19
6. Saham Preferen Kumulatif
Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden yang belum dibayarkan pada tahun – tahun yang lalu secara kumulatif.
7. Saham Preferen Partisipasi
Saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian deviden selanjutnya.
Sedangkan menurut Baridwan 1997: 394–398 ada 2 macam jenis saham, yaitu :
1. Saham Biasa Common Stock
Saham yang perluasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam saham perusahaan di likuidasi, sehingga resikonya adalah yang
paling besar. 2.
Saham Prioritas Preferensi Preferred Stock Saham prioritas preferensi mempunyai macam–macam karakteristik
yang berbeda dari saham biasa.
2.2.3. Harga Saham
2.2.3.1.Pengertian Harga Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan Riyanto, 1995: 240.
Menurut Sunariyah 2003: 154 harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana.
1. Harga pasar market value yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada
saat itu.
20
2. Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam
sertifikat saham, dimana yang telah ditetapkan oleh emiten serta dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam Badan Pemeriksa dan
Pengawas Pasar Modal. 3.
Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin
emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang
tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Tandelilin, 2001:
183. Nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis
perusahaan, yaitu EPS dan PER.
2.2.3.2.Penilaian Harga Saham
Menurut Sunariyah 2003: 30 harga penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas PT atau yang biasa disebut emiten.
Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share
EPS ,Return dan price earning RatioPER. PER dapat diperoleh dari
perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat
21
earning , PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan
harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan. Harga saham adalah harga dari suatu saham yang terbentuk dari
pasar modal sebagai akibat dari permintaan penjual dan pembeli saham.
2.2.4. Rasio Keuangan
2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam
laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara
individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran
rasio-rasio suatu perusahaan. Jumingan, 2008: 118. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan
antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kit adapat memperoleh informasi dan memberikan penilainan Harahap,
2001: 297.
2.2.4.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar
Menurut Jumingan 2008: 19 Penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat digunakan sebagi ukuran yang pasti karena
22
rasio standar untuk industri Food And Beverages merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan
dan hasil usaha yang berbeda-beda. Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat
harga dan biaya usaha. 2.
Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam
harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular.
3. Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva
tidak lancar. 4.
Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru ada yang lama.
5. Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi.
6. Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik.
7. Perbedaan dalam penilaian persediaan.
8. Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar.
9. Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan.
10. Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan.
23
11. Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk
kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang kecil, atau langsung kepada konsumen.
12. Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga
dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri.
13. Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden.
14. Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk
penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan metode penyusunan.
2.2.4.3.Menentukan Rasio Standar
Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri.
Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut : a.
Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan dalam industri yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut
hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan
prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode
akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen.
24
b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan
dalam industri. c.
Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah.
d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah. e.
Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya ini merupakan rasio standar yang dicari.
2.2.4.4. Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan. 2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z score.
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series.
25
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
2.2.4.5. Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya agar tidak salah dalam pengunaannya Harahap, 2001: 298.
Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah : 1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan
juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : a.
Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias
atau subyektif. b.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan cost bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada
angka rasio. d.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
26
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.2.4.6. Jenis Rasio
Jenis – jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis Harahap, 2001: 301-311. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah :
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
2. Rasio Solvabilitas.
Rasio sovabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitungdari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka
panjang. 3.
Rasio Rentabilitas Profitabilitas. Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
27
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating rasio.
4. Rasio Leverage.
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkanoleh modal equity. Perusahaan yang
baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.
5. Rasio Aktivitas.
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegitan lainnya. 6.
Rasio Pertumbuhan. Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan
dari tahun ke tahun. 7.
Market Based Ratio Penelitian Pasar. Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunkan
dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai.
8. Rasio Produktivitas.
Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat
produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.
28
2.2.5. Rasio Profitabilitas
Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Harahap, 2001: 304
2.2.5.1.ROA Return On Assets
ROA merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan mengelola total asset setelah disesuaikan
dengan biaya untuk mendapatkan asset tersebut. Selain itu return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Return on assets
dapat dihitung dengan rumus Riyanto, 1995: 335:
ROA = x100
aktiva total
pajak dan
bunga sebelum
laba
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba Harahap, 2001: 305. Penambahan laba bersih dengan bunga merupakan penyesuaian terhadap
perhitungan earning yang menunjukkan berapa earning sesungguhnya dengan anggapan bahwa aktiva semata-mata diperoleh dari penjualan
saham. Dengan adanya penyesuaian ini maka ROA dapat dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai jumlah hutang dengan komposisi
yang berbeda.
29
ROA adalah sebagai alat ukur akuntansi tradisional memiliki kelemahan utama yaitu tidak menggunakan biaya modal. Kelemahan ini
berdampak tidak ketauhi apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.
2.2.5.2.ROE Return On Equity
Return on equity mengukur tingkat pengembalian atas modal
sendiri pemegang saham. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri
pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan laba yang dimilikinya. Dengan menggunakan return on
equity, maka dapat dijelaskan bahwa profitabilitas dapat dicapai melalui
efisiensi operasi perusahaan dan efektifitas penggunaan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih.
Return on equity dapat dihitung dengan rumus Riyanto, 1995: 335 :
ROE = x100
sendiri modal
total bersih
laba
Rasio ini menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus Harahap, 2001:
305.
2.2.5.3.EPS Earning Per Share
Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu
perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Harahap, 2001: 305 :
30
EPS =
Saham Lembar
Jumlah Bersangku
Saham Bagian
Laba tan
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Menurut Skousen 1995:184 laba per saham
merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-
satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat.
Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor
menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi
perusahaan guna mengambil keputusan investasi. Skousen, 1995: 184 2.2.6.
Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham
Menurut Harahap 2001: 305 return on total assets ROA ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin
besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola
konsumsi selama hidupnya dengan pasti. Karena keuntungan investor dan waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti, investor mencoba
mengkompensir ketidak pastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam
31
saham akan terdiri dari deviden yang diterima ditambah dikurangi dengan “capital gains loss”, yaitu selisih antara harga saham pada saat
ini dengan harga pada waktu pembelian. Suad Husnan, 1994: 59 Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau
menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Haryanto dan Sugiharto, 2003: 142
2.2.7. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham