BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010
merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar
gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal Dinkes Sumatera Utara, 2006.
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh
intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang
menyimpang dari pola standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua
perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka Khomsan, 2003.
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40,6 persen penduduk mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal kurang dari 70 dari Angka Kecukupan
GiziAKG yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai 24,4 persen Balita, 41,2 persen anak usia sekolah, 54,5 persen remaja, 40.2 persen
Dewasa, serta 44,2 persen ibu hamil mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal. Sementara itu proporsi penduduk tertinggi dengan konsumsi 70 AKG
adalah NTB 46,6, dan terendah adalah provinsi Bengkulu 23,7 RisKesDas,2010
Dengan pengaturan makan dan minum secara seimbang dapat terbentuk kebiasaan makan yang baik untuk perkembangan fisik dan kognitif optimal,
menjaga BB normal, serta menurunkan risiko menderita penyakit kronis pada umur selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan di atas bahwa, perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang
sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim, piatu bahkan yatim piatu, tidak mampu dan terlantar. Dalam
memecahkan masalah keterlantaran anak maka diperlukan lembaga pengganti fungsi orang tua yang memiliki peran dan posisi sejenis melalui pemerintah dan
salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak PSAA. Namun dampak dari panti asuhan adalah pengasuhan dan perhatian terhadap nutrisi dan kesehatan mereka
masing-masing secara langsung kurang, sehingga kemungkinan angka malnutrisi tinggi. Demikian pula perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada
jumlah pengasuh, sehingga perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah. Kemungkinan lain berupa masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi
tidak sebanding dengan asupan yang diterima anak-anak panti asuhan. Jumlah panti asuhan yang terdaftar dan mendapat bantuan di kota Medan
adalah 18 panti asuhan. Penelitian ini akan dilakukan pada Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Jalan Mamiyai No.1 Tegal Sari Medan Sumatera Utara. Terkait
dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia 6 – 12
tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.
1.2. Rumusan Masalah