Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

(1)

OPINI MAHASISWA TERHADAP PERNYATAAN TOKOH AGAMA (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama mengenai Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian

Kompas)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

Setia Witaria Simaremare

070904050

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : SETIA WITARIA SIMAREMARE NIM : 070904050

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : OPINI MAHASISWA TERHADAP PERNYATAAN TOKOH AGAMA (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Pemberitaan tentang Pernyataan Tokoh Agama mengenai Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

Medan, Maret 2011

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi,

Drs. HR Danan Djaja, M.A Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A NIP : 195211091983031001 NIP : 196208281987012001

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP: 196805251992031002


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul, Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan mengenai Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY). Secara spesifik tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimanakah opini yang terbentuk dikalangan mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan mengenai pernyataan tokoh agama di harian kompas dan opini mahasiswa terhadap pemerintahan SBY selama ini. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Objek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan menggunakan teknik penarikan sampel stratifikasi proporsional dan pusposive sampling, maka diperoleh populasi yang berasal dari enam Departemen yaitu: Sosiologi, Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Ukuran sampel diambil berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% dari jumlah populasi 885 orang, yakni 62 orang. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Opini Publik, Komunikasi Massa, Media Massa, Surat Kabar dan Berita, Individual Differences Theory.

Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya opini mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan mengenai pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY di harian kompas adalah opini positif, dengan kata lain mahasiswa setuju terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh tokoh agama. Mahasiswa juga berpendapat bahwa kinerja pemerintahan SBY selama ini tidak baik, sehingga opini mayoritas mahasiswa saat ini pada pemerintahan SBY adalah opini negatif (tidak percaya pada Pemerintahan SBY).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun judul skripsi ini adalah “Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap

Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas). Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak mengalami kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan didikan, nasehat, dukungan serta doa yang senantiasa menguatkan penulis. Tiada kata atau apapun di dunia yang mampu membalasnya, namun doaku senantiasa agar Tuhan mengaruniakan yang terbaik bagi Bapak & Mamaku tersayang.

2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. HR. Danan Djaja, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Keluarga besar penulis, Kakak dan adik tercinta…Hennita Simaremare, Ewis Oktavia, Deddy Firma, Junius Frannez simaremare. Doa dan dukungan kalian adalah semangat terbesar bagiku.

7. Teman – temanku tercinta…Anggun, Henny Siahaan, Junniati, Relita (Brimantala slalu dihati). Pesta Natalina, tempat menuangkan segala sesuatu kesal, gundah, marah, dll (thanks atas kesabarannya).

8. Teman kost di Astrifo,,,,Nana en Lewi yang paling baik + lucu + unik (best friend in there), Dina, Pasma, Kak Era, Kak Jun, dan anak Astrifo lainnya. 9. Teman – teman GMKI Komisariat FISIP USU, tempat dimana penulis

mendapatkan pelajaran dan hal bermakna serta pengalaman berharga.

10.Anak – anak KOMPAS USU (Korps Mahasiswa Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup). Bergabung dengan kalian di KOMPAS, membuatku sangat menikmati hidup, menemukan diri sendiri serta mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pengalaman yang tak terlupakan. Terutama angkatan PB – Pilar Bayu (tika, yath, amri, ana, ganda, hanafi, sugi, hafiz). Smoga masih banyak perjalanan berikutnya yang bisa kita nikmati bersama.


(6)

11.Kepada para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat berguna kepada penulis.

12.Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam segala hal yang berkaitan dengan proses administrasi.

13.Teman - teman di Komunikasi 07, yang selama ini memberikan warna, canda, tawa, serta semangat di hari-hari penulis. Terutama Oche, Tikha, Wanda, Irwana.. thanks udah jadi teman yang baik di Kom07.

14.Teman-teman yang telah membantu saya dalam proses penyebaran dan pengolahan data kuesioner

15.Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih semua nya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Penulis, Maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Pembatasan Masalah ... 7

I.4 Tujuan Penelitian ... 8

I.5 Manfaat Penelitian ... 8

I.6 Kerangka Teori 1.6.1 Opini Publik ... 9

1.6.2 Komunikasi Massa ... 11

1.6.3 Media Massa ... 13

1.6.4 Surat Kabar dan Berita ... 14

1.6.5 Individual Differences Theory ... 15

I.7 Kerangka Konsep dan Variabel Operasional ... 16

I.8 Defenisi Operasional ... 17

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Opini Publik II.1.1 Sejarah Opini Publik ... 19

II.1.2 Pengertian Opini Publik ... 21

II.1.3 Proses Pembentukan Opini Publik ... 23

II.1.4 Kekuatan Opini Publik ... 26

II.2 Komunikasi Massa II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 27

II.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 28

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 30

II.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi Massa ... 31

II.3 Media Massa ... 33

II.4 Surat Kabar dan Berita ... II.4.1 Sejarah Surat Kabar di Indonesia ... 36

II.4.2 Karakteristik Surat Kabar ... 38

II.4.3 Berita ... 39

II.5 Peranan Media Massa dalam Pembentukan Opini Publik ... 43


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 46

III.1.2 Program Studi ... 56

III.1.3 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 56

III.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ... 57

III.2 Metodologi Penelitian III.2.1 Metode Penelitian ... 58

III.2.2 Lokasi Penelitian ... 58

III.3 Populasi dan Sampel ... 58

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 60

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 62

III.6 Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 64

IV.2 Pengolahan Data ... 65

IV.3 Analisis Deskriptif ... 66

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 67

IV.3.2 Opini Mahasiswa terhadap Pernyataan Tokoh Agama ... 69

IV.4 Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 88


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel Operasional Tabel 2 Populasi

Tabel 3 Distribusi Sampel Tabel 4 Projective Questioner Tabel 5 Jenis Kelamin

Tabel 6 Stambuk Tabel 7 Departemen

Tabel 8 Frekuensi Membaca Pemberitaan Tabel 9 Kejelasan Isi Pesan

Tabel 10 Bahasa Pemberitaan Tabel 11 Penyajian Pesan

Tabel 12 Pemahaman Akan Isi Pesan

Tabel 13 Ketertarikan Mengikuti Perkembangan Pemberitaan Tabel 14 Informasi Sesuai Fakta

Tabel 15 Pengaruh Isi Pemberitaan

Tabel 16 Pemberitaan Memberikan Manfaat Tabel 17 Mengetahui Isi 18 Kebohongan

Tabel 18 Pendapat terhadap Pernyataan Bahwa Pemerintahan SBY Berbohong Tabel 19 Pendapat terhadap Tindakan Tokoh Agama

Tabel 20 Pendapat terhadap Reaksi Masyarakat

Tabel 21 Pendapat terhadap Kinerja Pemerintahan SBY Tabel 22 Pendapat terhadap Reaksi Masyakat

Tabel 23 Pendapat terhadap Kewajiban Pemerintahan SBY pada Masyarakat Tabel 24 Kepercayaan terhadap Pemerintahan SBY saat ini


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul, Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan mengenai Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY). Secara spesifik tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimanakah opini yang terbentuk dikalangan mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan mengenai pernyataan tokoh agama di harian kompas dan opini mahasiswa terhadap pemerintahan SBY selama ini. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Objek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan menggunakan teknik penarikan sampel stratifikasi proporsional dan pusposive sampling, maka diperoleh populasi yang berasal dari enam Departemen yaitu: Sosiologi, Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Ukuran sampel diambil berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% dari jumlah populasi 885 orang, yakni 62 orang. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Opini Publik, Komunikasi Massa, Media Massa, Surat Kabar dan Berita, Individual Differences Theory.

Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya opini mahasiswa FISIP USU terhadap pemberitaan mengenai pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY di harian kompas adalah opini positif, dengan kata lain mahasiswa setuju terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh tokoh agama. Mahasiswa juga berpendapat bahwa kinerja pemerintahan SBY selama ini tidak baik, sehingga opini mayoritas mahasiswa saat ini pada pemerintahan SBY adalah opini negatif (tidak percaya pada Pemerintahan SBY).


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu yang juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus melakukan interaksi dengan sesamanya dalam melangsungkan kehidupan. Interaksi sosial yang terjalin dalam menciptakan hubungan sosial antar manusia mustahil akan dapat terlaksana tanpa adanya komunikasi. Selanjutnya dengan mengutip pendapat Ashley Montagu, seorang ahli psikologi yang beranggapan bahwasanya manusia tidak dapat dikatakan sebagai manusia, sebelum manusia tersebut berkomunikasi dengan orang lainnya. Demikianlah pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia.

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk spesialisasi dari komunikasi. Perkembangan komunikasi massa yang sangat cepat dewasa ini menjadikan komunikasi massa sangat penting bagi kehidupan manusia. Komunikasi massa memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan lebih baik lagi. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan – pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2005:75).


(12)

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini, memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan media massa, khususnya media cetak. Sejak ditemukannya mesin cetak oleh Guttenburg pada tahun 1600-an, proses komunikasi melalui media cetak terutama surat kabar mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan selanjutnya disusul oleh perkembangan-perkembangan teknologi cetak lainnya.

Surat kabar dalam peranannya sebagai media penyalur informasi kepada masyarakat, sangat memegang peranan penting dalam penyebaran informasi dengan kelebihan yang dimilikinya. Meskipun akhir – akhir ini pengguna surat kabar mulai beralih ke media daring, namun surat kabar masih dapat bertahan dengan karakteristik yang dimilikinya.

Harian KOMPAS merupakan media cetak yang telah dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia. Dalam perkembangannya, media cetak ini telah melebarkan sayapnya hampir ke seluruh pelosok tanah air. Media ini merupakan media yang terbit setiap harinya. Harian Kompas adalah bagian dari kelompok Kompas Gramedia. Untuk memudahkan akses bagi pembaca di seluruh dunia, Kompas juga menerbitkan edisi daring yang bernama berita-berita yang diperbarui secara aktual.

Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul Preside dari segala penjuru. Kompas mulai terbit pada tanggal penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi


(13)

eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh

Sesuai dengan proses komunikasi itu sendiri yaitu menciptakan kesepahaman yang selanjutnya dapat menciptakan efek bagi komunikannya, demikian pula dengan isi pemberitaan yang disampaikan oleh surat kabar kepada komunikannya. Isi dari pemberitaan suatu media cetak atau surat kabar dapat menciptakan suatu reaksi maupun efek bagi komunikannya. Reaksi atau efek yang dimaksud disini sangatlah beragam, salah satunya adalah opini masyarakat. Opini masyarakat dapat terbentuk melalui pemberitaan terhadap suatu hal di media massa.

Memasuki tahun 2011, pemerintahan SBY di terpa oleh berbagai isu dan reaksi dari berbagai lapisan masyarakat. Salah satu reaksi yang berupa kritik terhadap Pemerintahan SBY datang dari Tokoh – tokoh lintas Agama. Tokoh Lintas Agama ini mengeluarkan pernyataan mengenai 18 Kebohongan Pemerintahan SBY, diantaranya 9 kebohongan lama yaitu pada pemerintahan SBY periode 2004-2009 dan 9 kebohongan baru yaitu pada periode 2009 hingga saat ini.

Dalam pernyataan tersebut tokoh lintas agama menyatakan bahwa saat ini pemerintahan SBY memasuki saat – saat yang sangat kritis. Pemerintahan yang tidak menepati janji – janji serta amanat rakyat, ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan serta dan korupsi yang semakin merajalela. Pernyataan tersebut jelas sangat menyudutkan pemerintahan SBY, sehingga mengundang reaksi dari dalam istana. Bukan hanya mengundang perhatian dari dalam istana saja namun dengan gencarnya pemberitaan di media massa menjadikan hal tersebut menjadi perhatian umum. Akhirnya, berbagai reaksi dari masyarakat juga bermunculan antara lain pro dan kontra melalui berbagai aksi dari masyarakat yang menyuarakan mengenai hal


(14)

tersebut seperti, kampanye anti kebohongan dan kritik terhadap pemerintahan SBY dalam berbagai bentuk.

Adapun tokoh – tokoh agama yang menyuarakan 18 kebohongan Pemerintahan SBY tersebut antara lain Ahmad Syafii Maarif (mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Andreas Yewangoe (Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia/PGI), Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia/MUI), Mgr Martinus D Situmorang (Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia/KWI), Biksu Sri Mahathera Pannyavaro (Mahanayakka Buddha Mahasangha Theravada Indonesia), KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh nasional asal Nahdlatul Ulama/NU), serta I Nyoman Udayana Sangging (Parisada Hindu Dharma Indonesia/PHDI). Para pemuka agama ini mengatakan akan mengajak umat mereka untuk memerangi kebohongan yang dilakukan pemerintahan Presiden Yudhoyono.

Berdasarkan pemberitaan di Harian Kompas, tokoh-tokoh lintas agama dan pemuda, Senin (10/1/2011), menyampaikan pernyataan terbuka tentang perlawanan terhadap kebohongan pemerintah. Dalam pernyataan yang disampaikan di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta tersebut, para pemuda menyampaikan sembilan kebohongan lama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Menurut mereka, pemerintah telah berbohong dalam hal penyampaian angka kemiskinan, kebutuhan rakyat, ketahanan pangan dan energi, pemberantasan teroris, penegakan hak asasi manusia, anggaran pendidikan, kasus

Lapindo, kasus Newmont, serta kasus Freeport.


(15)

Sembilan kebohongan baru pemerintah itu berkenaan dengan kebebasan beragama; kebebasan pers; perlindungan terhadap TKI-pekerja migran; transparansi pemerintahan, pemberantasan korupsi; pengusutan rekening mencurigakan (gendut) perwira polisi; politik yang bersih, santun, beretika; kasus mafia hukum yang salah satunya adalah kasus Gayus H Tambunan; dan terkait kedaulatan NKRI.

Munculnya wacana kebohongan pemerintah ini mengundang berbagai reaksi dari tanah air, baik berupa dukungan dari masyarakat maupun penolakan dari kalangan istana yang ingin agar segera masalah ini dituntaskan. Reaksi dari masyarakat dapat dilihat dari berbagai upaya antara lain kritikan dari berbagai kalangan masyarakat seperti aktivis dari LSM dan pemerhati politik, munculnya Gerakan Pelajar dan Mahasiswa se-Indonesia mengeluarkan pernyataan bersama 'Perubahan Sudah Tidak Bisa Ditunda Lagi', di Jakarta, Minggu (16/1/2011). Deklarasi Gerakan Antibohong di Surabaya, Rabu (19/1/2011). Dan sebagai langkah lanjutan, tokoh lintas agama ini memutuskan untuk mendeklarasikan dan membuka Rumah Pengaduan Kebohongan Publik. Langkah ini dilakukan untuk mensosialisasikan sekaligus menjaring data kebohongan pemerintah dari masyarakat luas.

Melihat kondisi dan reaksi masyarakat serta pemberitaan yang berkelanjutan di media massa akan hal tersebut, muncul keinginan peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana opini yang terbentuk pada kalangan mahasiswa mengenai hal tersebut. Mahasiswa merupakan civitas akademik yang berpotensi


(16)

besar bagi perubahan negara ini. Dalam kegiatan akademis, mahasiswa diharapkan reaktif terhadap berbagai persoalan di dalam negeri.

Pada penelitian ini, penulis ingin menspesifikasikannya pada opini Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU) terhadap pernyataan tokoh lintas agama mengenai kebohongan Pemerintahan SBY melalui pemberitaan di Harian Kompas. Harian Kompas merupakan media yang memiliki kredibilitas di dalam bidangnya, sehingga kepercayaan masyarakat sangat tinggi terhadap media ini. Selain itu, terkait dengan permasalahan penelitian Harian Kompas memberitakan perkembangan informasi seputar pernyataan tokoh agama serta reaksi masyarakat dan pemerintah secara berkelanjutan dan intens, itulah sebabnya mengapa peneliti memilih media ini.

Adapun alasan yang dapat dikemukakan peneliti mengapa memilih topik tersebut karena peneliti melihat bahwa belakangan ini berbagai kritik terhadap Pemerintahan SBY melalui media massa sangat sering bermunculan. Apalagi hadirnya pemberitaan mengenai pernyataan tokoh-tokoh agama menjadi sorotan banyak pihak dan elemen masyarakat di tanah air, ini membuktikan bahwa pemberitaan akan hal tersebut sangat penting serta mengundang kontroversi yang memungkinkan terciptanya opini publik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti opini mahasiswa FISIP - USU terhadap pemberitaan mengenai pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas.


(17)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah opini mahasiswa FISIP USU terhadap pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu bertujuan memaparkan suatu peristiwa atau situasi secara sistematis tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan melakukan prediksi.

2. Penelitian difokuskan untuk mengetahui opini mahasiswa terhadap pemberitaan tentang pernyataan tokoh agama mengenai kebohongan pemerintahan SBY di Harian Kompas tanggal 11 - 22 januari 2011.

3. Objek penelitian adalah Mahasiswa FISIP USU Program Regular S1 Stambuk 2007-2008 yang pernah membaca pemberitaan mengenai “Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY” di Harian KOMPAS.


(18)

I.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pemerintahan SBY

2. Untuk mengetahui gambaran umum opini mahasiswa terhadap pemberitaan tentang pernyataan tokoh agama mengenai kebohongan pemerintahan SBY di Harian Kompas

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti khususnya tentang komunikasi massa dan opini publik.

2. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, Khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 2001: 39).

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004:6), teori merupakan suatu himpunan konstruk (konsep) yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan


(19)

menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Fungsi dari teori itu sendiri adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono, 2008:43), serta memberikan ketajaman analisis peneliti akan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

I.6.1 Opini Publik

Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Sastropoetro, 1990 : 41).

Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo, 1984 : 31).

Opini publik sering juga disebut sebagai pendapat umum. Pengertian pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha unuk mengatasinya. Sedangkan, istilah opini publik dapat digunakan untuk menunjukkan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh


(20)

individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula.

Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik menyatakan bahwa opini public adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama.

Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh (body language) atau berbentuk simbol-simbol tertulis berupa pakaian yang dikenakan, makna sebuah warna. Untuk memahami opini seseorang dan public tersebut R.P Abelson (1968) bukanlah perkara yang mudah karena berkaitan dengan unsur- unsur pembentuknya, yaitu:

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (believe)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)

3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni:

- Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang / masyarakat

- Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan

- Nilai – nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai – nilai yang berlaku di masyarakat)

- Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa


(21)

diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:242).

I.6.2 Komunikasi Massa

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”Communicatio”. Istilah ini bersumber dari dari perkataan ”Communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30).

Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa Mengatakan Apa

Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner (Ardianto,2004:4), ”komunikasi massa ialah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunikasi massa ditujukan kepada


(22)

massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan (Ardianto,2004:6).

Rakhmat (Ardianto, 2004:7) merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi, “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

Komunikasi massa mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, menengarkan radio, atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.


(23)

1.6.3 Media Massa

Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media).

Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message communicated through a mass medium to large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat – tempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya, adalah suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk – bentuk media itu (Muhtadi, 1999: 73).

Everett M. Rogers mengatakan ada dua jenis media massa, yaitu media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio dan televisi.

Sedangkan media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling dan juru pantun (Effendi, 1990: 20).

Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan signifikan.

1.6.4 Surat Kabar dan Berita

Sekurang – kurangnya ada tiga jenis media massa cetak, yaitu: surat kabar, majalah dan buku. Sejak masa awal pertumbuhan hingga saat ini ketiga jenis media cetak ini telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar.


(24)

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya media cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman.

Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalan panjang melalui lima periode yakni massa penjajahan Belanda, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru (Ardianto, 2004: 101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde lama mempunyai misi menyebarluaskan pesan – pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia.

Menurut Maulsby (Pereno, 2002:6) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Sedangkan Hepwood (Pereno, 2002:6) memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara umum berita adalah laporan dari kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Unsur pokok berita diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu 5W + 1H (What, Who, Why, Where, When + How): apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana, dan bagaimana. Itulah yang dimaksud unsur-unsur berita.


(25)

1.6.5 Individual Differences Theory

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual), teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan −terutama jika berkaitan dengan kepentingannya− konsisten dengan sikap -sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. (Effendy 2003: 275)

Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. (Effendy 2003: 275)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi


(26)

sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). (Effendy 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya.(Effendy 2003 : 316).

I.7 Kerangka Konsep dan Variabel Operasional

Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut Nawawi (2001:40) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini, selanjutnya disusun suatu kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel-variabel dan indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian.

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:


(27)

Tabel 1

Variabel Operasional

Kerangka konsep Variabel Operasional

• Opini Mahasiswa terhadap Pemberitaan tentang Pernyataan Tokoh Agama mengenai Kebohongan Pemerintahan SBY

• Karakteristik Responden

1. Frekuensi Pemberitaan 2. Kejelasan Isi Pesan 3. Penyajian Pesan

4. Pemahaman tentang isi pesan 5. Believe (kepercayaan terhadap

sesuatu hal)

6. Attitude (sikap mahasiswa terhadap pemberitaan)

7. Perception (persepsi)

1. Jenis Kelamin 2. Stambuk 3. Departemen

I.8 Defenisi Operasional

Defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 : 46).


(28)

• Opini mahasiswa terhadap pemberitaan tentang pernyataan tokoh agama mengenai kebohongan Pemerintahan SBY

1. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal tersebut muncul di surat kabar dan dibaca oleh responden.

2. Kejelasan isi pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara terpercaya 3. Penyajian pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalui pemberitaan di

Harian Kompas.

4. Pemahaman tentang isi pesan adalah pengertian dan pemahaman pembaca terhadap isi pesan yang disampaikan pada pemberitaan tersebut.

5. Believe, kepercayaan mengenai sesuatu hal atau apa yang diyakini responden sebagai suatu kebenaran.

6. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa

7. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu dan nilai-nilai yang dianut dan berita yang berkembang

• Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin, merupakan jenis kelamin pria dan wanita yang dimiliki oleh responden penelitian.

2. Stambuk, merupakan identitas responden yang berupa tahun masuk kuliah. 3. Departemen, yaitu depertemen yang ada di FISIP USU antara lain sosiologi,

kesejahteraan sosial, ilmu komunikasi, ilmu politik, administrasi negara, dan antropologi.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Opini Publik

II.1.1 Sejarah Opini Publik

Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“ (Sunarjo, 1984 :22).

Adapun cara mengetahui adanya opini publik, dapat diketahui pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian Barat adalah milik pemerintah Indonesia, oleh karena itu bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama. Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik.

Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


(30)

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Pada awal abad 17 sampai dengan abad ke-19, paham liberalisme, kemerdekaan mengeluarkan pendapat adalah demi kebenaran atau kebebasan akan membantu orang dalam menemukan kebenaran. Sisa – sisa filsafat liberalisme masih ada bahkan dipertahankan, sehingga umumnya setiap undang – undang negara manapun mempunyai pasal tentang kebebasan mengeluarkan opini. Indonesia mempunyai pasal 29 UUD 1945, sedangkan dalam Declaration of Human Right 1948), kebebasan tercantum dalam pasal 19. Kebebasan mengeluarkan opini dipertahankan demi kebenaran. (Susanto,1985:2). Beberapa ahli meninjau kebenaran:

1. Coherence theory, antara opini – opini yang dimiliki seseorang harus ada

kesesuaian. Hal itu merupakan satu kesatuan bulat. Teori ini merupakan landasan berkembangnya ideologi – ideologi pada abad ke-19, sehingga seakan – akan teori ini hanya membenarkan opini sendiri dan menyalahkan opini orang lain. Dilihat dari ilmu jiwa sosial yang menyalahkan coherence theory ini, ternyata dalam diri manusia terdapat banyak opini dan norma – norma yang bertentangan satu sama lain yang membuatnya tak dapat diramalkan.

2. Correspondence theory, pernyataan manusia harus sesuai kenyataan. Teori

ini merupakan landasan filsafat, opini yang menang adalah opini yang benar. Ilmu jiwa sosial banyak digunakan dalam memenangkan opini suatu opini maka kebenaran teori ini disangsikan.

3. Pragmatisme, yang tumbuh pada akhir abad 19 dan disebarkan oleh

William James hasil dari penelitian John Dewey di AS. Setelah PD II popular kembali, menurutnya pemikiran kebenaran tetap harus dicari, karena orang mudah keliru. Pragmatisme sangat hati – hati menyatakan sesuatu itu benar, jadi teori ini menyatakan semua opini adalah relatif. Pemikiran ini tidak tergolong pragmatisme. Justru pragmatisme sebaliknya berpegang pada prinsip manusia bertanggung jawab atas opini – opininya, karena opini adalah penggerak dari tindakan.

Opini seseorang adalah hasil pengalamannya, yang diajarkan kepadanya. Karena itu pragmatisme sangat menitikberatkan kepada pendidikan dalam mencari kebenaran, harus dapat dibuktikan sebagian benar pada masa lampau, sekarang dan masa depan. Dalam hal ini, pragmatisme menjelaskan pengaruh norma – norma pada manusia yang akan menentukan masa depannya, khusus pikiran individunya. Jika pragmatisme ditinjau dari segi masyarakat, ternyata di dalam masyarakat tidak


(31)

ada kebenaran yang mutlak bagi individu, karena kebebasan adalah juga hak – hak anggota masyarakat lain.

II.1.2 Pengertian Opini Publik

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo, 1984 : 31).

Sedangkan pengertian publik menurut Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo, 1984 : 20).

John Dewey dalam The Publik and its Problem mendefenisikan publik sebagai kelompok individual yang sama-sama terpengaruh oleh suatu tindakan atau


(32)

gagasan tertentu. Jadi, setiap persoalan, problem, atau kepentingan menciptakan publiknya sendiri (Djamaluddin, 1994: 105)

Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini Publik) mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro, 1990 : 55).

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relation”, opini publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro, 1990 : 52).

Mariam D. Irish dan James W. Prothro dalam The Politics of American Democracy (1965) memberi defenisi pendapat umum: “the expression of attitude on a social issue”. Dalam defenisi ini ada tida unsur yaitu : dinyatakan (express), (attitude) sikap, social issue atau masalah masyarakat (Susanto, 1985: 91).

Hennessy menegaskan bahwa, “Pada setiap persoalan yang muncul, opini publik merupakan kumpulan pandangan yang terukur atau tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan tersebut (Djamaluddin, 1994: 105).


(33)

II.1.3 Proses Pembentukan Opini Publik

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro, 1990 : 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :

1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju. 2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak

berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain“.

Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu :

1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan.

2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.

3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.


(34)

Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh (body language) atau berbentuk simbol-simbol tertulis berupa pakaian yang dikenakan, makna sebuah warna. Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut R.P Abelson (1968) bukanlah perkara yang mudah karena berkaitan dengan unsur- unsur pembentuknya, yaitu:

4. Kepercayaan mengenai sesuatu (believe)

5. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)

6. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni:

- Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang / masyarakat

- Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan

- Nilai – nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai – nilai yang berlaku di masyarakat)

- Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:242).

Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut ini (Ruslan, 1999: 56):


(35)

Gambar I

Proses Pembentukan Opini Publik

Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai dari persepsi seseorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk suatu opini public, apakah nantinya bersifat mendukung, dan menentang atau berlawanan. Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk symbol, bahasa tubuh, verbal, mimic muka serta makan dari suatu warna yang dipakainya. Opini dari seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang menjadi suatu consensus (kesepakatan), dan terkristalisasi jika masyarakat dalam kelompok tertentu mempunyai kesamaan dalam visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk menjadi opini publik.

Faktor Penentu

• Latar belakang budaya

• Pengalaman masa lalu

• Nilai-nilai yang dianut

• Berita yang bercabang

Proses Pembentukan

Sikap

Persepsi Opini Konsensus

Cognitive Behaviour

Affect


(36)

II.1.4 Kekuatan Opini Publik

Telah dikemukakan bahwa opini publik atau pendapat publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan :

a. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.

b. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang muda dengan sesamanya.

c Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.

d. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan. e. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.


(37)

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”Communicatio”. Istilah ini bersumber dari dari perkataan ”Communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30).

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa (Ardianto, 2004:3).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik ( radio, televisi, internet), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat dan serentak (Mulyana, 2005:75)

Joseph A. devito dalam bukunya communicology: An introduction the study of communication, menyatakan bahwa (Effendy, 2003:21):

a. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh


(38)

penduduk atau semua orang yang membaca atau menonton, agaknya ini berarti bahwa besar dan umumnya sukar didefinisikan.

b. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar yang audio atau visual

II.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Adapun karakteristik komunikasi massa adalah: 1. Komunikator terlembaga

Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa,baik media cetak maupun elektronik.dengan mengingat kembali Wright, bahwa komunikasi itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisai yang kompleks.

2. Pesan bersifat umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikannya anonim dan heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari lapisan masyarakat berbeda.


(39)

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpesona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa yang terpenting adalah unsur isi. Pesan disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakter media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi massa bersifat satu arah

Komunikan dan komunikator tidak dapat melakukan kontak langsung karena menggunakan media massa. Diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. 7. Stimulasi alat indera “terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media, pada media cetak pembaca hanya melihat saja.

8. Umpan balik tertunda “delayed”

Komponen ini merupakan hal yang penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikasi (Ardianto, 2004:7)


(40)

II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick (Effendy, 2003:29) adalah:

a. Surveillance (pengawasan), terdiri dari:

- Warning before surveillance (pengawasan peringatan), yaitu fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan sesuatu yang berupa ancaman.

- Instrumental Surveillance (pengawasan instrumental), yaitu penyebaran/penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

b. Interpretation (penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of values (penyebaran niali-nilai)

Fungsi sosialisasi yaitu cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e. Entertaiment (hiburan)


(41)

II.2.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunkasi massa adalah:

a. Komunikator

- Komunikator merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

- Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka

- Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut b. Media massa

Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran infromasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

- Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. - Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi

kepada masyarakat


(42)

c. Informasi massa

Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

d. Gatekeeper

Gatekeeper merupakan penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunkasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan.

e. Khalayak

Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa ynag disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa

f. Umpan balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71)


(43)

II.3 Media Masssa

Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat sementara peran yang lainnya adalah menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, ‘media massa’ adalah alat/sarana untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, ‘media massa’ adalah ‘komunikasi massa’ komunikasi massa adalah sebutan yang lumrah di kalangan akademis untuk studi ‘media massa’.

Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu:

a. Surat Kabar.

Menurut Agee (et. Al), secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi

utama dan fungsi sekunder yang sangat berkaitan yaitu:

Fungsi utamanya adalah,

(a) to inform, menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas Negara dan dunia.

(b) to comment, mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam focus berita.

(c) to provide, menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang danjasa melalui pemasangan iklan dimedia.

Sedangkan fungsi sekundernya adalah,

(a) untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu.

(b) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus.

(c) Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak (Ardianto, 2004:98).

b. Majalah

Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang akan dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa (Ardianto, 2004: 112). Meskipun sama-sama sebagai


(44)

media cetak, majalah tetap berbeda dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu :

- Penyajian lebih dalam

- Nilai aktualitas lebih lama, berbeda dengan suratkabar yang aktualitas nya hanya

satu hari nilai aktualitas majalah bisa sampai satu minggu.

- Gambar atau foto lebih banyak, dikarenakan memiliki jumlah halaman yang Lebih

banyak majalah juga dapat menampilkan gambar-gambar atau foto yang lengkap dan terkadang dengan ukuran yang besar serta kualitas kertas yang lebih baik disbanding surat kabar

- Cover, menarik atau tidak nya cover suatu majalah sangat tergantung pada tipe dari

majalahnya serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan cirri khas majalahnya.

c. Radio.

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Keunggulan radio adalah berada dimana saja dikamar, dikantor, dijalan, dan beragam tempat lainnya. Disamping empat fungsi nya sebagai penyampai informasi, menghibur, mendidik dan persuasif radio berperan sebagi kontrol sosial. Kekuatan radio dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa diberbagai Negara. Salah satu contoh pada peristiwa pertempuran Surabaya 10 November 1945, Bung Tomo dengan gayanya yang khas melalui mikrofon "Radio Pemberontak" berhasil membangkitkan semangat bertempur para pemuda diberbagai daerah untuk melawan Belanda.


(45)

d. Televisi

Menurut Agee dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejeli hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Ardianto, 2004:128).Sama dengan fungsi media massa lainnya, fungsi televisi juga memberi informasi, menghibur, mendidik, dan membujuk.

e. Film

Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film dioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya. Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung unsur informatif maupun edukatif bahkan persuasif (Ardianto, 2004:136).

f. Komputer dan Internet

Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang diseluruh dunia (Ardianto, 2004:142). Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan. Dampak sosial media massa ialah media dapat membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Disini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan tindakan tertentu (Ardianto, 2004:57-58).


(46)

II.4 Surat Kabar dan Berita

II.4.1 Sejarah Surat Kabar di Indonesia

“Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto, 2004:99). Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk penyampaian informasi. Surat kabar merupakan media komunikasi dalam bentuk tercetak yang mempunyai ciri massal yaitu ditujukan kepada sejumlah orang yang relatif amat banyak dan diterbitkan berdasarkan periodisasi tertentu.

Lebih dari 200 tahun surat kabar menjalankan fungsinya sebagai satu-satunya media penyampai berita kepada khalayak dan sebagai sumber satu-satu-satunya bagi khalayak dalam mengakses informasi yang sama secara bersamaan. Surat kabar pertama kali diterbitkan di Eropa pada abad ke-17. Di Indonesia sendiri, surat kabar berkembang dan mempunyai peranannya sendiri di tengah masyarakat hingga sekarang. Sejarah mencatat bahwa produk mesin cetak Johann Guttenberg ini, telah mengambil peran yang cukup signifikan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia dari berbagai aspek kehidupan keterkaitannya sebagai media massa yang berpengaruh di masyarakat. Berikut adalah paparan singkat mengenai surat kabar di Indonesia.

Pada dasarnya, sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak yakni babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat berperan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama adalah babak putih, yaitu saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme Belanda. Disebut


(47)

babak putih karena surat kabar pada waktu itu mutlak milik orang-orang Eropa, berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi pembaca berbahasa Belanda. Kontennya hanya seputar kehidupan orang-orang Eropa dan tidak mempunyai kaitan kehidupan pribumi.Babak ini berlangsung antara tahun 1744-1854. Babak kedua yang berlangsung antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional secara kasar dapat dibagi dalam tiga periode, yakni:

1. Antara tahun 1854-1860, dalam periode ini surat kabar bahasa Belanda masih memegang peranan penting dalam dunia pers Indonesia. Namun, surat kabar dengan bahasa Melayu telah terbit bernama Slompret Melajoe.

2. Antara tahun 1860-1880, surat kabar bahasa pra-Indonesia dan Melayu mulai banyak bermunculan tetapi yang memimpin surat kabar-surat kabar ini adalah orang-orang peranakan Eropa.

3. Antara tahun 1881 sampai Kebangkitan Nasional, periode ini mempunyai ciri tersendiri karena pekerja pers terutama para direkturnya tidak lagi dari pernakan Eropa, tetapi mulai banyak peranakan Tionghoa dan Indonesia atau biasa disebut dengan pribumi.

Surat kabar di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang yang secara singkat terbagi dalam enam periode, yakni zaman Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Orde Lama, zaman Orde Baru dan zaman reformasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_surat_kabar_indonesia)


(48)

II.4.2 Karakteristik Surat Kabar

Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi tercapainya tujuan komunikasi, maka seorang komunikator harus mengetahui karakteristik dari media massa yang akan digunakannya. Menurut Ardianto & Erdiyana (2004:104-106), karakteristik surat kabar sebagai media massa ada lima, yaitu:

1. Publisitas.

Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya. 2. Periodesitas

Periodesitas menunjukkan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur.

3. Universalitas

Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain.

4. Aktualitas

Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru.


(49)

Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel dapat diarsipkan atau dibuat kliping bagi pihak-pihak yang memerlukan.

II.4.3 Berita

Menurut Maulsby (Pereno, 2002:6) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Sedangkan Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara umum berita adalah laporan dari kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Pada dasarnya dalam jurnalistik berita dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu (Romli, 2003:3):

a. Berita Langsung (Straight News)

Berita langsung adalah jenis berita yang ditulis singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Penulisannya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpretasi. Struktur penulisannya mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan mengemukakan hal-hal paling penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting, dan seterusnya. Bagian penting dituangkan pada alinea pertama (lead), setelah judul berita (headlines) dan baris tanggal (dateline).


(50)

Explanatory news adalah berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data. Fakta dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisannya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung atau berseri. c. Artikel/Opini

Artikel adalah berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang. Biasanya pendapat para cendiakan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Penulisannya dimulai dengan Teras Pernyataan (Statement Lead) atau Teras Kutipan (Quotation Lead) yakni mengedapankan ucapan yang isinya dianggap paling penting atau paling menarik. Sebagai penanda bahwa itu berita opini, biasanya pada judul dicantumkan nama nara sumber, diikuti titik dua, lalu kutipan pernyataan atau kesimpulan pernyataannya yang menarik.

Untuk bisa diputuskan apakan berita itu pantas untuk diberitakan, maka ada beberapa kriteria umum nilai berita (news value) yang biasanya digunakan oleh jurnalis dan editor.kriteria umum nilai berita terbagi atas (Sumadiria, 2005:80): a. Keluarbiasaan (unusualness)

Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut. b. Kebaruan (newness)


(51)

Berita adalah semua apa yang terbaru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden merupakan berita.

c. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media yang melaporkannya.

d. Aktual (timeliness)

Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.

e. Kedekatan (proximity)

Kedekatan mengandung dua arti geografis dan psikologi. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran-pikiran atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. f. Informasi (information)

Berita adalah informasi.menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki nilai


(52)

berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala yang mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber yang tak pernah kering dan tak kan pernah habis.

h. Orang penting (prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama. Pesohor, selebritis, figure publik. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan nama menciptakan berita (name makes news).

i. Ketertarikan manusiawi (human interest)

Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana haru, suasana kejiwaan, dan alam perasaanya. Cerita human interest lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengandung pemikiran.

j. Kejutan (surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan ini menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati.


(53)

II.5 Peranan Media Massa dalam Pembentukan Opini Publik

Pengalaman selama ini, justru berkembangnya opini publik karena peranan dari komunikasi massa. Masalah sekecil apapun bisa perkembangannya menjadi cepat karena media. Dalam media sendiri mereka berebutan untuk mengekspos “objek yang dijadikan isu” sehingga persepsi jamak menjadikan khalayak memiliki pandangan jamak pula (Olii, 2007: 68).

Di negara – negara demokrasi peranan media komunikasi massa terhadap pembentukan opini public atau dengan kata – kata lain, hubungan timbal balik antara media komunikasi massa dan opini memperlihatkan keseimbangan yang selaras. Dalam hal ini kelihatan bahwa opini publik dapat dipengaruhi oleh media komunikasi massa. Tetapi sebaliknya opini itu dapat memantulkan diri atau tercermin pada media komunikasi massa. Disini berarti penguasa atau pemerintah mengambil manfaat dari adanya media komunikasi ini untuk mengetahui suara rakyat melalui opini public yang tercermin pada media tersebut (Soehadi, 1978: 19).

Menurut Prof. DR Mochtar Kusumaatmadja, pendapat umum merupakan salah satu kekuatan sosial yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menentukan kehidupan sehari – hari suatu bangsa. Selain itu pendapat umum banyak dipergunakan oleh media massa maupun kaum politisi dan pemerintah untuk memperoleh dukungan masyarakat atas program kerjanya (Soehadi, 1978: 20).

Fungsi Media dalam Pembentukan Opini Publik :

• Fungsi Informasi : media menjadi fasilitas untuk mendiseminasikan pernyataan sumber yg dapat menjadi opini publik .

• Fungsi Mediasi : media menempatkan diri sebagai penghubung antara realitas sosial yg obyektif dengan pengalaman pribadi seseorang. Media dianfaatkan


(54)

untuk membentuk opini publik yg berlandaskan fakta empiris di tengah masyarakat.

• Fungsi Amplifikasi : media dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang dilontarkan seseorang untuk berubah menjadi pendapat umum yg berkembang. (Mc. Quail: 1996;52).

II.6 Individual Difference Theory

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual), teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan −terutama jika berkaitan dengan kepentingannya− konsisten dengan sikap -sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. (Effendy 2003: 275)

Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai,


(55)

dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. (Effendy 2003: 275)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). (Effendy 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya (Effendy 2003 : 316).


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun 1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahun 1979.

Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan, S.H, M.Solly Lubis, S.H dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus


(57)

1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP Parlindungan,SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU.

Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke- 9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Melalui utusan tersebut diangkatlah Saudara Drs. M. Adham Nasution menjadi Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal 7 September 1982 Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas


(58)

Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di USU. Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu mahasiswa yang kuliah di FISIP USU belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP USU belum ada.

Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU.

Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan pada FISIP USU yang baru berdiri belum mempunyai Dekan. Dalam rangka pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. tujuan dari pembetukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU. Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU.

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan Rektor tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham Nasution sebagai pPejabat Sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83. sedangkan Pejabat Sementara Para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya adalah:


(1)

OPINI MAHASISWA TERHADAP PERNYATAAN TOKOH AGAMA (Studi Deskriptif mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap

Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY)

KUESIONER

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, oleh sebab itu mohon Anda memberikan jawaban secara jujur

2. Mohon Anda membaca dan menjawab semua pertanyaan secara teliti tanpa ada yang terlewatkan

3. Berikan tanda silang ( X ) untuk jawaban yang Anda anggap paling benar 4. Kotak kode bernomor di sebelah kanan pertanyaan mohon jangan diisi.

No. Responden: ………

1 2

1. Jenis Kelamin : (JK) 1. Laki-laki I. Karakteristik Responden

2. Perempuan 3

2. Stambuk (ST): 1. 2007

2. 2008 4

3. Departemen / Jurusan (DJ):

1. Sosiologi

2. Administrasi Negara

3. Kesejahteraan Sosial 5

4. Ilmu Komunikasi 5. Antropologi 6. Ilmu Politik


(2)

4. Seberapa sering Anda membaca pemberitaan tentang pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas? (FM)

II. Opini Terhadap Pemberitaan Tentang Pernyataan Tokoh Agama

1. Sangat Sering (7-11 Pemberitaan)

2. Sering (4-6 Pemberitaan) 6

3. Tidak Sering (1-3 Pemberitaan)

5. Menurut anda, bagaimana kejelasan isi pemberitaan mengenai Pernyataan Tokoh Agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY

yang dimuat pada Harian Kompas? (KIP)

1. Sangat Jelas

2. Jelas 7

3. Tidak Jelas

6. Menurut anda, bagaimana bahasa yang digunakan pada pemberitaan yang disajikan oleh Harian Kompas? (BP)

1. Sangat dimengerti

2. Dimengerti 8

3. Tidak dimengerti

7. Bagaimanakah dengan penyajian pesan yang ada dalam pemberitaan pernyataan tokoh agama di Harian Kompas? (PP)

1. Sangat bagus

2. Bagus 9

3. Tidak Bagus

8. Apakah anda memahami isi pesan pada pemberitaan tentang pernyataan Tokoh Agama di Harian Kompas? (MIP)

1. Sangat Memahami

2. Memahami 10


(3)

9. Apakah anda tertarik untuk mengikuti perkembangan berita mengenai pernyataan tokoh agama tentang kebohongan Pemerintahan SBY? (TMP)

1. Sangat Tertarik

2. Tertarik 11

3. Tidak Tertarik

10. Menurut anda, Apakah informasi yang disajikan dalam pemberitaan sesuai dengan fakta? (ISF)

1. Sangat sesuai

2. Sesuai 12

3. Tidak sesuai

11. Apakah isi pemberitaan tersebut memberikan pengaruh terhadap anda?

(PIP)

1. Sangat mempengaruhi

2. Mempengaruhi 13

3. Tidak Mempengaruhi

12. Apakah isi pemberitaan tersebut memberikan manfaat terhadap anda? (PMM)

1. Sangat bermanfaat

2. Bermanfaat 14

3. Tidak bermanfaat

13. Apakah anda mengetahui isi pernyataan tokoh agama mengenai 18

kebohongan Pemerintahan SBY? (MIP)

1. Sangat mengetahui 15

2. Mengetahui


(4)

14. Setujukah Anda, jika Pemerintahan SBY dikatakan berbohong? (PTK)

1. Sangat setuju

2. Setuju 16

3. Tidak setuju

15. Setujukah anda dengan tindakan yang dilakukan oleh para Tokoh Agama? (TTA)

1. Sangat setuju

2. Setuju 17 3. Tidak setuju

16. Bagaimana pendapat anda terhadap reaksi dari masyarakat yang mendukung gerakan anti kebohongan dan pendirian rumah pengaduan kebohongan ? (PRM))

1. Sangat Setuju

2. Setuju 18

3. Tidak setuju

17. Apa pendapat anda terhadap kinerja Pemerintahan SBY selama ini? (KPS)

1. Sangat Baik

2. Baik 19

3. Tidak Baik

18. Apakah pendapat anda terhadap reaksi yang dilakukan oleh Pemerintah SBY? (PTR)

1. Sangat Pantas 20

2. Pantas

3. Tidak Pantas


(5)

19. Apakah anda setuju jika Pemerintahan SBY telah melakukan kewajiban terhadap masyarakat dengan benar? (TKP)

1. Sangat Setuju

2. Setuju 21

3. Tidak Setuju

20. Bagaimana kepercayaan anda terhadap Pemerintahan SBY saat ini? (KTS)

1. Sangat percaya

2. Percaya 22

3. Tidak percaya


(6)

BIODATA

Nama : SETIA WITARIA SIMAREMARE

NIM : 070904050

Departemen/Prodi : Ilmu Komunikasi/ Public Relations Tempat/ Tanggal Lahir : Pematang Siantar/ 11 November 1989

Agama : Protestan

Anak ke- : 3 dari 5 bersaudara

Pendidikan : 1. SDN 122372, Pematang Sintar 2. SMP Negeri 1 Pematang Siantar 3. SMA Negeri 2 Pematang Siantar 4. Ilmu Komunikasi FISIP USU Nama Orang Tua

Ayah : Binsar Simaremare

Ibu : Erlina Sinaga

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Ganefo No. 6 Medan No. Handphone : 085276549997


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa FISIP USU Terhadap Video Parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic Karya Eka Gustiwana di Youtube

4 62 66

Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

16 157 111

Tindakan Mahasiswa FISIP USU Terhadap Cyberbullying yang Dialami Melalui Media Online

3 55 132

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Fatwa Mui Dan Opini Publik (Studi deskriptif Opini Mahasiswa Anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )

1 62 129

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik di Harian Analisa Medan (Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI Pada Harian Analisa)

0 64 102

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117