Hasil Analisis Statistik Hubungan Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Pada Pasien Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Stadium Stadium Jumlah Orang Persentasi 3 17 40.5 4 25 59.5 Total 42 100.0 5.1.3. Tabulasi Silang Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Tabel 5.5 menunjukkan tabulasi silang antara faal ginjal terhadap tekanan darah. Tabel 5.5 Tabulasi Silang Stadium DenganTekananDarah Tekanan Darah mmHg Stadium Total 3 4 Tekanan Darah Responden Hipertensi II 13 11 24 54.2 45.8 100.0 Hipertensi III 4 14 18 22.2 77.8 100.0 Total 17 25 42 40.5 59.5 100.0 Dari tabel di atas menunjukkan bahawa responden yang tekanan darah yang diklasifikasikan sebagai hipertensi II memiliki faal ginjal di stadium 3. Sedangkan responden yang tekanan darah yang diklasifikasikan sebagai hipertensi III memiliki faal ginjal di stadium 4.

5.2. Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tekanan darah dengan faal ginjal yang dievaluasi berdasarkan faal ginjal yang dibahagi menjadi stadium 3 dan 4. Dari hasil uji chi square diperoleh p = 0,037 p 0,05, secara statistik menunjukkan bahawa ada hubungan antara penurunan fungsi ginjal dengan hipertensi. Apabila p 0,05 Hol ditolak dan hipotesis diterima. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5.3. Pembahasan Hasil penelitian Ishida, K tahun 2001, merumuskan dari penelitiannya bahawa kejadian gagal ginjal lebih sering pada wanita 32,2 daripada laki-laki 26,6, dimana ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bemmel tahun 2006 menujukkan laki-laki lebih sering terkena gagal ginjal 53,4 dibandingkan wanita 20. Sedangkan hasil yang diperolehi dari penelitian ini, didapati bahawa terdapat 42 orang yang menderita gagal ginjal yaitu 57,1 daripadanya adalah laki-laki dan 42,9 adalah wanita. Hasil penelitian Ishida, K tahun 2001, mengatakan dari penelitiannya bahawa kejadian gagal ginjal lebih sering terkena pada usia 80 tahun dan ke atas 67,3, dimana ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bemmel tahun 2006,menujukkan usia sering terkena gagal ginjal ialah 85 tahun dan ke atas 54,5. Sedangkan hasil yang diperolehi dari penelitian ini ialah usia 41-60 tahun 57,1. Hasil penelitian Bemmel tahun 2006, mengatakan bahawa dari penelitiannya hubungan antara tekanan darah sistolik dengan faal ginjal p = 0,063 dan hubungan antara tekanan darah diastolik dengan faal ginjal p = -0.32 tidak sejalan dengan penelitian Ishida, K tahun 2001, yang menujukan hubungan tekanan darah dengan faal ginjal p 0,01. Sedangkan hasil dari penelitian ini, didapati bahawa hubungan tekanan darah dengan faal ginjal p = 0, 037. Hasil penelitiaan Young, J.H tahun 2002, telah mengatakan selain hipertensi ada beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya gagal ginjal seperti riwayat merokok dengan nilai p = 0.61, penyakit diabetes dengan nilai p = 0.92, dan penyakit jantung p =0.63. Selain mekanisme otoregulasi intrinsik yang dirancang untuk menjaga agar LFG konstan ketika terjadi fluktuasi tekanan darah arteri, LFG dapat diubah secara sengaja bahkan saat tekanan darah arteri rata-rata berada dalam rentang otoregulasi oleh mekanisme kontrol ekstrinsik yang mengalahkan respons otoregulasi. Kontrol ekstrinsik atas LFG, yang diperantarai oleh masukan sistem saraf simpatis ke arteriol aferen, ditujukan untuk mengatur tekanan darah arteri. Sistem saraf parasimpatis tidak menimbulkan pengaruh apapun pada ginjal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sherwood, 2009. Jika volume plasma menurun, sebagai contoh, akibat perdarahan, tekanan darah arteri yang kemudian menurun akan dideteksi oleh baroreseptor arkus aorta dan sinus karotikus, yang mengawali refleks saraf untuk meningkatkan tekanan darah ke tingkat normal. Respon refleks dikoordinasikan oleh pusat kontrol kardiovaskular dibatang otak dan terutama diperantarai oleh peningkatan aktivitas simpatis ke jantung dan pembuluh darah. Walaupun peningkatan curah jantung dan resisten perifer total membantu meningkatkan tekanan darah ke arah normal, volume plasma tetap berkurang. Dalam jangka panjang, volume plasma harus dipulihkan ke normal.Salah satu kompensasi untuk penurunan volume plasma adalah reduksi pengeluaran urin, sehingga lebih banyak cairan tertahan di dalam tubuh.Penurunan pengeluaran urin ini sebagian dilakukan melalui penurunan LFG jika cairan yang difiltrasi sedikit, cairan yang tersedia untuk dieksresikan juga berkurang Sherwood, 2009. Tidak ada mekanisme baru yang diperlukan untuk menurunkan LFG.LFG berkurang akibat respons refleks baroreseptor terhadap penurunan tekanan darah. Selama refleks ini, terjadi vasokonstriksi yang diinduksi oleh sistem simpatis di sebagian besar arteriol tubuh sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi perifer total. Di antara arteriol yang berkontraksi sebagai respons terhadap refleks baroreseptor ini adalah arteriol aferen yang menyalurkan darah ke glomerulus. Arteriol aferen dipersarafi oleh serat vasokonstiktor simpatis jauh lebih banyak daripada persarafan untuk arteriol eferen. Sewaktu arteriol aferen berkontraksi sebagai akibat dari peningkatan aktivitas simpatis, lebih sedikit darah yang mengalir ke glomerulus dibandingkan normal, sehingga tekanan darah kapiler menurun. Terjadi penurunan LFG yang kemudian meyebabkan pengurangan volume urin. Dengan cara ini, sebagian H2O dan garam yang seterusnya keluar dalam urin ditahan di dalam tubuh, membantu memulihkan volume plasma ke normal, sehingga penyesuaian-penyesuaian kardiovaskular jangka pendek tidak lagi diperlukan. Sebaliknya, apabila tekanan darah meningkat sebagai contoh, akibat ekspansi volume plasma setelah ingesti cairan dalam jumlah berlebihan, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara terjadi respons-respons yang sebaliknya. Jika baroreseptor mendeteksi peningkatan tekanan darah, aktivitas vasokonstriktor simpatis ke arteriol-arteriol, termasuk arteriol arferen ginjal, secara refleks berkurang, sehingga tejadi vasodilatasi arteriol.Karena darah yang masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang berdilatasi lebih banyak, tekanan darah glomerulus meningkat dan LFG juga meningkat.Karena cairan yang difiltrasi lebih banyak, cairan yang terjadi untuk dieliminasi dalam urin juga meningkat.Yang ikut membantu peningkatan volume urin adalah penurunan reabsorpsi H2O dan garam oleh tubulus yang diatur secara hormonal.Melalui kedua mekanisme ini, ginjal meningkatkan filtrasi glomerulus dan penurunan reabsorpsi H2O dan garam oleh tubulus, volume urin ditingkatkan dan kelebihan cairan dapat dieliminasi dari tubuh.Hilangnya rasa haus dan berkurangnya pemasukan cairan juga membantu memulihkan tekanan darah yang meningkat ke normal Sherwood, 2009. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan