Penutupan lahan Sistem Informasi Geografis SIG untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penutupan lahan

Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan tutupan lahan pada lokasi yang sama. Kecendrungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan peta multi waktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutupan lahan maupun lokasinya Murcharke, 1990. Penutupan lahan pada kawasan hutan terutama yang terkait dengan tutupan lahan berubah dengan cepat dan sangat dinamis. Kondisi hutan yang semakin menurun dan berkurang luasnya telah menyebabkan laju pengurangan hutan pada kawasan hutan mencapai angka kurang lebih 2,84 juta hatahun pada periode 1997-2000 atau kurang lebih 8,5 juta ha selama 3 tahun. Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah mendorong dilakukannya monitoring sumber daya hutan secara periodik dengan interval waktu 3 tahunan Purnama, 2005.

B. Sistem Informasi Geografis SIG untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan

Aplikasi GIS telah digunakan di banyak bidang, seperti: pertanian, militer, pemasaran minyak tanah, transportasi, lingkungan, dan ilmu kehutanan. Cruz 1990 dalam Rahmawaty 2009 sebagai contoh, menggunakan GIS untuk penggolongan kemampuan lahan dan penilaian kesesuaian penggunaan lahan di Ibulao di bagian Pilipina. Pada sisi lain, Oszaer 1994 dalam Rahmawaty 2009 menggunakan GIS untuk menggolongkan penggunaan lahan yang ada, yaitu mengevaluasi kemampuan lahan, dan menilai kesesuain penggunaan lahan di Waeriupa, Kairatu, Seram, Maluku, Indonesia. Harjadi 2007 menggunakan aplikasi penginderan jauh dan SIG untuk penetapan tingkat kemampuan penggunaan lahan KPL di DAS Nawagaon Maskara, Saharanpur-India. Rahmawaty 2009 menggunakan aplikasi GIS sebagai informasi sistem lahan land system yang digunakan sebagai dasar penyusunan peta kesesuaian lahan di DAS Besitang. Fauzi, dkk 2009 menggunakan aplikasi GIS untuk menganalisis kesesuaian lahan wilayah pesisir Kota Bengkulu. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis SIG menjanjikan pengelolaan sumber daya dan pembuatan model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana. SIG merupakan suatu cara yang efisien dan efektif untuk mengetahui karakteristik lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya. Salah satu kemampuan penting dari SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan pemodelan spasial untuk menghasilkan informasi baru Fauzi, dkk. 2009. Sistem Informasi Geografis SIG merupakan sistem pengelolaan informasi yang juga menyediakan fasilitas analisis data. Sistem ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan SDA, antara lain untuk aplikasi inventarisasi dan monitoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, Konservasi Daerah Aliran Sungai DAS, dan konservasi keragaman hayati. Untuk SIG bisa dipakai secara efektif untuk membantu perencanaan dan pengelolaan SDA diperlukan Sumber Daya Manusia SDM dengan keterampilan yang memadai Puntodewo, dkk., 2010.

C. Evaluasi lahan