Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana

Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat digunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut : 17 a. Teori Keseimbangan. Yang dimaksud dengan keseimbangan disini ialah keseimbangan antara syarat- syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban, atau kepentingan pihak penggugat dan pihak tergugat. b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi. Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim akan menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata. Hakim akan melihat keadaan pihak yang berperkara, yaitu penggugat dan tergugat dalam perkara perdata, dan pihak terdakwa atau Penuntut Umum dalam perkara pidana. Penjatuhan putusan, hakim mempergunakan pendekatan seni, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada pengetahuan hakim. c. Teori Pendekatan Keilmuan Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa 17 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta,2010, hlm. 106. dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya. Oleh karena itu, hakim dituntut untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan hukum maupaun ilmu pengetahuan lain, sehingga putusan yang dijatuhkannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dari segi-segi teori yang ada dalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perkara yang diperiksa, diadili dan diputuskan oleh hakim. d. Teori Pendekatan Pengalaman Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, karena dengan pengalaman yang dimilikinya seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat, ataupun dampak yang ditimbulkan dalam putusan perkara perdata yang berkaitan pula dengan pihak-pihak yang berperkara dan juga masyarakat. e. Teori Ratio Decidendi Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar untuk mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara. Landasan filsafat merupakan bagian dari pertimbangan seorang hakim dalam menjatuhkan putusan, karena filsafat itu biasanya berkaitan dengan hati nurani dan rasa keadilan yang terdapat dalam diri hakim tersebut, agar putusannya itu dapat memberikan rasa keadilan yang bersifat formal prosedural, tetapi juga keadilan yang bersifat substantif, dengan tetap mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan oleh para pihak, seperti aspek pendidikan education, aspek kemanusiaan humanity, ataupun aspek kemanfaatan, penegakan hukum law enforcement, kepastian hukum, dan aspek hukum lainnya. f. Teori Kebijaksanaan Teori Kebijaksanaan ini diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti, dimana sebenarnya teori ini berkenaan dengan keputusan hakim dalam perkara di pengadilan.Keputusan hakim sebagai dasar hukum umum pelaksanaan eksekusi dapat dikategorikan sebagai dasar hukum kebijakan pidana.Untuk menelaah keputusan hakim, lebih banyak berpangkal pada nilai-nilai serta norma-norma hukum yang mendasari pendirian dan pengetahuan dalam menetapkan keputusannya.Keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan telah dilaksanakan, dijadikan sebagai dokumen yang dinamakan yurisprudensi.Dokumen ini banyak mengandung nilai-nilai hukum yang telah diperlukan dan nyata kebenarannya.Bahkan tidak sedikit yang berlandaskan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan, agama, adat dan filsafat hukum. Kebebasan hakim mutlak dibutuhkan terutama untuk menjamin keobjektifan hakim dalam mengambil keputusan. Hakim memberikan keputusan mengenai hal- hal sebagai berikut : 1. Keputusan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa melakukan perbuatan yang telah dituduhkan kepadanya, dan kemudian 2. Keputusan mengenai hukumannya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan akhirnya, 3. Keputusan mengenai pidananya, apakah terdakwa memang dapat dipidana. Diatas dapat kita ketahui bahwa segala keputusan pengadilan selain harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan dasar untuk menggali, kaedah hukum yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Putusan pengadilan merupakan tanggungjawab hakim dalam melaksanakan tugasnya, untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan kepadanya dimana pertanggungjawaban tersebut tidak hanya dijatuhkan kepada hukum, dirinya sendiri ataupun masyarakat luas, tetapi yang lebih penting lagi itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha esa. III. METODE PENELITIAN Penelitian adalah suatu metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga dapat diperoleh suatu pemecahan bagi permasalahan itu.Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum dengan jalan menganalisa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang gunanya untuk memecahkan dan menganalisis guna memberi petunjuk pada permasalahan yang akan dibahas dengan menggunakan suatu sistem untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode yang digunakan yaitu :

A. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif empiris.Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum. 1 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134. Dengan menggunakan data sekunder, diantaranya asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif kodifikasi, undang-undang atau kontrak secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 2

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat darimana data tersebut diperoleh.Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berdasarkan data lapangan dan data pustaka. Jenis data dalam penulisan ini menggunakan dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer Data Primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama. 3 Data yang diperoleh secara langsung beruapa keterangan-keterangan dan pendapat dari responden dan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan melalui wawancara dan 2 Ibid, hal. 135. 3 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press, Jakarta,1984, hlm. 12. observasi.Penelitian skripsi ini dilakukan di lingkungan Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Kejaksaan Tinggi Lampung dan Fakultas Hukum Universitas Lampung.Respondennya adalah Hakim, Jaksa, dan Dosen. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, yang terdiri dari bahan hukm primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. a. Bahan hukum primer, yaitu : 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Jo. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 5. Undang-Undang 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia b. Bahan hukum sekunder yaitu sebagai bahan yang erat hubungannya dalam menjelaskan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisa, terdiri dari buku-buku, karya tulis ilmiah, hasil-hasil penelitian, dan petunjuk teknis maupun pelaksanaan yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang berguna untuk memberikan informasi, petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan