23
BAB 5.  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Gambaran Umum STA Sewukan, Jetis dan Ngablak
STA  Sewukan merupakan pengembangan pasar sayuran Soka  yang didirikan di  atas  tanah  bengkok
oleh H.
Riswanto Sudiyono,  selaku  kepala
desa  pada  tahun  2000. Sudiyono  dulu  melihat
warganya  yang  sebagian besar  merupakan  petani
sayuran didikte
oleh hanya
4 —6
orang pedagang di Pasar Talun,
Kec. Dukun, Magelang.
Sudiyono  mempromosikan  Pasar  Soka  dengan  cara  menempelkan  selebaran  pada mobil  niaga  di  pasar-pasar  besar,  seperti Johar  Semarang,  Shoping  Yogyakarta,  dan
Jakarta.  Dari  situlah  para  pedagang  besar  dari  luar  kota  berdatangan  ke  Pasar  Soka. Saat  ini  ada  200  pedagang  yang  memiliki  kartu  anggota  beraktivitas  di  STA
Sewukan,  sehingga  petani  lebih  mempunyai  posisi  sebagai  penentu  harga.  Terlebih lagi komoditas sayuran di pasar ini adalah sayuran segar karena dekatnya jarak pasar
dengan petani.. Adanya STA memperpendek rantai pemasaran karena para pengepul akhirnya
menjadi  pedagang  biasa.  Pengelolaan  STA  Sewukan  dipegang  pemerintah  desa. Selain  memberikan  kontribusi  bagi  kas  desa,  STA  juga  lebih  cepat  berkembang
karena  selaras  dengan  kemauan  masyarakat.  Menurut  Surame  Hadi  Sutikno,  Ketua Paguyuban  Petani  Merbabu  PPM  yang  juga  Kepala  Desa  Tejosari,  untuk  kawasan
Gambar 5.  Profil STA Sewukan
24
agropolitan  sebaiknya  STA  memang  dikelola  pemerintah  desa  agar  warga mempunyai  rasa  memiliki  dan  dapat  berbuat  cepat  jika  pasar  memerlukan
pembenahan. STA Sewukan berdiri di atas lahan seluas 9.310 m
2
dengan 108 kios dan 56 los dengan denah sebagai berikut:
Gambar 6.   Denah STA Sewukan Volume  perdagangan  sayuran  rata-rata  200  ton  per  hari  yang  diangkut  80
— 100  unit  mobil.  Omzetnya  sekitar  Rp200  juta  per  hari.  Petani  penjual  berasal  dari
sekitar  Magelang  dan  Dieng  Wonosobo.  Sedangkan  para  pedagang  berasal  dari Magetan,  Solo,  Klaten,  Yogyakarta,  Boyolali,  Semarang,  Bogor,  Jakarta,  dan
Purwokerto.
25
Sub  Terminal  Agibisnis STA  Jetis,  Ambarawa,
Kabupaten Semarang
pada tahun 2006 menjadi percontohan
nasional dalam  hal  pengelolaan
dan pemasaran
hasil pertanian  karena  di  STA
ini  tingkat  transaksinya sangat tinggi. Saat ini
STA Jetis
hanya komoditas sayuran dan pisang, dengan
volume transaksi sekitar 100 ton per hari dan volume uang beredar setiap hari sekitar Rp  1,5  milyar  sampai  2  milyar.  Ada  sekitar  33  komoditas  sayuran  yang  diperjual
belikan.    Sayuran  tersebut  berasal  dari  kabupaten  Semarang,  seperti  Bandungan, Jimbaran, Sumowono, Kopeng, maupun dari luar Semarang seperti dari  Wonosobo,
Magelang,  Muntilan,  Tawangmangu,  Dieng,  Cepogo,  Boyolali,  Batang,  Pemalang bahkan  dari  Jawa  Timur    Malang,  Jember,  Banyuwangi,  Probolinggo,  Kediri,
Magetan  dan  lua  Jawa  Lampung  dan  Palembang.    Dengan  volume  transaksi, jumlah uang beredar dan luasnya cakupan asal pedagang yang bertransaksi, STA Jetis
seharusnya adalah Terminal Agribisnis TA. Pengelola  STA  Jetis  adalah  Dinas  Pertanian  Kabupaten  Semarang,  namun
karena  STA  Jetis  didirikan  di  lahan  milik  desa,  sehingga  terdapat  pembagian pendapatan  yaitu  40  nya  masuk  ke  dana  kas  desa.  Denah  STA  Jetis  ditampilkan
pada gambar berikut. Gambar 7. Profil STA Jetis
26
Gambar 8.  Denah STA Jetis
STA  Ngablak  merupakan  salah  satu  STA yang  fasilitasnya  sangat  minim  dan
lokasinya  masuk  dari  jalan  raya  dengan luas  areal  yang  paling  sempit  bila
dibandingkan  dengan  dua  STA  lainnya Sewukan  dan  Jetis.  Dikelola  oleh  Dinas
Pasar,    STA  Ngablak  lebih  tepat  disebut sebagai  pasar  sayur,  dengan  komoditas
sayuran  utama  yang  terbanyak  diperjual belikan adalah kubis.
Gambar 9.  STA Ngablak
27
5.2  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan STA oleh Petani