a. Belum maksimalnya upaya pengendalian pencegahan dan penanggulangan
konversi hutan mangrove dan nipah oleh pemerintah dan para pihak. b.
Lemahnya pemahaman peraturan perundangan tentang kawasan lindung, termasuk jalur hijau hutan mangrove.
c. Rendahnya pemahaman manfaat dan fungsi, serta status ekosistem hutan
mangrove di kawasan ini. Hampir semua pihak hanya melihat dari sisi kepentingan ekonomi dan produksi, dan kurang melihat manfaat keberadaan
dan keberlanjutan fungsi penyangga kehidupan bagi kepentingan kehidupan antar generasi.
6.3.2. Perikanan Tangkap
Sebagian besar wilayah pesisir Kecamatan Muara Badak masuk dalam kawasan Delta Mahakam sebagai area pertemuan antara sungai dan laut,
merupakan perairan payau yang kaya dengan hasil produksi ikan yang berasal dari perikanan tangkap.
Kecamatan Muara Badak merupakan satu diantara Kecamatan yang ada di kabupaten Kutai Kartanegara yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam
perikanan tangkap. Mengacu pada Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Tenggarong Tahun 2005, kontribusi perikanan tangkap adalah sebesar
4.451,7 ton atau sekitar 20,57 terbesar kedua setelah Kecamatan Anggana. Tingkat produksi perikanan tangkap dan nilai produksi di Kabupaten Kutai
Kartanegara disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Produksi Perikanan Tangkap dan Nilai Produksi di Kabupaten Kutai
Kartanegara
No Kecamatan Jumlah Produksi
Ton Nilai Produksi
Rp.1000 Persentase
1 Marang Kayu
3.989,8 35.358.150
18,43 2 Muara
Badak 4.451,7
41.066.600 20,57
3 Anggana 4.588,4
50.262.550 21,20
4 Sanga-Sanga 1.172,8
10.613.800 5,42
5 Samboja 3.789,7
35.870.900 17,51
6 Muara Jawa
3.653,5 33.790.900
16,88
Jumlah 21.645,90 206.962.900
100
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Kutai Kartanegara, 2006
Operasi penangkapan ikan oleh nelayan di kawasan ini pada umumnya menggunakan armada yang relatif bervariasi dari perahu berkekuatan kecil sampai
dengan berkekuatan besar. Hasil survei, dapat diketahui bahwa kebanyakan nelayan memiliki kapal ketinting 82,6 dan kapal dompeng sebesar 17,4. kapal
dompeng adalah kapal yang memiliki ukuran 5 – 7 keping papan dengan kekuatan mesin berkisar antara 13 – 24 PK, sedangkan kapal ketinting memiliki ukuran
kekuatan yang lebih kecil yaitu antara 5 – 12 PK Rachmawati et al, 2003. Secara umum alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kawasan ini
bervariasi, sesuai jenis ikan yang akan ditangkap. Jenis alat tangkap yang biasa digunakan adalah pancing, rengge, rawai, jaring dan jala. Berbagai jenis ikan yang
biasa ditangkap oleh nelayan serta biota laut lainnya seperti dari jenis Crustacea terutama jenis udang Penaeidae dan kepiting jenis Scylla.
Penangkapan ikan dan komoditas perairan lainnya dilakukan pada musim yang bervariasi. Beberapa diantaranya dapat ditangkap sepanjang tahun dan
beberapa lagi dapat dikatakan musiman. Ikan yang biasa ditangkap sepanjang tahun adalah kakap merah, kerapu, terkulu dan gulamah. Jenis tenggiri dan teri
ditangkap pada bulan September hingga akhir Mei. Rajungan biasa nelayan melakukan penangkapan selama bulan Desember hingga akhir Juli EBS, 2004
dalam INRR, 2005.
6.4. Identifikasi Eksternalitas Akibat Pengembangan Tambak pada Ekosistem Mangrove