Mulyasa juga menyatakan bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada waktu mengajar dengan menggunakan metode ceramah adalah
sebagai berikut: 1. Guru akan menjadi satu-satunya pusat perhatian. Oleh karena itu sebelum
memulai ceramah perlu mengoreksi diri. 2. Untuk mengarahkan perhatian peserta didik, ceramah sebaiknya dimulai
dengan menyampaikan tujuan pengajaran yang akan dicapai setelah kegiatan pembelajaran.
3. Sampaikan garis besar bahan ajar, baik secara lisan maupun tertulis. 4. Hubungkan materi pelajaran yang akan disampaikan dengan pengetahuan
dan pengalaman yang telah diperoleh pada peserta didik. 5. Mulailah dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus, dari hal-hal
yang sederhana menuju hal-hal yang rumit. 6. Gunakan alat peragamedia yang sesuai dengan bahan yang diceramahkan.
7. Kontrollah agar pembicaraan tidak monoton, lakukanlah penekanan- penekanan pada materi tertentu Mulyasa, 2008: 114-115.
Kelemahan metode ceramah adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok
untuk pembentukan ketrampilan dan sikap dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir Hasibuan, 2009: 13.
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kramat masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru seperti metode ceramah
konvensional, sehingga proses pembelajaran masih bersifat satu arah. Pendekatan pembelajaran tersebut belum bisa melibatkan siswa, sehingga
siswa enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Kebanyakan siswa menganggap
bahwa pelajaran
sejarah merupakan
pelajaran yang
membosankan. Akibatnya dalam proses pembelajaran sejarah siswa cenderung pasif, kurang bersemangat, bahkan kadang ada yang tertidur.
Kondisi seperti ini akan mengurangi motivasi belajar siswa yang dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Jika kondisi seperti ini terus
berlangsung, lama kelamaan motivasi belajar sejarah siswa akan cenderung menurun yang dapat mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal sehingga
tujuan pembelajaran sejarah tidak akan tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif dan
mampu mengemukakan pendapatnya, sehingga dari kegiatan ini dapat memberikan solusi dari permasalahan pembelajaran sejarah di kelas.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar sehingga aktivitas belajar siswa mempengaruhi
tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar sejarah siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam internal maupun
faktor dari luar eksternal. Faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis, misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan
kognitif, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental, misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar sejarah adalah model pembelajaran yang dipadukan dengan metode ataupun media pembelajaran inovatif yang
memiliki komponen yang disusun berdasarkan teori belajar serta dirancang untuk mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran Make a
Match dengan media LKS Word Square. Model pembelajaran Make a Match sangat cocok dipadukan dengan
media LKS Word Square karena media LKS Word Square mendukung pada aplikasi komponen dalam model pembelajaran Make a Match. Sehingga
diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan dapat berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar sejarah siswa.
Kerangka berpikir penelitian pegaruh penerapan model pembelajaran Make a Match dengan media LKS Word Square terhadap hasil belajar sejarah siswa
ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pegaruh pembelajaran Teknik Mencari Pasangan Make A Match dengan media LKS Word Square terhadap
hasil belajar sejarah siswa
Fakta yang ditemui:
1. Materi pelajaran Sejarah banyak 2. Guru belum menggunakan model
pembelajaran dengan metode yang inovatif.
Kondisi kelas:
1. Siswa kurang aktif saat mengikuti pembelajaran sejarah
2. Siswa enggan mengemukakan pendapatnya
Siswa cepat merasa jenuh saat mengikuti
pembelajaran sejarah serta hasil belajar
siswa belum optimal
Media LKS Word Square
1. Metode
Pembelajaran inovatif.
2. Siswa mampu mengemukakan
pendapatnya.
Model pembelajaran
Make a Match
1. Model pembelajaran
yang inovatif.
2. Dirancang untuk
mempengaruhi hasil belajar
siswa.
3. Suasana pembelajaran
yang menyenangkan
Hasil belajar sejarah siswa menjadi optimal
G. Hipotesis