Dampak Pengembangan Tambak Terhadap Lingkungan

Nilai pemanfaatan secara langsung adalah nilai dari pemanfaatan yang sebenarnya, baik itu berupa benda maupun jasa dari ekosistem mangrove. Nilai pemanfaatan secara tidak langsung adalah keuntungan-keuntungan yang berasal dari fungsi-fungsi ekosistem seperti pelindung pantai dari erosi dan ombak dan dalam menyediakan hara-hara bagi perikanan lepas pantai. Nilai pilihan dapat diinterprestasikan sebagai manfaat ekosistem mangrove dimasa datang. Nilai ini muncul karena inidividu memiliki pilihan pemanfaatan ekosistem mangrove pada suatu saat di masa depan. Nilai ini semakin penting ketika individu merasa tidak pasti tentang nilai masa depan ekosistem mangrove, tetapi diyakini sebagai sebuah nilai yang tinggi. Dalam konteks praktis, ekosistem mangrove mungkin mengalami under utilized pada saat sekarang, tetapi kemungkinan memiliki nilai tinggi untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, komersial dan pemanfaatan ekonomi lainnya. Nilai-nilai yang bukan pakai NUV terdiri atas quasi option value QOV, bequest values BV, dan nilai keberadaan existence valueEV. Quasi option value adalah nilai pilihan untuk menghindari kerusakan ekosistem yang tidak dapat dipulihkan kembali, bequest value yaitu nilai yang muncul dari individu tentang pentingnya konservasi mangrove bagi generasi mendatang dan nilai keberadaan existence value adalah nilai yang mengacu pada kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pelestarian ekosistem mangrove bagi kepentingan masyarakat itu sendiri tanpa memperhatikan nilai pakainya Barton 1994 diacu Adrianto 2005.

2.4. Dampak Pengembangan Tambak Terhadap Lingkungan

MenurutFauzi 2004, salah satu hal penting dari aspek ekonomi sumberdaya alam adalah bagaimana ekstraksi sumberdaya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Bagi masyarakat, ekosistem mangrove mempunyai kedudukan yang sangat penting. apabila dikaitkan dengan hakekat dari pembangunan merupakan sumberdaya alam yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. Penanggulangan kemiskinan serta ketimpangan pendapatan adalah masalah pokok dalam pembangunan. Menurut Jakaria 2000, konversi dan pemanfaatan ekosistem mangrove dengan cara menebang hutan tersebut dan mengalihkan fungsinya ke penggunaan lain akan membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi ekologi dan lingkungan. Pengambilan hasil hutan dan konversi hutan mangrove dapat memberikan hasil terhadap pendapatan masyarakat dan kesempatan meningkatkan kerja, tetapi di pihak lain terjadi degradasi ekosistem mangrove. Ekosistem yang semula mejadi tempat pemijahan dan berkembang biaknya ikan, udang dan biota laut lainnya telah berubah fungsinya menjadi peruntukkan lain, terutama untuk kegiatan ekonomi. Konversi ekosistem mangrove menjadi lahan tambak juga berimplikasi terhadap penurunan produksi sumberdaya mangrove, abrasi dan intruisi air laut, dimana pada gilirannya dapat mengganggu ekosistem perairan kawasan sekitarnya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. Saat ini di seluruh dunia terjadi peningkatan hilangnya sumberdaya mangrove yang disebabkan adanya pemanfaatan yang tidak berkelanjutan serta pengalihan peruntukan. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Dari perhitungan diketahui luas mangrove yang tersisa dari 5 – 9 tahun yang lalu hanya sekitar 4,49 juta ha 60 Kusmana 1995. Pengendalian pengaruh kegiatan tambak terhadap lingkungan perlu dilaksanakan melalui pengelolaan tambak yang tepat dan baik. Kegiatan tambak seperti aplikasi pupuk dan obat pembrantasan hama dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan pesisir sekitarnya. Aplikasi bahan tersebut yang tidak tepat baik dosis maupun sifat persistensinya serta rembesan-rembesan leaching dapat mencemari lingkungan perairan sekitarnya. Hal tersebut senada dengan Bann 2000 bahwa dampak budidaya tambak terhadap ekologi adalah sebagai berikut : 1. Kerusakan ekosistem mangrove yang makin luas untuk dikonversi menjadi tambak, berakibat pada hilangnya biodiversity dan sumberdaya-sumberdaya lainnya serta fungsi ekologi dari ekosistem. 2. Penipisan air tanah akibat pemompaan air tanah yang berlebihan. Kekosongan ini menyebabkan intruisi air laut. 3. Perubahan komposisi tanah pada tambak dan daerah sekitarnya yang tidak dapat kembali seperti keadaan semula. 4. Eutrofikasi akibat penggunaan zat kimia. 5. Polusi pada perairan pesisir dan komunitas sekitarnya akibat zat berbahaya dari tambak seperti pestisida, sisa bahan organik, zat-zat kimia dan mikroorganisme penyakit. Konversi ekosistem mangrove untuk berbagai pemanfaatan perlu memperhitungkan manfaat dan kerugiannya dalam jangka panjang. Konversi ekosistem mangrove yang terus menerus secara besar-besaran untuk peruntukan lain akan menyebabkan resiko ekonomi lingkungan yang boleh jadi akan menihilkan atau menurunkan nilai pertumbuhan yang telah dicapai.

2.5. Analisis Manfaat Biaya