Penyuluhan Pertanian Tinjauan Pustaka

Menurut Susanto dalam Khasanah 2008, adopsi inovasi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide, alat- alat, atau teknologi “baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi lewat penyuluhan. Manifestasi dari bentuk adopsi inovasi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode, maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikannya. Secara ideal, proses adopsi inovasi didahului dengan proses adaptasi terlebih dahulu dengan hasil akhir apakah menerima atau menolak inovasi tersebut. Penerimaan dalam adopsi inovasi mengandung arti tidak sekedar tahu tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar dan menghayatinya serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilannya Mardikanto, 1993. Mardikanto 1993 menyatakan bahwa sebelum terjadinya penerimaan adopsi suatu inovasi oleh petani akan dibutuhkan proses yang waktunya tidak dapat ditentukan untuk petani menilai apakah inovasi tersebut layak untuk dipraktikkan oleh mereka. Proses adopsi inovasi adalah bahwa petani bukan hanya sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakannya atau menerapkannya dengan benar. Karena adopsi merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan yang berupa inovasi maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan perilaku petani. Proses pengambilan keputusan menurut Rogers dan Shoemaker dalam Mardikanto 1993 diilustrasikan sebagai berikut: Dipikirkan dengan akal pikiran Dirasakan dengan hati perasaan Menolak Pengambilan keputusan Menunda Menerima Tidak melanjutkan Konfirmasi Melanjutkanadopsi Gambar 1. Bagan Proses Pengambilan Keputusan Menurut keterangan Rogers dan Shoemaker dalam Mardikanto 1993 tersebut menyampaikan bahwa suatu model proses pengambilan keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap yaitu: a. Tahap pengenalan di mana seseorang atau unit pembuat keputusan yang lain mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. b. Tahap persuasi di mana seseorang atau unit pembuat keputusan yang lain membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi.

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Tingkat Adopsi Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

2 21 106

. Pengambilan Keputusan Inovasi Budidaya Padi Hibrida MAPAN P-05 oleh Petani di Kecamatan Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah

5 49 124

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR – FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI PETANI PADA BUDIDAYA TANAMAN JERUK BESAR DI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

0 4 79

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR DI KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

0 10 109

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI BUDIDAYA PADI SINTANUR DI DESA PEENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

0 5 74

Pengaruh Karakteristik Inovasi dan Sistem Sosial terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 0 6

View of Adopsi Inovasi Budidaya Padi Organik Pada Petani Di Kelompok Appoli (Aliansi Petani Padi Organik Boyolali)

0 0 12