berikut: Sistem pembinaan karir pegawai pada hakekatnya adalah suatu upaya sistematik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan
keselarasan kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi.
31
Pegawai Negeri harus dibedakan dengan Pegawai Non Negeri private employees dan juga harus dibedakan dengan Militer, maka Pegawai Negeri Sipil
seharusnya terdiri atas PNS, PPPK Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.
B. Prinsip Dasar dan Jenis Pembinaan Pegawai
Pelaksanaan tugas pegawai berdaya agar guna dan berhasil guna perlu dilakukan pembinaan secara terarah. Dengan demikian pelaksanaan tugas dapt
dilakukan dengan profesional. Profesionalisme pelaksanaan pekerjaan dapat tercapai jika pembinaan dimulai dari saat seorang pegawai diterima di instansi
dimana ia bekerja, oleh karena itu, sistem pembinaan pegawai berkaitan erat dengan sistem pengangkatan pegawai.
32
Walaupun keduanya memang mengabdi untuk kepentingan pemerintah dan digaji oleh pemerintah, tetapi keduanya harus dibedakan baik sifat, hak dan
kewajiban. Bahwa pegawai pemerintah bukanlah aparatur Negara sebagaimana PNS
adalah pegawai pemerintah government employement sebagaimana disebut di Amerika dan dapat pula disebut the civil service, sebagaimana di kenal di Inggris.
TNI adalah pegawai pemerintah di bidang militer, yang mempunyai karakteristik tersendiri.
31
Hardianto, Makalah Yang di Kutip dari Internet, Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil, 2008, hal. 1, 2.
32
Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta: Kencana Press, 2003, hal 3
Universitas Sumatera Utara
dipahami selama ini Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, melainkan aparatur pemerintah, oleh karena itu, implikasi
kebijakan dan prinsip dasar pembinaan juga berbeda antara keduanya.
33
Pembinaan pegawai pemerintah bisa dilakukan dengan memperhatikan tiga prinsip dasar kepegawaian, yaitu : penggunaan kepegawaian secara efektif,
dijamin pengembangan karir semaksimal mungkin dan diperoleh jaminan kesejahteraan hidup yang layak.
34
Dalam perspektif landasan normatif kepegawaian, pembinaan difokuskan pada beberapa hal, yaitu : pembinaan prestasi kerja dan sistem karir yang
dititikberatkan pada sistem prestasi kerja Pasal 72 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, yang dinyatakan sebagai berikut :
Pembinan pegawai secara efektif memerlukan perencanaan kebutuhan pegawai yang matang. Formasi pegawai harus ditetapkan secara matang,
terencana dan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Setiap tahun harus dilakukan evaluasi baik melalui penelitian maupun pengawasan terhadap terhadap
kebutuhan dan efektivitas pelaksanaan kerja pegawai pemerintah. Jaminan pengembangan karir pegawai harus direncanakan secara baik. Hingga saat ini
yang terjadi adalah seorang pegawai mengetahui masuknya dan kapan pensiunnya, tetapi tidak mengetahui secara pasti nasib pengembangannya setelah
masuk menjadi pegawai pemerintah. Demikian pula dengan kesejahteraan pegawai harus betul-betul dijaga, jangan sampai gaji dan tunjangan yang diterima
tidak menentu apalagi tidak pantas untuk hidup layak.
33
Ibid., hal 4
34
Ibid., hal 5
Universitas Sumatera Utara
1 Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan
pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.
2 Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. 3
Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai
kinerja PNS pada Instansi Pemerintah. 4
Tim penilai kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.
Pembinaan PNS dalam konteks kepegawaian di atas paling tidak meliputi tiga aspek ruang lingkup, yaitu aspek pembinaan sikap, pembinaan mental dan
pembinaan perilaku. Untuk mendukung kebijakan pokok dan arah pembinaan PNS, tentu harus ditopang oleh sistem kebijakan kepegawaian yang handal sesuai
dengan fakta realitas otonom daerah.
C. Hubungan Pembinaan dengan Perilaku Pegawai