Tindak Tutur Langsung pada Sasaran
digunakan untuk mewujudkan suatu ilokusi. Sementara itu, masalah isi berkaitan dengan maksud yang terkandung dalam ilokusi tersebut. Jika maksud suatu
ilokusi berbeda dengan makna performansinya, tuturan tersebut disebut tuturan tidak langsung, contohnya “Haus sekali aku”. Tuturan tersebut termasuk tuturan
yang bersifat tidak langsung, karena ilokusi berbeda dengan makna performansinya.
Pada tuturan “haus sekali aku” peneliti akan menjelaskan dua hal agar pembaca memahami apa yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung. Hal pertama
yang perlu diperhatikan adalah tentang bentuk tuturan tersebut. Apabila kita perhatikan, tuturan “haus sekali aku” merupakan bentuk tuturan informatif, yang
sewajarnya digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Sementara ada yang berbeda bila
kita perhatikan dari segi isinya atau ilokusinya. Tuturan “haus sekali aku” mengandung isi “ingin meminta minum”, oleh karena itu tuturan tersebut
merupakan bentuk tuturan informatif yang digunakan untuk memerintah. Sejalan dengan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan, bahwa tindak tutur tidak
langsung adalah tindak tutur yang memiliki bentuk tuturan yang berbeda dengan kandungan isi tuturannya. Bila berbicara tentang tindak tutur tidak langsung,
maka terdapat pembagian jenis-jenis tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur tidak langsung terbagi menjadi sembilan jenis yang terdiri atas, tindak tutur tidak
langsung dengan modus bertanya, tindak tutur tidak langsung dengan modus memuji, tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta, tindak tutur
tidak langsung dengan modus menyindir, tindak tutur tidak langsung dengan modus “Nglulu”, tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan pesimis,
tindak tutur tidak langsung dengan modus melibatkan orang ketiga, tindak tutur
tidak langsung dengan modus mengeluh, dan tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan pengandaian.