Definisi Operasional Prosedur Penelitian Cara Pengumpulan Data

d. Labrale Inferior Li

3.4.2 Variabel Tergantung

a. Jarak antara garis E terhadap Ls b. Jarak antara garis E terhadap Li c. Jarak antara garis S terhadap Ls d. Jarak antara garis S terhadap Li

3.4.3 Variabel Terkendali

a. Mahasiswa India-Malaysia FKG USU dengan kriteria yang telah diterapkan b. Jenis alat yang digunakan sama pada setiap subjek

3.5 Definisi Operasional

1. Pronasale Pr adalah titik paling anterior dari hidung. 2. Pogonion kulit Pog’ adalah titik paling anterior dari dagu. 3. Columella adalah titik tengah antara subnasale dan pronasale. 4. Labrale superior Ls adalah titik perbatasan mukokutaneous bibir atas. 5. Labrale inferior Li adalah titik perbatasan mukokutaneous bibir bawah. 6. Garis E Ricketts adalah garis yang ditarik dari pronasale ke pogonion kulit. 7. Garis S Steiner adalah garis yang ditarik dari columella ke pogonion kulit. 8. Mahasiswa FKG USU adalah mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif perkuliahannya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 9. Suku India Malaysia adalah suku India Tamil dua keturunan di atas yang berkewarganegaraan Malaysia. 10. Oklusi Normal adalah oklusi dengan tonjol mesiobukal molar permanen pertama rahang atas berada tepat pada groove bukal molar permanen pertama rahang bawah. 11. Usia adalah berdasarkan usia kronologis dari tanggal lahir sampel. Universitas Sumatera Utara 12. Konsistensi adalah ketetapan untuk menentukan sesuatu dengan tepat yang dinilai dari besarnya koefisien varians. 13. Posisi horizontal bibir adalah posisi anteroposterior dari bibir dilihat dari sisi kanan dan kiri kepala. a b Gambar 13. Garis-garis Referensi yang Digunakan. a. Garis E Pronasale-Pogonion Kulit, b. Garis S Pogonion Kulit-Columella

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

a. Tracing box b. Pulpen c. Pensil mekanik d. Penghapus e. Kalkulator f. Kaliper digital Universitas Sumatera Utara a b c f d e Gambar 14. Alat Penelitian. a. Tracing Box, b. Pulpen, c. Penghapus, d. Pensil Mekanik, e. Kalkulator, f. Kaliper Digital.

3.6.2 Bahan Penelitian

a. Sefalogram lateral b. Kertas tracing a b Gambar 15. Bahan Penelitian. a. Sefalogram Lateral, b. Kertas Tracing Universitas Sumatera Utara

3.7 Prosedur Penelitian

Skema Alur Penelitian Mahasiswa India Malaysia Radiografi sefalometri pada Subjek Penelitian Pengukuran posisi anteroposterior bibir atas dan bawah menurut Ricketts dan Steiner Penentuan sampel Tracing pada sefalometri Analisa dan pengolahan data Hasil analisa Universitas Sumatera Utara

3.8 Cara Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data suku sampel dilakukan dengan alat bantu kuesioner dan pemeriksaan klinis dengan kaca mulut dan prob untuk mendapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 2. Pengambilan foto radiologi sefalometri lateral pada sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3. Penapakan sefalogram lateral. Sefalogram ditracing dengan menggunakan tracing paper dan pensil 4H diatas pencahayaan tracing box. 4. Penentuan titik-titik referensi : Pronasale Pr, Pogonion kulit Pog’, Columella Co, Labrale superior Ls dan Labrale inferior Li. 5. Pada hasil tracing yang telah ditentukan titik-titik referensinya diserahkan kepada dosen pembimbing untuk diperiksa. 6. Dilakukan penarikan garis dari titik Pronasale Pr ke titik Pogonion kulit Pog’ dan dari titik Columella Co ke titik Pogonion kulit Pog’ yang selanjutnya disebut garis E Ricketts dan garis S Steiner. 7. Pengukuran jarak garis E dan garis S masing-masing terhadap titik Labrale superior Ls dan Labrale inferior Li dengan bantuan kaliper digital. 8. Sebelum melakukan pengukuran, peneliti melakukan uji intraoperator untuk mengetahui ketelitian peneliti dalam pengukuran. Uji intraoperator dilakukan dengan mengukur 5 sampel dalam dua waktu yang berbeda. Kemudian hasil yang didapat dianalisis dengan uji t-test. Jika hasil pengukuran menunjukkan p 0,05 H diterima berarti ketelitian operator dapat diterima untuk melakukan penelitian. 9. Hasil uji intraoperator menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengukuran dengan nilai p = 4 sehingga operator layak untuk melakukan pengukuran. 10. Dalam satu hari, pengukuran dibatasi pada 5 sefalogram untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang diperoleh akan lebih akurat. 11. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dicatat dan diolah datanya untuk dianalisis. Universitas Sumatera Utara

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Dokumen yang terkait

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 63 45

Akurasi Derajat Fibrosis Hati Berdasarkan Simpler Score (S Index) Terhadap Fibroscan Pada Pasien Penyakit Hati B Kronik

1 55 81

Perbandingan Lima Garis Referensi Dari Posisi Horizontal Bibir Atas Dan Bibir Bawah Pada Mahasiswa FKG Dan FT USU Suku Batak

2 46 80

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Ricketts Pada Mahasiswa Suku Batak FKG Dan FT USU

10 92 48

Perbandingan Konsistensi Garis E Ricketts dan Garis S Steiner dalam Analisis Posisi Horizontal Bibir pada Mahasiswa FKG USU suku India

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri - Perbandingan Konsistensi Garis E Ricketts Dan Garis S Steiner Dalam Analisis Posisi Horizontal Bibir Pada Mahasiswa Fkg Usu Suku India

0 0 17

PERBANDINGAN KONSISTENSI GARIS E RICKETTS DAN GARIS S STEINER DALAM ANALISIS POSISI HORIZONTAL BIBIR PADA MAHASISWA FKG USU SUKU INDIA

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 0 8

Jarak garis S1 dengan Labrale Superior dan Labrale Inferior Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah ( Konsistensi )

0 0 26

PERBANDINGAN LIMA GARIS REFERENSI DARI POSISI HORIZONTAL BIBIR ATAS DAN BIBIR BAWAH PADA MAHASISWA FKG DAN FT USU SUKU BATAK

0 0 12