lain secara positif. Individu dengan harga diri rendah cenderung meragukan kemampuannya dan berkeyakinan bahwa orang lain meragukan kemampuannya.
Dayakisni dan Hudaniah 2009 menyatakan bahwa kecenderungan seseorang untuk menilai dirinya sendiri ini berkaitan dengan tingkat harga diri. Mujiyati 2015
mengatakan bahwa siswa yang mendapatkan perlakuan negatif secara berulang-ulang memunculkan penilaian diri yang rendah terhadap diri sendiri maupun orang lain, hal
ini menyebabkan siswa menarik diri dari lingkungan sosial. Hasil penelitian tingkat harga diri oleh Jamir, devi, Lenin, dan Roshan 2014
pada remaja SMP dan SMA di India menunjukkan bahwa bullying menyebabkan harag diri rendah dan depresi. Penelitian oleh Khairiah, Muhdi Budiono 2012
menyatakan harga diri rendah berkorelasi positif pada perilaku bullying, karena korban memiliki harga diri rendah dan memiliki sifat lebih ke arah pasif.
Penelitian Septrina, Liow, Sulistiyawati dan Andriani 2009 pada remaja korban bullying di SMP dan SMA menunjukkan bahwa harga diri berkorelasi dengan
bullying, di mana korban memiliki harga diri tinggi. Penelitian Liow 2009 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan harga diri dan bullying pada remaja
korban bullying. Hasil penelitian Seixas, Coelcho dan Nicholas 2013 pada remaja SMA dan SMP di Lisbon menunjukkan hasil yang bertentangan, di mana korban
bullying kesamaan dengan pelaku bullying, yaitu memiliki harga diri yang tinggi. Kelima penelitian di atas menyadarkan bahwa perbedaan tingkat harga diri
disebabkan oleh respon remaja korban bullying yang berbeda saat menghadapi kasus bullying. Remaja korban bullying dengan harga diri tinggi kemungkinan mampu
menanggulangi tindakan bullying dengan baik, begitu pula sebaliknya. Hasil perbedaan penelitian inilah menjadi salah satu dasar peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Kasus bullying di Kalimantan dianggap sebagai bahan candaan, sehingga tidak
menyadari dampak yang diakibatkan bagi korban. Berdasarkan hasil wawancara awal pengetahuan tentang bullying yang dilakukan peneliti kepada dua siswa SMAN X
dan dua siswa SMPN X, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menunjukkan hasil bahwa bullying dianggap sebagai bahan candaan, karena pelaku yang mem-bully
beranggapan bahwa hal tersebut sebagai hiburan semata. Menurut para siswa dari masing-masing sekolah tersebut mengatakan bahwa pihak sekolah mengetahui
adanya kasus bullying, namun karena dalam keseharian sekolah telah menjadi hal yang biasa, maka tidak terlalu ditanggapi dengan serius Amiani, Theresia dkk,
komunikasi pribadi, 17-20 April 2015. Uraian di atas memperlihatkan bahwa tingginya kasus bullying menimbulkan
berbagai konsekuensi negatif seperti tingkat harga diri dapat memengaruhi dan menimbulkan kecemasan sosial pada remaja, oleh sebab itu penelitian tentang
“Pengaruh harga diri terhadap kecemasan sosial pada remaja korban bullying di Palangkaraya, Kalimantan Tengah
” penting untuk dilakukan.
B. Rumusan masalah :
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh harga diri terhadap kecemasan sosial pada remaja korban
bullying di Palangakaraya, Kalimantan Tengah ? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga diri terhadap kecemasan sosial pada remaja korban bullying di Palangakaraya, Kalimantan
Tengah ”.
D. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi di bidang psikologi khususnya yang berkaitan dengan psikologi remaja dan psikologi sosial.
b. Manfaat praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Bagi remaja, memberikan gambaran jelas mengenai pengaruh harga
diri terhadap kecemasan sosial pada remaja korban bullying, sehingga remaja dapat menggunakan informasi tersebut sebagai bahan
pertimbangan dalam perilakunya sehari-hari saat berada di sekolah. 2.
Bagi orang tua, mengetahui tingkat harga diri dan kecemasan sosial pada remaja korban bullying.
3. Bagi pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru, membantu
memberikan informasi tentang tingkat harga diri dan kecemasan sosial pada remaja korban bullying, agar dapat meminimalisirkan tindakan
bullying di
sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Coopersmith 1967 mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi diri yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri. Evaluasi tersebut diekspresikan
dengan sikap setuju atau tidak setuju terhadap suatu penilaian atau pendapat, tingkat keyakinan individu terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang mampu,
penting, dan merasa apakah dirinya berharga atau tidak. Selain itu, Steinberg 2002 mengatakan bahwa harga diri secara umum cenderung dapat membuat
seseorang menjadi lebih stabil sesuai dengan usianya. Taylor, Peplau, dan Sears 2009 mengatakan bahwa self-esteem
penghargaan diri merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri, artinya, kita tidak hanya menilai seperti apa diri kita kita tetapi juga menilai kualitas-kualitas
diri kita.
Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap dirinya sendiri yang dihubungkan relasi
dengan orang lain dan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai seseorang
yang berharga,
berarti, dan
memiliki kemampuan.
2. Aspek
– Aspek dalam Harga Diri
Coopersmith dalam Trisakti dan Astuti, 2014, harga diri memiliki empat
aspek, yaitu :
1.
Keberartian Significance
Keberartian menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berharga, adanya penerimaan, kepedulian, dan rasa
kasih sayang yang diterima individu dari orang lain. Hal ini merupakan bentuk atau suatu ekspresi dari penghargaan dan ketertarikan atau kesukaan
orang lain, dan dari rasa penghargaan serta ketertarikan tersebut secara umum dikategorikan dengan istilah penerimaan dan popularitas, dan
kebalikannya adalah penolakan serta isolasi.
2. Kekuatan power
Kemampuan individu untuk dapat mempengaruhi dan mengontrol tingkah laku dirinya dan orang lain yang ditandai dengan adanya pengakuan
dan rasa hormat, serta penghargaan yang diterima atau pendapat dan kebenaran yang diterima individu dari orang lain
3. Kemampuan Competence
Tingkat kemampuan pelaksanaan tugas yang cukup bervariasi dan cara individu mampu mengambil keputusan dengan baik. Hal ini ditandai
dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan berbagai tugas dengan baik yang untuk setiap tingkat dan kelompok usia tertentu.
4. Kebajikan Virtue
Kepatuhan individu dalam mengikuti prinsip, etika, moral dan agama. Hal tersebut ditandai dengan kepatuhan individu dan sikap diri yang positif
dalam menjauhi tingkah laku yang tidak baik untuk menuju keberhasilan.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Diri
Wirawan dan Widiastuti dalam Sari, 2009 menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri adalah, sebaga berikut :
1. Faktor fisik
Steinberg 2002 menyatakan tidak sedikit remaja yang selalu memiliki pemikiran bahwa fisik menentukan harga diri mereka. Hal ini mungkin
karena harga diri dan fisik memiliki keterkaitan dengan penerimaan teman sebaya di lingkungan sosial, seperti ciri fisik dan penampilan wajah.
Beberapa individu memiliki harga diri tinggi saat memiliki wajah yang menarik, Wirawan dan Widyastuti dalam Sari, 2009 : 4.
2. Faktor Psikologis
Nurihsan dan Agustin 2011 menegaskan bahwa kondisi psikologis meliputi pengalaman dan proses belajar. Sebagai contoh, kepuasan kerja dan
menjalin relasi dengan orang lain, Wirawan dan Widyastuti dalam Sari, 2009 : 4.
3. Faktor Lingkungan sosial
Lingkungan sosial biasanya dilihat pada lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan masyarakat Nurihsan dan Agustin, 2011. Wirawan dan
Widyastuti, 2009 memberikan contoh, orang tua yang menerima kemampuan anak, maka anak tersebut menerima dirinya sendiri.
Sebaliknya, bila orang tua tidak menerima kekurangan anak, maka anak merasa tidak dihargai, disayangi dan memiliki harga diri rendah.
4. Tingkat Harga Diri
Tingkat harga diri yang dimiliki setiap orang berbeda beda, oleh karena itu Coopersmith dalam Pambudhi, Suroso, dan Meiyuntariningsih, 2015
membedakannya menjadi dua golongan, yaitu harga diri tinggi dan harga diri
rendah yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Individu dengan Harga Diri Tinggi High Self Esteem
Individu yang memiliki harga diri tinggi lebih aktif dan dapat mengekpresikan diri dengan baik, dapat menjalin relasi dengan orang lain dan
dapat menerima kritik dan saran dari orang lain dengan baik. Individu dengan harga diri tinggi tidak berfokus kepada dirinya sendiri, memiliki kualitas diri
yang tinggi, tidak terpengaruh terhadap penilaian orang lain sehingga tingkat kecemasannya lebih rendah dan memiliki pertahanan diri yang kuat dan
seimbang. Menurut Kernis 2006, ketika individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi feedback yang negatif dari orang lain, maka individu tersebut akan menjaga evaluasi diri yang dimilikinya dan membuang perasaan tidak
berharga dalam dirinya tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI