II meningkat 18,75. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw dan media VCD drama pada siklus I dan siklus II, kemampuan siswa
dalam bermain peran mengalami peningkatan. Ini menjadi bukti bahwa teknik jigsaw dan media VCD drama dapat dijadikan salah satu cara meningkatkan
kemampuan bermain peran siswa. Pada siklus I masih dalam kategori cukup, namun setelah dilakukan perbaikan pada siklus II kemampuan bermain peran
siswa menjadi lebih baik dan masuk dalam kategori baik. Peningkatan dapat dilihat dari gambar ketika siswa bermain peran yang dilakukan pada siklus II.
Gb.7 Kemampuan Bermain Peran Siswa Siklus II Berikut ini akan disajikan perbandingan nilai rata-rata tes dan skor nilai
tiap-tiap aspek penilaian kemampuan bermain peran.
4.2.1.1 Perubahan Nilai Aspek Pelafalan
Pada siklus I, nilai rata-rata pada aspek pelafalan masih termasuk dalam kategori baik, yaitu 66. Pada siklus I siswa sudah dapat memperhatikan
pengucapan dialog dengan tepat, walaupun masih ada beberapa siswa masih kurang memperhatikannya. Tetepi pada siklus II, setelah dilakukan refleksi pda
saat penampilan siklus I berkenaan dengan ketepatan ucapan hasil nilai rata-rata 80
pada siklus II mencapai 82. Hal ini membuktikan bahwa siswa semakin terampil dalam menggunakan kalimat dan memperhatikan penggunaan nada secara tepat
sesuai dengan suasana karakter dalam bermain peran. Peningkatan aspek ini mencapai 16.
4.2.1.2 Perubahan Nilai Aspek Intonasi
Pada siklus I, nilai rata-rata siswa pada aspek intonasi mencapai nilai rata- rata 56 atau dalam kategori cukup. Meskipun masuk dalam kategori cukup nilai
tersebut belum mencapai standar nilai yang telah ditentukan. Hal ini disebbkan kurangnya pemahaman siswa dalam hal pemilihan intonasi dengan karakter yang
dimainkan. Siswa asih kebingungan dengan penggalan-penggalan dalam dialog. Dengan cara menampilkan VCD drama siswa dapat mengetahui cara menentukan
intonasi pada saat penjelasan guru, atau ketika berkelompok. Oleh karena itu, siswa perlu melakukan latihan-latihan membaca teks dialog dengan
memperhatikan suasana tokoh, agar siswa menjai terbiasa menikmati dan merasakan dialognya masing-masing. Pada hasil siklus II terjadi peningkatan,
yaitu mencapai 76 atau mengalami peningkatan sebesar 20.
4.2.1.3 Perubahan Nilai Aspek Ekspresi
Aspek ekspresi adalah aspek yang banyak diabaikan oleh siswa memainkan sebuah karakter pada saat berain peran. Aspek ekspresi menjadikan
karakter semakin hidup, akan terihat hidup bila pemain mampu memunculkan ekspresi wajah yang sesuai dengan karakter tokoh yang dibawakan dengan wajar.
Nilai aspek ini tidak begitu memuaskan karena siswa belum menghayati dan menguasai karakter tokoh. Oleh karena itu, perolehan nilai rata-rata untuk aspek
ekspresi pada siklus I sebesar 37. Pada tindakan perbaikan siklus II guru lebih menekankan keseriusan siswa dalam menghayati peran masing-masing, sehingga
pada siklus II mencapai nilai 64 atau dengan peningkatan sebesar 27.
4.2.1.4 Perubahan Nilai Aspek Gerak Tubuh