Enam Pilar API Tantangan ke Depan

18 6 Sasaran mencapai VIsi API :  Struktur perbankan domestic yg sehat, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, dan mendorong pembangunan ekonomi nasional.  Sistem pengaturan dan pengawasan bank yg efektif sesuai standar internasional’  Industri perbankan yg kuat dan berdaya tinggi serta memiliki ketahanan menghadapi risiko.  Good corporate governance dalam kondisi internal perbankan nasio nal.  Infrastruktur lengkap untuk terciptanya industri perbankan yg sehat.  Perlindungan konsumen.

2.1 Enam Pilar API

Untuk mencapai Visi ditetapkan 6 Pilar : a. Menciptakan struktur perbankan domestic yg sehat mampu memenuhi ke butuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yg berkesinambungan. b. Menciptakan sistempengaturan dan pengawasan bank yg efektif dan mengacu pada standar internasional. c. Menciptakan industri perbankan yg kuat dan memiliki daya saing tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. d. Menciptakan good corporate gorvenance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional. e. Mewujudkan infrastruktur yg lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yg kuat. 19

2.4 Tantangan ke Depan

a. Pertumbuhan kredit perbankan masih rendah Visi API menunjukkan bahwa kondisi perbankan yg baik pada akhirnya ditujukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yg.tinggi. Ini membutuhkan pertumbuhan kredit perbankan yg cukup besar, dan ini sulit dicapai jika perbankan nasional tak memperbaiki kondisi permodalannya. Hambatan juga karena keengganan sebagian bank menyalurkan kredi karena kemampuan manajemen risiko dan keahlian pokok perbankan core banking skills yg relative masih lemah, dan biaya operasional yg relative tinggi. Penyaluran kredit merupakan sumber penerimaan yg penting, dan karena peran bank sebagai perantara keuangan. b. Struktur perbankan belum optimal Belum optimalnyastruktur perbankan diIndonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar yg menguasai 75 asset perbankan Indonesia. Kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan cukup tinggi, tertinggi di kawasan Asia c. Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan masih kurang Lemahnya pemenuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan kurang nya akses masyarakat terhadap kredit dan tinggi nya suku bunga , dan masih banyaknya praktik penyediaan jasa keuangan informal. 20 masih relative rendah. Di samping itu meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sector keuangan juga memerlukan respons yg memadai dari berbagai pihak terkait. Kualitas pelayanan tidak hanya menyangkut manfaat ekonomi dan pelayanan jasa keuangan tetapi juga antisipasi terhadap kejahatan dan penipuan . d. Pengawasan bank perlu ditingkatkan Pengawasan bank merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan, mengingat beberapa prinsip prudential belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yg masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yg belum optimal, pelaksanaan law enforcement yg belum efektif, dan masih lemahnya pengawasan terkonsolidasi apalagi secara internasional. Peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yg patut dilaksanakan BI secara terus-menerus. Lembaga OJK diharapkan dapat lebih mengefektifkan pengawasan tidak ha nya pada perbankan tapi juga pada lembaga keuangan lainnya. e. Kapabilitas perbankan masih lemah Dari sisi internal, corporate governance dan core banking skills merupakan ukuran yg dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan masih le mahnya kapabilitas perbankan. Kapabilitas bank secara umum masih di bawah praktik internasional terbaik, dalam hal mengantisipasi dan mengelola risiko operasional. Pentingnya prinsip prudential, termasuk di dalamnya pengelolaan risiko, semakin menunjukkan pentingnya penciptaan sistem pengendalian internal yg berkualitas dan tepat. 21 f. Profitabilitas dan efisiensi bank yg tidak mampu bertahan Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yg dicapai oleh perban kan pada umumnya bukan merupakan profitabilita s dan efisiensi yg tak mam pu bertahan sustainable . Profitabilitas dan efisiensi yg berkesinambungan memungkinkan bank mampu bertahan dan berkembang dalam menghadapi silus bisnis. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yg diperoleh bank-bank semakin mengecilkarena adanya kecenderungan suku bunga yg menurun. Sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas perdagangan yg fluktuatif serta rendahnyarasio asset per nasabah yg membuat biaya operasional perbankan Indonesia relative tinggi dibandingkan negara lain. Peningkatan asset memerlukan semakin banyak nasabah, dan peningkatan nasabah secara tidak proporsional berarti peningkatan biaya rerata . g. Perlindungan nasabah masih harus ditingkatkan Landasan dari Lembaga keuangan adalah kepercayaan. Tantangan sangat besar bagi perbankan dan BI serta masyarakat secara bersama-sama menciptakan standar yg jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk perbankan segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yg akan dihadapi . Wujud dari itu munculnya Lembaga ombudsman yg mulai ada di masyarakat. h. Perkembangan TI 22 Risiko pengelolaan lembaga keuangan semakin bervariasi dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Ini menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenisdan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko yg muncul lebih besar dan bervariasi. Dengan TI persaingan antarbank semakin ketat sehingga bank harus mampu beroperasi dengan lebih efisien.

2.6 Program Kegiatan API