Berdasarkan tabel di atas dapat bahwa pada seluruh responden dengan tingkatan kelas XI yang mempunyai pengetahuan baik, sedang, dan buruk masing-
masing adalah 60, 37,8 dan 2,2. Sedangkan pada responden kelas XII yang mempunyai pengetahuan baik, sedang dan buruk masing-masing adalah 64,5,
33,3 dan 2,2.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam mengenai kesehatan
reproduksi remaja berada dalam pada kategori baik 62,2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maolinda, Sriati, Maryati 2012 di
Bandung. Ini dikarenakan responden telah menerima pendidikan tentang sistem reproduksi terdapat dalam kurikulum pelajaran biologi SMP yang mencakup topik
sistem reproduksi pria, sistem reproduksi wanita, siklus menstruasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio, dan kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi.
Dari hasil uji tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, peneliti menguraikan pengetahuan menjadi 3 topik, yaitu pubertas, konsep
kehamilan, dan penyakit menular seksual PMS. Berdasarkan tabel 5.4. tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam tentang pubertas dalam kategori baik. Terlihat pada tabel bahwa sebanyak 77 orang 85,6 yang berpengetahuan baik. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2012 di Bogor. Ini dikarenakan responden telah mempelajari dan mengalami sendiri terjadinya perubahan-
perubahan baik secara fisik maupun hormonal sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Notoatmodjo 2007 tentang tingkat pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan terbagi menjadi enam tingkatan, yaitu: tahu know, memahami comprehension,
aplikasi application, analisis analysis, evaluasi evaluation. Berdasarkan tabel 5.5. tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam tentang konsep kehamilan dalam kategori baik. Terlihat pada tabel bahwa sebanyak 77 orang 85,6 yang berpengetahuan baik. Hasil
Universitas Sumatera Utara
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sentosa 2010 di Medan. Ini dikarenakan siswa SMA lebih mendalami pelajaran biologi
dibandingkan siswa SMK yang mempelajari pelajaran biologi yang hanya berhubungan dengan dunia kerja karena siswa SMK ditempah untuk siap
memasuki dunia kerja. Pada kurikulum biologi SMA terdapat topik struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem reproduksi yang mencakup subtopik
struktur dan fungsi alat reproduksi pria dan wanita, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi, fertilisasi, gestasi, dan kehamilan, ASI, KB, dan
kelainanpenyakit sistem reproduksi yang sudah pernah dipelajari pada pelajaran biologi pada tingkatan sekolah menengah pertama SMP. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nanda 2005 dalam Pramuditha 2010 bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya terdapat faktor keterpaparan dan
kefamiliaran informasi. Siswa SMA kembali dipaparkan dengan informasi yang sudah pernah diketahui familiar sehingga memiliki pengetahuan yang lebih baik.
Berdasarkan tabel 5.6. tingkat pengetahuan mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang penyakit menular seksual PMS dalam kategori
sedang. Terlihat pada tabel bahwa sebanyak 44 orang 48,9 yang berpengetahuan sedang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yunita 2012 di Grobongan, Jawa Tengah. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh responden mengenai PMS baik dari
keluarga, pendidikan di sekolah, petugas kesehatan, maupun media massa. Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan
berdasarkan usia, ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar terdapat pada usia 17 tahun yaitu sebesar 66,
untuk pengetahuan sedang paling banyak adalah usia 18 tahun yaitu sebesar 100, dan pengetahuan buruk paling banyak pada usia 17 tahun, yaitu 4,2.
Hasil ini sesuai dengan Sentosa 2010, akan tetapi tidak sesuai dengan pendapat Hadi 2008 dan hasil penelitian Prihyugiharto 2008 dalam Sentosa 2010, yang
mengatakan bahwa semakin tinggi usia atau semakin tua usia seseorang maka akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan setiap
individu memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses informasi dari
Universitas Sumatera Utara
internet maupun mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari siapa saja, baik dari orang tua, teman, tenaga kesehatan, mau pun dari media massa.
Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan bedasarkan tingkatan kelas ditemukan bahwa tingkat pengetahuan
responden kelas XII lebih baik dibandingkan responden kelas XI, akan tetapi hasil ini tidak signifikan karena perbedaan hasilnya tidak jauh berbeda.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pengetahuan dasar yang
perlu diberikan kepada remaja antara lain aspek tumbuh kembang remaja, penyakit menular seksual PMS dan HIVAIDS serta dampaknya terhadap
kesehatan reproduksi, bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang pada kesehatan reproduksi, pengaruh social dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan
seksual dan cara menghindarinya, dan hak-hak reproduksi IDAI, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang
kesehatan reproduksi remaja dalam kategori baik, yaitu sebanyak 56 orang
62,2 dari 90 responden.
2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang
pubertas dalam kategori baik, yaitu sebanyak 77 orang 85,6 dari 90
responden.
3. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang
konsep kehamilan dalam kategori baik, yaitu sebanyak 77 orang 85,6 dari
90 responden..
4. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang
penyakit menular seksual PMS dalam katergori sedang, yaitu 44 orang
48,9 dari 90 responden.
6.2. Saran
1. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk memasukkan pendidikan kesehatan
reproduksi ke dalam kurikulum pendidikan sehingga dapat menambah wawasan siswa tentang kesehatan reproduksi.
2. Bagi remaja diharapkan untuk lebih giat mencari informasi tentang kesehatan
reproduksi tidak hanya dari media massa, internet, tetapi juga melalui sumber informasi lain, seperti petugas kesehatan dan orang tua agar lebih terarah dan
tidak terjerumus ke arah perilaku yang menyimpang. 3.
Bagi orang tua diharapkan untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak-anaknya dan tidak menganggap bahwa membicarakan pendidikan
Universitas Sumatera Utara