebelum terjadi kehamilan laki-laki ini sudah bolak-balik mengajak wanita yang dihamilinya untuk menikah tetapi siwanita tidak mau dengan berbagai macam alasan diantaranya, belum mau direpoti dengan anak dan suami, mau berkarir dulu,malah wanita yang dihamili berkata mana tau masih ada pilihan yang lebih baik jodoh yang lebih baik, 76 Gatot supramono, Op Cit, hal. 78 Universita Sumatera Utara 42 sebenarnya waktu siwanita ini hamil, pada mulanya si laki-laki tidak mau bertanggung jawab karena kesal atas penolakan –penolakan si wanita selama ini dan sempat menghilang tapi karena untuk menutup aib dan mungkin masih cinta dia kembali lagi dan mau menikahi wanita yang dihamilinya tersebut. 77 2. Harus bertanggung Jawab dengan perbuatan yang dilakukannya, karena telah menghamili wanita tersebut, walaupun pada awalnya mereka tidak ingin sampai kehamilan ini terjadi, mungkin karena seringnya bersama sehingga hal-hal yang tidak diinginkan pun terjadi, jadi setelah terjadi kehamilan si laki-laki harus bertanggung jawab dengan menikahi wanita tersebut, karena kalau silaki-laki tidak bertanggung jawab bagaimana si wanita dan keluarganya harus menanggung malu, dan bagaimana nanti anak yang akan dilahirkannya tidak punya ayah, secara jelas-jelas yang menghamilinya adalah laki-laki tersebut dan karena laki-laki tersebut juga mencintainya dan keluarga si laki-laki dan perempuan juga merestui hubungan mereka selama ini. 78 3. Untuk menutup malu karena merupakan aib bagi keluarga, baik bagi keluarga laki-laki apalagi bagi keluarga perempuan, karena telah menghamili seorang wanita sebelum adanya perkawinan, jadi untuk menutup malu supaya keluarga tidak menjadi lebih malu lagi harus menikahi wanita tersebut, 77 Hasil Wawancara Dengan Bambang,Pelaku Yang Menikahi Wanita Hamil Karena zina , Pada Hari Selasa,Tanggal 25 November 2014, Pukul 20.00 WIB 78 Hasil Wawancara Dengan Anto, Pelaku Yang Menikahin Perempuan hamil Karena zina, Pada Hari Selasa, Pada Tanggal 25 November 2014, Pukul 18.00 WIB Universita Sumatera Utara 43 walaupun umur kami masih tergolong muda laki-laki dan wanita berumur 20 Tahun . 79 Yang paling mendasar yang dijadikan alasan bagi seseorang menikahi wanita hamil karena zina adalah semata-mata untuk menutupi aib wanita tersebut dan keluarganya, bila aib sudah tertutupi melalui perkawinan yang sah, secara tidak langsung akan menimbulkan kebaikan-kebaikan tertentu, anak akan jelas statusnya dan ibu akan terlindungi nama baiknya. Adalah kehidupan free sex yang semakin meningkat dan dilakukan secara terbuka serta dengan penuh rasaa bangga. Akibat dari semua itu maka banyak terjadi kehamilan diluar nikah yang menimbulkan kepanikan, baik bagi wanita yang bersangkutan maupun keluarga. Untuk mennghindari perasaan malu kepada masyarakat, maka mereka cepat-cepat dinikahkan dalam keadaan hamil . 80 Dari Hal- hal yang memotifasi seseorang mau melakukan perkawinan dengan seorang wanita yang hamil diatas kembali lagi pada manusianya masing-masing, jika mereka merasa siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi, baik konsekuensi pada diri sendiri atau konsekuesi sosial yang ada dimasyarakat maka mereka harus siap dengan segala dampak buruknya, seperti tindak kekerasan hingga kemungkinan terburuknya ialah kematian.Resiko tersebut harus dapat ditanggung oleh pelakunya masing-masing contohnya jika terjadi kehamilan, pihak laki-laki dapat pergi 79 Hasil Wawancara Dengan Toni, Pelaku Yang Menikahi Wanita Hamil Karena Zina,Pada Hari Rabu, Tanggal 26 November 2014. Pukul 18.00, WIB 80 M.Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta: PT. Al Mawardi prima}, hal 184 Universita Sumatera Utara 44 meninggalkan wanitanya begitu saja, tetapi jika ada kekerasan atau pencemaran nama baik, hal tersebut bisa saja dipidanakan.Maka seks pranikah sebaiknya tidak dilakukan karena ada beberapa dampak yangsangat merugikan, di sini pihak yang akan sangat dirugikan adalah pihak wanita. Maka sebaiknya para wanita harus pintar menjaga diri dengan tidak mudah percaya dengan orang lain terutama pria dan harus punya sikap agar pria menghormati wanita tersebut. 81

C. Pengaturan Perkawinan Wanita Hamil Karena Zina 1.

Menurut Kompilasi Hukum Islam Menurut Kompilasi Hukum Islam bahwa hukumnya sah menikahi wanita hamil akibat zina bila yang menikahi wanita itu laki-laki yang menghamilinya. Bila yang menikahinya bukan laki-laki yang menghamilinya, hukumnya menjadi tidak sah karena pasal 53 ayat 1 KHI tidak memberikan peluang untuk itu. 82 Secara lengkap, isi pasal 53 KHI itu adalah sebagai berikut: 1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya. 2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat 1 dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. 3. Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir. 81 Akrizz.blogspot.com201207beberapa factor pentebab sex bebas:htmldiakses tanggal1 Agustus 2014. 82 Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Universita Sumatera Utara 45 Ketentuan ini adalah sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nur ayat 3, “dimana dikemukakan bahwa laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin.” Ketentuan ini dapat dipahami bahwa kebolehan kawin dengan perkawinan hamil bagi laki-laki yang menghamilinya adalah merupakan pengecualian, karena laki-laki yang menghamilinya itu yang tepat menjadi jodoh mereka sedangkan laki- laki yang mukmin tidak pantas bagi mereka. Dengan demikian, selain laki-laki yang menghamili perempuan yang hamil itu diharamkan untuk menikahinya. 83 Sebagaimana yang tertuang pada Pasal 53 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam membatasi pernikahan wanita hamil hanya dengan pria yang menghamilinya, tidak memberi peluang kepada laki-laki lain bukan yang menghamilinya. Karena itu, kawin darurat yang selama ini masih terjadi di Indonesia, yaitu kawin dengan sembarang laki-laki, yang dilakukannya hanya untuk menutupi malu karena sudah terlanjur hamil, baik istilahnya kawin “Tambelan”, “Pattongkogsi sirig”, atau orang sunda menyebutnya kawin “Nutupan kawirang” 84 menurut Kompilasi Hukum Islam hukumnya tidak sah untuk dilakukan. 85 Hal ini karena akibat hukum yang ditimbulkan seakan-akan kebolehan tersebut memeberikan peluang kepada orang- 83 Abdul Manan, Op cit, hal .38 84 “ Tambelan”, Pattongkogsi Sirig”, “Nutupan Kawirang” adalah nama lain dari kawin darurat atau kawin dengan sembarang laki-laki. 85 Gozlan-ade.Blogspot.com201402Perkawinan-karena-hamil-di-luar-nikah.htmldiakses tanggal 15 juli 2014. Universita Sumatera Utara 46 orang yang kurang atau tidak kokoh agamanya akan dengan gampang menyalurkan kebutuhan seksualnya dilluar nikah. Padahal akibatnya jelas dapat merusak tatanan moral dan juga kehidupan keluarga serta sendi-sendi kehidupan masyarakat. 86 Persoalan menikahkan wanita hamil apabila dilihat dari Kompilasi Hukum Isalm, penyelesaiaanya jelas dan sederhana cukup dengan satu pasal dan tiga ayat. yang menikahi wanita hamil adalah pria yang menghamilinya, Pembolehan pernikahan wanita hamil ini dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum kepada anak yang ada dalam kandungan, dan logikanya untuk mengakhiri status anak zina. Menurut Fiqih Islam Tentang hamil diluar nikah sendiri sudah di ketahui sebagai perbuatan zina baik oleh pria yang menghamilinya maupun wanita yang hamil. Dan itu merupakan dosa besar. Persoalannya adalah bolehkah menikahkan wanita yang hamil karena zina? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang secara ketat tidak memperbolehkan, ada pula yang menekankan pada penyelesaian masalah tanpa mengurangi kehati-hatian mereka. Sejalan dengan sikap para ulama itu, ketentuan hukum Islam menjaga batas-batas pergaulan masyarakat yang sopan dan memberikan ketenangan dan rasa aman. Patuh terhadap ketentuan hukum Islam, insya Allah akan mengujudkan kemaslahatan dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan “kawin hamil” disini ialah kawin dengan seorang wanita yang hamil di luar nikah, baik 86 Abdul Manan,Op Cit , hal 38 Universita Sumatera Utara 47 dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya maupun oleh laki-laki bukan yang menghamilinya. 87 Hukum kawin dengan wanita yang hamil diluar nikah, para ulama berbeda pendapat, sebagai berikut : 1. Ulama Syafi’iah berpendapat, hukumnya sah menikahi wanita hamil akibat zina, baik yang menikahi itu laki-laki yang menghamilinya maupun bukan yang menghamilinya. Alasanya karena wanita hamil akibat zina tidak termasuk golongan wanita yang diharamkan untuk dinikahi. Mereka juga berpendapat karena akad nikah yang dilakukan itu hukumnya sah, wanita yang dinikahi tersebut halal untuk disetubuhi walaupun ia dalam keadaan hamil. 88 2. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa hukumnya sah menikahi wanita hamil bila yang menikahinya laki-laki yang menghamilinya, alasannya wanita hamil akibat zina tidak termasuk kedalam golongan wanita-wanita yang haram untuk dinikahi sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. An-Nisa:22,23,24.yang artinya : ‘Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu,kecuali kejadian pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan dibenci dan seburuk-buruk jalan yang ditempuh. “Q.S An-Nisa 22 “Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu 87 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munkahat Jakarta : Perdana Media Group, Kencana,2008 hal.124. 88 ibid Universita Sumatera Utara 48 yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu mertua; anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu dan sudah kamu ceraikan, maka tidak berdosa kamu mengawininya; dan diharamkan bagimu isteri-isteri anak kandungmu menantu; dan menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”Q.S An-Nisa 23 “Dan diharamkan juga atas kalian untuk menikahi perempuan-perempuan yang telah bersuami, kecuali perempuan yang menjadi budak kalian. Ini adalah ketetapan dari Allah atas kalian. Dan dihalalkan bagi kalian perempuan-perempuan selain yang telah disebutkan tadi dengan memberikan harta kalian untuk menikahi mereka dan tidak untuk berzina. Maka karena kalian menikmati mereka, berikanlah mahar kepada mereka, dan hal itu adalah kewajiban kalian. Dan tidak mengapa apabila kalian telah saling rela sesudah terjadinya kesepakatan. Sesungguhnya Allah itu maha mengetahui dan maha bijaksana.”Q.S.An-Nisa 24 Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa perkawinan itu dipandang sah, karena tidak terikat dengan perkawinan orang lain tidak ada masa ‘iddah. Wanita itu boleh juga dicampuri, karena tidak mungkin nasab keturunan anak yang dikandung itu ternodai oleh sperma suaminya. Sedangkan anak tersebut bukan keturunan orang yang mengawini ibunya itu anak di luar nikah. 3. Ulama Malikiyyah berpendapata bahwa wanita yang berzina, baik atas dasar suka sama suka atau diperkosa, hamil atau tidak, ia wajib istibra 89 . Bagi wanita merdeka dan tidak hamil, istibra’nya tiga kali haid, sedangkan bagi wanita budak istibra’nya cukup satu kali haid, tapi bila ia hamil baik wanita merdeka atau wanita budak istibra’nya sampai melahirkan. Dengan demikian ulama 89 Istibra artinya pengosongan rahim Universita Sumatera Utara 49 Malikiyyah berpendapat bahwa hukumnya tidak sah menikahi wanita hamil akibat zina, meskipun yang menikahi itu laki-laki yang menghamilinya, apalagi ia bukan yang menghamilinya. Bila akad nikah tetap dilangsungkan dalam keadaan hamil, akad nikah itu fasid dan wajib difasakh 90 4. Ulama Hanabilah berpendapat bahwa hukumnya tidak sah menikahi wanita yang diketahui telah berbuat zina, baik dengan laki-laki bukan yang menzinainya terlebih lagi dengan laki-laki yang menzinainya, kecuali wanita itu telah memenuhi dua syarat berikut : pertama, telah habis masa iddahnya. Jika ia hamil iddahnya habis dengan melahirkan kandungannya. Bila akad nikah dilangsungkan dalam keadaan hamil maka akad nikahnya tidak sah.kedua, telah bertaubat dari perbuatan zina. 91 Perkawinan wanita hamil karena zina tidak boleh dilakukan, apabila tetap dilakukan perkawinannya tidak sah baik dengan laki-laki yang bukan menghamilinya,apa lagi dengan laki-laki yang menghamilinya karena laki-laki yang menghamilinya tersebut bukan laki-laki baik karena sudah jelas tidak bisa menjaga kehormatan wanita, dan apabila tidak ada pilihan lain, harus dengan laki-laki yang menghamilinya tersebut, harus membuat perjanjian untuk tidak melakukan perbuatan zina lagi dan perkawinan tersebut bisa dilakukuan setelah wanita melahirkan anak yang dikandungya sesuai dengan pendapat ulama Hanabilah.

2. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan