Pola Asuh Orang Tunggal

b. Tuntutan kedewasaan, yaitu menekan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional tanpa memberikan kesempatan untuk berdiskusi. c. Komunikasi anak dan orang tua, pentingnya komunikasi anak dan orang tua, misalkan yaitu orang tua menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak apabila si anak mempunyai persoalan yang harus dipecahkan. d. Kasih sayang, yaitu adanya kehangatan, cinta, dan perasaan kasih, serta keterlibatan yang meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak. Kesimpangsiuran hubungan orang tua dan anak ini sebagai suatu peristiwa yang kadang tidak terlekan, sebagai suatu jurang pemisah atau gap generasi.

3. Orang Tua Tunggal

a. Pola Asuh Orang Tunggal

Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang . Siapapun pasti tidak pernah berharap menjadi orang tua tunggal. Namun, adakalanya takdir berkata lain. Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah. Terlebih, bagi seorang isteri yang ditinggalkan suaminya, karena meninggal atau bercerai. Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Meski menjadi orang tua tunggal terbilang tidak mudah dijalani, akan tetapi tidak sedikit wanita yang 27 menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, tetap sukses membesarkan anak- anaknya. Banyak orang tua tunggal yang ingin dibilang sukses dalam merawat anak.Namun tidak dapat dipungkiri bahwa, ukuran sukses setiap orang berbeda-beda. Meskipun tampaknya sepintas sama sebetulnya penghayatan setiap orang terhadap sukses sangat subjektif. Tergantung pada apa yang menjadi fokus suksesnya, ada yang meletakkan kesuksesan pada pendidikan anak, ada pula orang yang sudah merasakan sukses kalau si anak tidak neko-neko, misalnya bergaul di lingkungan positif, tidak memakai narkoba, bersikap baik di rumah, punya prestasi tertentu. Ada banyak hal yang diperlukan untuk bisa dicapai anak, terutama agar ia bisa tumbuh menjadi dirinya sendiri secara baik, sehat, utuh dan seimbang, dengan self esteem konsep diri yang positif menghargai diri sendiri secara baik, dan mampu bersosialisasi dengan baik juga. Dan yang lebih utama adalah anak yakin bahwa ia dicintai oleh orang tuanya. Menjadi orang tua tunggal membutuhkan tenaga ekstra dalam merawat anak. Pasalnya dalam pekembangan anak mau tidak mau membutuhkan figur kedua orang tua, tetapi kenyataannya keluarga orang tua tunggal hal itu sudah sulit didapatkan, Menurut Elizabeth B. Hurlock 2010: 216 kelauarga merupakan bagian paling penting dari jaringan sosial anak, sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang yang paling penting selama tahun tahun fotmatif awal. Akan tetapi pada rumah tangga yang pecah hal itu tidak didapatkan. Karena 28 disini hanya satu figur saja yang berperan dan pada pola pengasuhan orang tua tunggal anak bisa sangat berbeda, baik manjadi perbedaan ke arah positif karena turut prihatin dengan keadaan orang tua nya, ataupun negatif karena merasa ada satu figur yang kurang dalam kehidupannya. Segala masalah anak harus ditangani sendiri, dari kebutuhan makan hingga hiburan. Hal inilah yang sering kali membuat orang tua tunggal sangat kerepotan. Belum lagi dengan kestabilan dirinya, kemapanan dirinya, pemahaman dia atas anaknya, dan piawai sebagai orang tua. Tentu hal ini tidak mudah didapat oleh orang tua tunggal. Jika yang bersangkutan tidak siap untuk menjadi orang tua tunggal, bukan tidak mungkin hidupnya akan berantakan. Anak pun terkena dampaknya. Idealnya, seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang terdiri ayah dan ibu. Tetapi kadang kala keadaan memaksa seorang ibu membesarkan anak seorang diri. Meski si ibu sudah merawat dan memperhatikan si anak, tapi tetap saja ada dampak psikologis yang akan dialami oleh anak yang dibesarkan tanpa figur ayah. Kesiapan seorang ibu dalam menjalani perannya sebagai orang tua tunggal juga akan mempengaruhi bagaimana dia bersikap terhadap anaknya. Philip M. Sthal 2004: 110 menjadi orang tunggal dalam mengasuh anaknya, mereka harus tetap menjadi orang tua bukan memposisikan anak sebagai teman, mengajarkan anak tentang tanggung jawab kepada dirinya sendiri, memberikan persepsi damai kepada ayah atau mantan suami sang ibu, dan menghormati hubungan anak kepada orang tua yang lain mantan pasangan ibu yang itu berarti ayah 29 kandungnya, apabila karena perceraian. Para ibu yang tidak siap dengan keadaan dan merasa terpaksa menjalaninya akan cenderung menyalahkan kehadiran si anak. Belum lagi jika si ibu memiliki sifat pencemas dan mudah panik, hal ini tentu saja berpengaruh pada si anak, terlebih anak-anak masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam berkomunikasi dengan mengekspresikan perasaannya. Disinilah diperlukan komunikasi terbuka dan kepekaan dari si ibu untuk menggali perasaan si anak dan mencari tahu apa kebutuhan anaknya. Menjadi orang tua tunggal berarti harus siap menjadi tulangpunggung keluarga, tidak jarang karena ingin memenuhi kebutuhan finansial, seorang ibu bekerja terlalu keras sehingga tidak mempunyai waktu lagi untuk anak-anaknya. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang tua harus menjalankan peran ganda sebagai orang tua tunggal. Secara teori, bisa saja hal ini dilakukan jika suatu keluarga tinggal jauh dari kerabatnya. Mungkin mereka sulit mencari sosok pengganti salah satu orang tua. Namun perlu diperlu dicatat, kondisi ini mengakibatkan anak tidak mendapatkan pola pengasuhan yang lengkap. Penyebab peran ganda yang dilakukan salah satu orang tua lebih kepada lahiriah saja. Sedangkan yang harus anak dapatkan dari orang tuanya jauh tidak lebih dari aspek lahiriah saja. Harus sampai meliputi jiwa dan rasa yang memiliki sosok ayah maupun ibu. Dengan demikian, sangat 30 diperlukan sekali bagi para ibu orang tua tunggal untuk memiliki sistem pola asuh pada anak yang saling melengkapi antara sosok ibu dan ayah.

b. Faktor Penyebab Orang tua Tunggal