Urgensi paradigma pembangunan berkelanjutan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Urgensi Paradigma dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan

2.1.1. Urgensi paradigma pembangunan berkelanjutan

Isu pembangunan berkelanjutan semakin memiliki posisi yang strategis seiring dengan semakin meningkatnya pertukaran barang, jasa, informasi, dan pergerakan manusia yang saat ini sering disebut sebagai era globalisasi. Pergerakan barang dan jasa termasuk modal semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Pada masa lalu, suatu sumberdaya alam termasuk sumberdaya kelautan dan perikanan hanya dimanfaatkan secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan suatu masyarakat tertentu atau komunitas setempat seperti misalnya komunitas desa, komunitas kota, atau suatu negara. Dengan datangnya era globalisasi, maka kebutuhan suatu komunitas akan sumberdaya alam dan lingkungan dari suatu tempat atau suatu desa, suatu kota, atau bahkan suatu negara lain dapat saja turut mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya tersebut. Indonesia sendiri sebagai negara yang mempunyai keragaman dan kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup tidak dapat lepas dari pengaruh globalisasi dan isu-isu pembangunan berkelanjutan. Indonesia termasuk salah satu negara yang meratifikasi konvensi yang terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, seiring dengan perubahan dalam tata laksana kehidupan politik dan penyelenggaraan bernegara serta kerusakan ekosistem dalam pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan pada masa lalu, isu pembangunan berkelanjutan tersebut akhir-akhir ini kembali menjadi perhatian semua pihak. Upaya mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran sesungguhnya telah dilaksanakan oleh berbagai negara sejak seratus tahun yang lalu. Tetapi kesadaran akan konsep dan pemikiran tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang mendasarinya berbeda-beda. Para pakar Barat menganggap bahwa apa yang dilakukan dewasa ini oleh berbagai negara terutama di Barat, didasarkan pada kesadaran dan konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup generasi keempat. Timbulnya keserasian terhadap alam di awal abad delapan belas dianggap sebagai generasi pertama dalam hal kesadaran lingkungan, 13 sedangkan generasi kedua adalah kesadaran bahwa alam adalah wujud yang dapat ditaklukan dan diubah menjadi barang ekonomi dan estetik. Konsep ini mulai meningkat di awal abad kedua puluh dan mulai mendapat tantangan di awal tahun enam puluhan. Kesadaran lingkungan generasi ketiga mulai mencoba mengerem laju eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan dengan cara menganjurkan perubahan gaya hidup dan membangun institusi pengelolaan. Era ini juga disebut sebagai era krisis partisipasi, karena ketidakmerataan dan tidak adilnya penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Krisis daya untuk hidup yaitu pandangan pesimistik oleh pertumbuhan konsumsi dan terbatasnya sumberdaya alam, seperti yang dilaporkan oleh Klub Roma dianggap ikut memberi warna pada kesadaran lingkungan generasi ketiga. Undang-undang kebijaksanaan lingkungan hidup Amerika Serikat tahun 1970 dan deklarasi Stockholm tahun 1972 antara lain merupakan wujud nyata pernyataan akan adanya kesadaran lingkungan generasi ketiga. Walaupun demikian generasi ketiga sering dianggap sebagai era perkembangan pengertian ilmiah, sedangkan pengaruhnya terhadap kehidupan nyata masih sangat terbatas. Generasi keempat adalah kesadaran lingkungan yang timbul sebagai reaksi terhadap krisis budaya dan karakter lokal. Pada era ini permasalahan lingkungan yang berlangsung mulai menyentuh dunia politik, serta mulai mengusik kehidupan bernegara dan hubungan antar negara. Desentralisasi, otonomi, demokrasi dan budaya lokal dalam kaitannya dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup mulai secara mendalam dikaji dan menjadi isu politik dunia karena masalah tersebut telah terbukti bukan merupakan masalah lokal saja. Dalam hal ini, Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan World Commission for Eenvironment and Development , WCED memaparkan segala permasalahan- permasalahan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dan mengusulkan suatu bentuk kepranataan kelembagaan yang baru. WCED mengusulkan beberapa azas hukum yang baru, yang menyangkut soal perlindungan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta konsep pembangunan berkelanjutan.

2.1.2. Konsep pembangunan berkelanjutan