e. Peralatan
Peralatan merupakan salah satu sarana produksi untuk mendukung kegiatan usaha tani. Petani di desa Batukarang menggunakan peralatan seperti cangkul, sprayer, pisau pengiris, ember,
tali rafia, goni, kirang-kirang, batu asah dan sangkalan. Sebagian peralatan ada yang di beli di warung-warung yang ada di Desa Batukarang. Untuk membeli peralatan seperti cangkol, batu asah
dan pisau pengiris petani harus pergi ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Jarak Dari Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe merupakan jarak yang masih dapat
ditempuh oleh petani yang berada di desa Batu Karang. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan peralatan cukup tersedia..
f. Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan usahatani tembakau tenaga kerja dibutuhkan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan,
penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pengirisan, penjemuran, penyortiran dan pengemasan. Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani.
Penggunaan tenaga kerja yang di pakai di Desa Batukarang dalam kegiatan usahatani berdasarkan pada hari kerja orang yang berkerja pada lahan usahatani per hari.
Tabel 10. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam Di Daerah Penelitian.
NO Jenis Tahapan Pekerjaan
Penggunaan Tenaga Kerja
HKO
1 Pengolahan Lahan
7,3 2
Penanaman 6,06
3 Pemupukan
3,46 4
Penyiangan 3,4
5 Pemberantasa hama penyakit
2,86 6
Panen 3,63
7 Pengirisan
2,53 8
Penjemuran 3,2
9 Penyortiran
2,8 10 Pengemasan
2,93
Total Tenaga Kerja 38,2
Sumber : Data diolah dari Lampiran 8
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja per hektar dalam 1 musim tanam 3
bulan sebanyak 38 HKO. Luas lahan di Desa Batu Karang sebesar 765 ha dan jumlah penduduk usia produktif 2580 jiwa, sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 3 HKO per
hektar untuk mengusahakan usahataninya per harinya. Maka untuk 1 Ha lahan untuk usahatani tembakau rakyat dalam 1 musim tanam 3 bulan digunakan tenaga kerja 270 HKO. Penggunaan
tenaga kerja di daerah penelitian selama 1 musim yaitu sebanyak 38 HKOHa. Sehingga dapat dikatakan kebutuhan akan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.
Tingkat Produksi dan Produktifitas Tembakau rakyat Daerah Penelitian
Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian di desa Batu karang rata-rata sebesar 165,83 Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 531,8 KgHa atau 0,531 TonHa.
Tabel 11. Luas Tanaman dan Produksi Tembakau Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2011
KabupatenKota RegencyCity
Luas TanamanArea Ha No
Sisa Tahun
Lalu Rest
Tanam Planted
Panen Harvested
Produksi Production
ton
KabupatenRegency 1
Nias -
- -
- 2
Mandailing Natal 1,50
5,70 3,70
0,38 3
Tapanuli Selatan -
- -
- 4
Tapanuli Tengah -
- -
- 5
Tapanuli Utara -
- -
- 6
Toba Samosir -
- -
- 7
Labuhanbatu -
- -
- 8
Asahan -
- -
- 9
Simalungun -
- -
- 10
Dairi -
257,00 257,00
221,10 11
Karo -
19,00 11,00
15,00 12
Deli Serdang -
- -
- 13
Langkat -
- -
- 14
Nias Selatan -
- -
- 15
Humbang Hasundutan 62,05
205,00 144,00
125,00 16
Pakpak Bharat -
26,00 24,00
13,18 17
Samosir -
- -
- 18
Serdang Bedagai -
- -
- 19
Batu Bara -
- -
- 20
Padang Lawas Utara -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
21 Padang Lawas
- -
- -
22 Labuhanbatu Selatan
- -
- -
23 LabuhanbatUtara
- -
- -
24 Nias Utara
- -
- -
25 Nias Barat
- -
- -
KotaCity 26
Gunungsitoli -
- -
- Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat 5 Kabupaten dari 25 Kabupaten dan 1 Kota Mayda di Provinsi Sumatera Utara yang memproduksi tanaman tembakau rakyat. 5 Kabupaten itu yaitu
Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat merupakan sentral penghasil tembakau di Sumatera Utara dengan luas tanaman dan hasil produksi tembakau
yang berbeda- beda. Adapun produksi tembakau dari ke lima Kabupaten yang merupakan sentral Penghasil
tembakau sebagai berikut. Produksi tembakau di Kabupaten Mandailing Natal sebesar 380 KgHa atau 0,38 TonHa
dengan rata-rata produktivitas sebesar 102,70 KgHa Produksi tembakau di Kabupaten Dairi sebesar 221.100 KgHa atau 221,10 TonHa dengan rata-rata produktivitas sebesar 860,31 KgHa. Produksi
tembakau di Kabupaten Karo sebesar 15000 KgHa atau 15,00 TonHa dengan rata-rata produktivitas sebesar 1363,63 KgHa. Produksi tembakau di Kabupaten Humbang Hasudutan
sebesar 125.00 KgHa atau 125,00TonHa dengan rata-rata produktivitas sebesar 868 KgHa. Dan produksi tembakau di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 13180 KgHa atau 13,18 TonHa dengan
rata-rata produktivitas sebesar 549,16 TonHa. Bila produksi dan produktivitas tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batu karang
dibandingkan dengan ke lima kabupaten penghasil tembakau di Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diketehui bahwa :
a. Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian 214,17 Kg lebih rendah dibandingkan
dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan Produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 0,429 TonHa lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
b. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,329 TonHa lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Dairi. c.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 12334,17 Kg dan 0,832 TonHa lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Karo
d. Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,337 TonHa lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Humbang Hasudutan e.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 13014,17 Kg dan 0,018 TonHa lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat.
Maka dengan demikian produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian tergolong rendah.
Dari uraian diatas maka hipotesis 2 yang menyatakan produksi dan produktivitas di daerah penelitian tinggi di tolak.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Usahatani di Daerah Penelitian
Tabel 11 : Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Per Petani dan Per Hektar Di Daerah Penelitian selama 1 Musim Tanam
.
No Jenis Biaya
Rata-RataPetani Rata-RataHa
RpKg RpKg
1 Biaya
1.1 Lahan -
Sewa 1.666.666,67
1762202.38 -
Milik Sendiri 51.166,67
58.740,07 1.2 Bibit
427.500 1.315.892,86
1.3 Garam 60.769,23
188.415,75 1.4 Pupuk
- Pupuk Amapos
219.000 708.857,14
- Pupuk NPK
277.586,21 881.867,82
- Pupuk KCL
311.551,72 975.952,40
1.5 Tenaga Kerja -
Pengolahan Lahan 390.000
1.284.047,61 -
Penanaman 321.666,67
1.012.777,78 -
Pemupukan 173.333,33
574.444,44 -
Penyiangan 170.000
547.023,80 -
Pemberantasan hama dan penyakit
143.333,33 451.825,39
- Panen
183.333,33 601.349,20
- Pengirisan
126.666,67 408.472,22
- Penjemuran
160.000 553.849,20
- Penyortiran
4.200.000 514.841,27
- Pengemasan
4.400.000 511.230,15
1.6 Penyusutan Peralatan 2.570.165,47
8.539.385,41 Total Biaya
6.792.532,14 21.005.162,27
2 Harga tembakau
90.000 90.0000
3 Penerimaan
14.925.000 47.862.857,14
4 Pendapatan
8.092.167,85 26.857.694,87
5 BEP Volume Produksi
75,87 248,94
6 BEP Harga
42.160,83 42.160,83
7 RC
2,15 2,15
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-18
Dari tabel11 dapat dilihat biaya produksi di daerah penelitian terdiri dari biaya lahan,garam ,bibit, pupuk, tenaga kerja dan penyusutan dengan total sebesar Rp6.792.532,14 per petani dan
Rp21.005.162,27 per hektar. Penerimaan rata-rata yang diperoleh dari penjualan tembakau Rp
Universitas Sumatera Utara
90.000 yaitu sebesar Rp14.925.000 per petani dan Rp47.862.857,14 per hektar. Dan total
pendapatan petani di lokasi penelitian sebesar Rp8.092.167,85 per petani dan Rp26.857.694,87 per hektar.
Tabel 12. Pendapatan Usahatani Tembakau Per HKO di Daerah Penelitian NO
Uraian Per Petani
Rp Per Hektar
Rp
1 Pendapatan Usahatani
8.092.167,85 26.857.694,87
2 Jumlah Tenaga Kerja
32 125
3 Pendapatan UsahataniHKO
252.880 214.861
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-15 Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani per petani
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan akan diperoleh sebesar Rp 8.092.167,85 per petani dan pendapatan usahatani per hektar sebesar Rp26.857.694,87. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861 untuk luas per hektar dan jika
dibandingkan dengan upah buruh harian lepas per hariHKO di daerah penelitian sebesar Rp 50.00, maka dapat diketahui bawha masyarakat di Desa Batukarang lebih menguntungkan mengusahakan
usahatani tembakau daripada menjadi buruh tani. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan tingkat pendapatan usahatani di daerah
peneltian relatif lebih tinggi daripada upah harian rata-rata di daerah penelitian, diterima.
Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani tembakau dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani tembakau yang diusahakan petani di daerah penelitian layak atau tidak. Untuk
mengetahui kelayakan digunakan kriteria Break Even Point BEP dan Return of Cost Ratio RC. Dari tabel dapat diketahui bahwa perhitungan BEP volume produksi selama 1 musim tanam
adalah sebesar 75,87 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam di daerah penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 165,83 kg. Dan untuk perhitungan BEP volume
produksi selama 1 musim tanam per hektar di daerah penelitian diperoleh titik impas yaitu sebesar
Universitas Sumatera Utara
248,94 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam per hektar di daerah
penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 531,8 Kg. Dan untuk perhitungan BEP harga tembakau selama 1 musim tanam dan per hektar yaitu sebesar
42160,83 sedangkan harga tembakau selama 1 musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.90.000Kg. Maka dapat dikatakan harga penjualan petani bahwa harga penjulan petani telah
melalui titik impas BEP harga tembakau, maka kegiatan usahatani tembakau di daerah peneltian telah menguntungkan.
Untuk RC Ratio yaitu sebesar 2,15 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,15. Hal ini disebabkan karna harga jual tinggi dan jumlah
yang dijual banyak sehingga penerimaannya tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan kecil. Berdasarkan uji kriteria kelayakan yang menyatakan usaha dikatakan layak apabila RC1, maka
kegiatan usahatani di daerah penelitian layak untuk di usahakan. Maka hipotesis 3 yang menyatakan kegiatan usahatani layak untuk dikembangkan dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN