16
mengoperasikan ruang ini secara leluasa dengan berbagai alasan baik alasan ekonomis ataupun keterbatasan pengetahuan. Namun pada dasarnya ruang
publik ini sangat terbuka bagi umum untuk mengekspresikan diri maupun kelompok dan menyatakan kehendak diri maupun kelompok di arena public
public sphere. lingko.worldpress.com20100312ruangmayasebagaimedan demokratisasibaru. Diakses 21 Juni 2014 pukul 14.35
2.3 Pengertian dan Bentuk-Bentuk Cyberbullying di Dalam Ruang Maya
Bullying telah terjadi sebelum munculnya cyberbullying. Olweus 1999 berpendapat bahwa bullying terdiri dari tiga unsur kunci: 1 intimidasi
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain;. 2 itu harus terjadi berulang-ulang dari waktu ke waktu dan 3 harus ada ketidakseimbangan kekuasaan antara
pengganggu dan korban. Namun, salah satu elemen ditambahkan ke definisi cyberbullying: perilaku intimidasi harus dilakukan melalui teknologi
informasi. Smith, Mahdavi dalam Veenstra 2011
Menurut Nancy Willard dalam Ortega 2007, cyberbulliying berasal dari orang lain dengan cara mengirim atau mempublikasikan konten berbahaya
atau dengan cara keterlibatan dalam agresi sosial menggunakan internet atau teknologi digital. Perkembangan kekerasan ini berubah dalam bentuk nyata
agresi sosial online. Dapat dibedakan beberapa jenis cyberbullying yaitu: Flaming: perdebatan, diskusi secara online melalui pesan elektronik
yang menggunakan bahasa vulgar dan ofensif. Jenis agresi gunakan
Universitas Sumatera Utara
17
untuk memiliki awal yang tajam dan peningkatan yang sangat cepat dalam nada diskusi.
HarasmentPelecehan: pengulangan pengiriman pesan ofensif, tidak menyenangkan dan menghina.
Denigration
Pencemaran nama baik: untuk menghina atau mencemarkan nama baik seseorang secara online untuk mengirim
rumor, gosip atau kebohongan, biasanya ofensif dan kejam, untuk merusak citra atau reputasi seseorang atau hubunganya dengan orang
lain.
Impersonation
Peniruan: mendapatkan informasi pribadi atau penampilan seseorang nick, password, dll, dengan tujuan untuk
menyamar sebagai dia dan membuat orang itu terlihat buruk, melakukan tindakan tidak pantas, merusak reputasinya atau untuk
menghasilkan konflik persahabatan Outing dan Trickering: untuk menyebarkan rahasia seseorang,
informasi atau foto secara online. Cyberstalking: pengiriman pesan berulang yang menyertakan
ancaman atau sangat mengintimidasi.
2.4 Tindakan Sosial dan Teori Aksi
Teori paradigma definisi sosial salah satu aspek yang khusus adalah dari karya Max Weber yakni, mengartikan sosiologi sebagai studi tentang
tindakan sosial dan antar hubungan sosial. Tindakan sosial yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara
18
Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan membatin atau bersifat subyektif yang mungkin
terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa,
atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan
lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu : a.
Tindakan manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi tindakan nyata.
b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif. c.
Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam.
d. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang
lain itu Ritzer, 2010 : 38-39. Berdasarkan rasionalitas tindakan sosial, Max Weber membedakan dalam
empat tipe. Dimana semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami. Tipe tindakan tersebut adalah:
a. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya
sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuanya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dalam Zwerk Rational
Universitas Sumatera Utara
19
tidak absolute. Ia dapat juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah
memahami tindakan itu. b. Wrektrational action
Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih cepat
untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya
cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang
diinginkan. Tindakan kedua ini masih rasional meski tidak serasional yang pertama. Karena itu dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
c. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan
kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional.
d. Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja Ritzer, 2010:40-41. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma norma mengarahkan
dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Norma-norma tersebut tidak dapat menentukan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi
ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan ini oleh
Universitas Sumatera Utara
20
Parson disebut voluntarism, yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia
dalam rangka mencapai tujuan. Aktor menurut konsep voluntarism adalah perilaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih
alternatif tindakan. Dalam teori aksi yang diterangkan oleh konsepsi Parson tentang
kesukarelaan Voluntarisme. Beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle adalah sebagai berikut,
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2.
Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
3. Dalam bertindak manusia menggunankan cara, teknik, prosedur metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4.
Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,
sedang dan yang telah dilakukannya. 6.
Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan Ritzer, 2010: 46.
Talcot Parson sebagai tokoh teori aksi menginginkan pemisahan antara teori aksi dan aliran behaviorisme, karena menurutnya mempunyai konotasi
Universitas Sumatera Utara
21
yang berbeda. Parson menyusun skema unit unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Adanya individu sebagai aktor.
b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tersebut.
c. Aktor memiliki alternatif cara,alat serta tehnik untuk mempunyai tujuan.
d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakan dalam mencapai tujuan. e.
Aktor dibawah kendali dari nilai nilai,norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan
serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan Ritzer, 2010:48-49.
2.5 Media Sosial