Penelitian-Penelitian Terdahulu Pengaruh Keterkaitan antar Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah

melaksanakan Land Reform dengan pembagian tanah secara besar-besaran kepada petani penggarap. Petani hanya diperkenankan memiliki tanah maksimum tiga hektar. Sebagai hasilnya, antara tahun 1945-1965 persentase pemilik tanah dari semua keluarga di desa meningkat dari 14 persen menjadi 70 persen. Sementara jumlah buruh tani menurun dari 49 persen menjadi 7 persen Budiman, 1991 dalam Nainggolan, 2007 1 . Undang-Undang Land Reform yang mengalihkan pemilikan tanah kepada para petani miskin pada gilirannya meningkatkan daya beli di pedesaan. Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri tidak lepas dari peranan sektor lain dalam perekonomian dan keterkaitan antara kedua sektor tersebut dengan sektor-sektor lainnya. Sektor jasa memainkan peran penting dalam menyangga pertumbuhan aktivitas barang-barang perdagangan pertanian dan industri, dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan devisa khususnya di bidang pariwisata serta dalam menyediakan rangkaian jasa masyarakat dan pribadi saat pendapatan meningkat Hill, 2001. Menurut Hill 2001, sektor jasa yang lebih efisien dan beragam menghasilkan kontribusi efektif terhadap peningkatan efisiensi di sektor barang, memperkaya kesejahteraan konsumen, mempercepat pertumbuhan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor.

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menganalisis keterkaitan seluruh sektor perekonomian maupun penelitian khusus terhadap sektor-sektor tertentu telah banyak dilakukan. Akan tetapi berkaitan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap keterkaitan sektor, belum banyak yang menganalisis pengaruh keterkaitan yang terjadi antar sektor termasuk di dalamnya keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, restoran terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang telah dilakukan BPS provinsi Sulawesi Utara dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda provinsi Sulawesi Utara 2005 menghasilkan beberapa kesimpulan mengenai keterkaitan antar sektor perekonomian di provinsi tersebut. Hasil penelitian itu adalah bahwa sektor perdagangan, sektor industri makanan dan minuman lainnya dan sektor lembaga keuangan merupakan sektor-sektor dengan nilai indeks di atas rata-rata atau dengan kata lain sektor-sektor tersebut memberikan daya dorong paling kuat dalam penggerakan ekonomi Sulawesi Utara. Sedangkan untuk sektor lainnya khususnya di sektor pertanian, terkecuali untuk komoditi padi, pada umumnya memiliki indeks daya penyebaran rendah atau sektor tersebut kurang memiliki daya dorong dalam perekonomian. Selanjutnya, terlihat juga bahwa berdasarkan derajat kepekaannya, kelompok sektor industri termasuk sektor listrik, air bersih, angkutan laut, angkutan udara, jasa pemerintahan serta jasa hiburan dan rekreasi memiliki indeks derajat kepekaan di atas rata-rata indeks 1. Hal ini berarti sektor-sektor tersebut mempunyai tingkat ketergantungan kepekaan yang tinggi terhadap sektor lain atau dengan kata lain bertumbuhnya sektor-sektor ini sangat tergantung dengan pertumbuhan sektor lainnya dalam perekonomian Sulawesi Utara. Berdasarkan studi yang dilakukan Suryana et al 1998 dinyatakan bahwa secara teoritis kesimpulan ilmuwan dan perencana ekonomi bahwa sektor yang paling tepat dijadikan sebagai leading sector adalah sektor industri hanya didasarkan pada konsep artikulasi keterkaitan antar sektor melalui keterkaitan produk. Studi empiris yang dilakukan di Indonesia menunjukkan fakta bahwa kendala yang paling sering dihadapi agroindustri di pedesaan adalah keterbatasan potensi permintaan Suryana et al, 1998. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa dari keempat media keterkaitan dalam paradigma keterkaitan berspektrum luas, sumber artikulasi antar sektor yang paling besar adalah melalui keterkaitan investasi. Menurut Suryana et al 1998, apabila didasarkan pada paradigma keterkaitan berspektrum luas ternyata sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan perkebunan, merupakan sektor yang paling tepat dijadikan sebagai fokus pembangunan dan prioritas investasi pemerintah. Sektor-sektor yang perlu dijadikan komplemennya ialah subsektor peternakan, perikanan, dan agroindustri. Dengan demikian, walaupun berbeda dengan pandangan umum, upaya yang paling tepat untuk mendorong perkembangan agroindustri pedesaan ialah dengan memacu pertumbuhan produktivitas, penyerapan tenaga kerja dan produksi usaha pertanian, dan sama sekali bukan dengan memacu pertumbuhan perusahaan, produktivitas dan efisiensi agroindustri secara langsung Suryana et al , 1998. Hasil-hasil penelitian dalam periode tahun 1994-1998 tentang multiplier agroindustri terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai nilai multiplier yang tinggi baik terhadap output, pendapatan, maupun tenaga kerja dibandingkan dengan sektor non-agroindustri Supriyati dan Suryani, 2006. Hasil analisis Tabel Input-Output Tahun 1989 dan 1994 untuk wilayah Jawa Timur Hartadi, 1999 menunjukkan bahwa sektor agroindustri yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar adalah industri pupuk dan pestisida. Studi yang dilakukan Supriyati dan Suryani 2006 mengenai agroindustri menunjukkan bahwa di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan lebih besar dibandingkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. hal ini mengindikasikan bahwa sektor agroindustri lebih peka menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu satuan permintaan akhir, dibandingkan kemampuannya dalam mendorong sektor pertanian sebagai pemasok bahan baku. Menurut Rosa 4 2006, dalam penelitiannya terhadap keterkaitan dan kinerja agroindustri Indonesia menggunakan Tabel Input Output 66 sektor tahun 1995 dan 2000, terdapat tiga kesimpulan yang bisa diambil yaitu : pertama, sebagian besar agroindustri mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi namun keterkaitan ke depan rendah. Kedua, hanya ada dua industri yang mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang tinggi yaitu industri makanan lainnya dan industri kertas, barang dari kertas dan karton. Maka kedua industri ini dapat diandalkan untuk merangsang perkembangan sektor-sektor 4 Rosa, A. 2006. Analisis Keterkaitan dan Kinerja Agroindustri Indonesia, Perpustakaan Bank Indonesia. www.bi.go.id . Juli, 2008 lainnya dalam perekonomian. Ketiga, industri rokok adaiah satu-satunya industri yang efisien diantara agroindustri, tetapi industri ini mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang lemah. Hasil dari penelitian ini untuk tahun 1995 dan 2000 adalah sama, kecuali koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan serta efisiensi yang mengalami perubahan.

2.3 Kerangka Pemikiran