Observasi dan Interpretasi Siklus I

commit to user 7 Guru menilai kegiatan berbicara siswa dengan lembar penilaian unjuk kerja. 8 Guru berdiskusi dengan siswa melakukan evaluasi terhadap cara bertelepon siswa. 9 Guru memberi penghargaan terhadap pasangan yang tampil bagus di depan teman-temannya. 10 Guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. 11 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 12 Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. 13 Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran berbicara dengan metode pasangan terstruktur di kelas VII E SMP Negeri 2 Karangjati. Peneliti mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pada pelaksanaan proses pembelajaran berbicara dengan metode pasangan terstruktur, guru mengajarkan materi bertelepon dengan tema ”bertelepon dengan teman”. Pada awal pembelajaran, guru menerangkan mengenai tema pembelajaran. Kemudian, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai. Setelah itu, siswa berpasangan sesuai dengan kelompok pasangan yang telah dibagi oleh guru yaitu sesuai dengan perbedaan kemampuan berbicaranya. Siswa yang kemampuan berbicaranya baik dipasangkan dengan siswa yang kemampuan berbicaranya kurang sehingga siswa yang kemampuan berbicaranya kurang dapat termotivasi atau terbantu dengan siswa yang kemampuan berbicaranya baik. Guru menugasi masing-masing pasangan untuk melakukan diskusi dan latihan bertelepon dengan pasangan yang sudah ditentukan mengenai tema ”bertelepon dengan teman” selama 10 menit. Setelah waktu berdiskusi dan berlatih habis, guru commit to user menugasi masing-masing pasangan tersebut untuk praktik bertelepon dengan tema yang sudah ditentukan di depan teman-temannya secara bergantian. Setelah semua siswa tampil bertelepon, guru memberi kesimpulan terhadap hasil pembelajaran dan memberi tahu nilai yang terbaik dari pasangan siswa. Dari kegiatan tersebut, diperoleh diskripsi tentang jalannya proses belajar mengajar berbicara bertelepon dengan metode pasangan terstruktur sebagai berikut. 1 Sebelum mengajar, guru telah membuat RP yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. RP tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni KTSP. 2 Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran bertelepon dengan metode pasangan terstruktur dengan benar, yaitu dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan diajarkan pada hari itu kepada siswa, yaitu bertelepon secara berpasangan. Kemudian, guru meminta siswa untuk berdiskusi dan berlatih dengan pasangan yang sudah ditentukan guru mengenai tema bertelepon yang sudah ditentukan tersebut. Setelah itu, siswa diminta secara berpasangan tampil bertelepon di depan kelas. 3 Guru memotivasi siswa agar mau bertelepon secara berpasangan dan bekerja sama dengan pasangannya. Guru menjelaskan bahwa kerja sama dan kekompakkan menjadi aspek penilaian yang tentunya berbeda dengan penilaian sebelumnya yang tidak memperhatikan aspek kerja sama dan kekompakkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar bertelepon dengan teman, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: 1 Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran bertelepon selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 53 17 siswa, sedangkan 47 15 siswa lainnya kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa tersebut tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Siswa tersebut duduk di kursi bagian belakang dan samping kiri dari tempat duduk guru, commit to user sedangkan posisi guru lebih banyak berada di depan kelas dan duduk di kursi. Jadi, banyak siswa yang merasa tidak diperhatikan oleh gurunya. 2 Siswa yang menunjukkan keberanian ketika praktik bertelepon di depan kelas sebesar 59 19 siswa, sedangkan 41 13 siswa lainnya hanya mau praktik bertelepon di depan kelas kalau ditunjuk oleh guru dengan alasan kurang percaya diri, takut, dan malu. 3 Siswa yang dapat bekerjasama dengan teman pasangannya mencapai 56 18 siswa, sedangkan 44 14 siswa lainnya tampak sibuk sendiri atau malah bermain-main sendiri. 4 Siswa yang melakukan praktik bertelepon di depan kelas dan telah mencapai batas ketuntasan minimum 65 sebesar 56,25 18 siswa, sedangkan 43,75 14 siswa lainnya belum mencapai batas ketuntasan. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru terlihat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: 1 Posisi guru lebih banyak di depan kelas dan duduk di kursi pada waktu mengajar, sehingga ia tidak dapat memonitor siswa yang duduk di bagian belakang. 2 Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk berbicara di depan kelas. Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa kelemahan, yaitu: 1 Saat berdiskusi, tidak semua siswa aktif dalam kegiatan tersebut. Masih banyak siswa yang bersenda gurau. Hal ini menyebabkan penampilan siswa saat bertelepon kadang tidak maksimal. 2 Siswa belum mempunyai rasa percaya diri dan masih malu-malu ketika tampil berbicara di depan kelas sehingga mempengaruhi kualitas saat berbicara di depan kelas. 3 Kelancaran bertelepon belum muncul pada awal pembelajaran. Sebagian besar siswa hanya bertelepon dengan singkat karena siswa terkadang masih terlihat commit to user diam karena lupa dengan apa yang akan dibicarakan, maka siswa segera mengakhiri percakapan telepon. 4 Siswa lain yang sedang tidak tampil banyak yang tidak memperhatikan temannya yang tampil ke depan kelas. Mereka banyak yang berbicara dengan temannya yang lain ataupun masih latihan bertelepon dengan pasangannya . 5 Siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 43,75 ; 6 Mayoritas siswa bertelepon dengan suara yang pelan sehingga siswa bagian belakang tidak bisa mendengarnya.

d. Analisis dan Refleksi

Dokumen yang terkait

Peningkatan Keterampilan Berbicara Tematik dengan Metode Komunikatif pada Siswa Kelas XA MAN Kendal Tahun Ajaran 2010 2011

2 14 138

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE PASANGAN TERSTRUKTUR PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 KARANGJATI TAHUN AJARAN 20092010

0 4 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 GUNUNGJAYA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 2 47

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 SIDOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR IDOLA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 2 7

Peningkatan Keterampilan Berbicara Ekspresif dengan Teknik Simulasi Tokoh Idola pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri I Mayong Jepara Tahun Ajaran 2008/2009.

0 1 215

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 16 Surakarta.

0 0 19

Peningkatan Keterampilan Berbicara Sesuai Unggah-ungguh Basa Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kebakkramat Karanganyar.

0 0 8