7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama. Kebiasaan membuat ragam hias sudah
dikenal sejak masa pelukisan dinding-dinding gua. Lukisan-lukisan pada gua tersebut menggambarkan beragam cap telapak tangan manusia dalam berbagai
posisi, binatang, matahari, tombak perisai, perahu, dan berbagai bentuk geometris, Handoyo, 2008: 1. Ragam hias inilah yang menjadi cikal bakal terciptanya
motif-motif atau ragam hias batik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 146 batik merupakan
kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain, kemudian mengolahnya melalui proses tertentu.
Kata batik sendiri dalam bahasa Jawa berasal dari kata “amba” dan “tik”. Kata
tersebut memiliki pengertian menulis dan titik, kegiatan tersebut berhubungan dengan sesuatu pekerjaan yang halus, lembut, dan kecil yang berupa titik-titik
yang digabungkan sedemikian rupa dan mengandung suatu unsur keindahan Setiati, 2007: 3. Batik adalah tekstil dengan ornamen dasar motif batik,
ornamen dasar motif batik yang diperoleh secara pencelupan rintang dengan menggunakan lilin batik sebagai perintang Soerjanto, 1985:62.
Sedangkan menurut Prasetyo 2010: 1 hal yang mengacu pada gambaran pembuatan batik itu sendiri, bahwa batik merupakan salah satu cara pembuatan
bahan sandang. Selain itu batik juga dapat mengacu dalam dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
pewarnaan sebagian dari kain, yang kedua kain yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Selain itu Prasetyo 2012: 4 juga mengatakan bahwa: batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa. Pada masa lalu batik dijadikan sebagai mata pencaharian oleh para perempuan-perempuan
Jawa, sehingga membatik merupakan pekerjaan eksklusif yang dilakukan oleh para perempuan.
Membatik pada dasarnya sama dengan melukis di atas sehelai kain.
Dimana canting sebagai alat untuk melukisnya, dan sebagai bahan pelukisnya dipakai cairan malam atau lilin. Setelah kain dibatik kemudian diberi pewarna,
kemudian lilin tersebut dihilangkan dengan menggunakan zat kimia atau dilorod, maka bagian yang tertutup lilin atau malam akan tetap putih, tidak menyerap
warna. Hal ini disebabkan karena lilin berfungsi sebagai perintang warna, proses inilah yang akan menghasilkan kain batik.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa batik merupakan hasil penggambaran corak atau motif di atas kain yang dihasilkan melalui proses
tutup celup atau melalui proses perintangan warna dengan lilin kemudian diproses dengan cara-cara tertentu.
2. Tinjauan Tentang Batik Jepara