58
kondisi ini pekerja merasakan ketegangan sehingga dapat menyebabkan stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Anies 2014 bahwa lingkungan kerja yang kurang nyaman
serta beban kerja yang bertambah tidak sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan pekerja merasa lelah dan berada dalam ketegangan tinggi atau yang
disebut stres. Menurut Hariandja 2002 stres merupakan situasi ketegangan atau tekanan
emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan, dan adanya kesempatan yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran,
dan kondisi fisik seseorang. Ketegangan ini mengacu pada perasaan tidak tenang, kekhawatiran, dan kegelisan yang dapat berakibat kepada pikiran, emosi, dan kondisi
fisik seseorang misalnya gemetar, lemas, dan lain-lain. Menurut Patton 1998 dalam Tarwaka 2004 mengatakan bahwa stres dapat
disebabkan oleh faktor usia, jenis kelamin, temperamental, pendidikan, tingkat emosional, kepercayaan diri, sosial kognitif, dan strategi untuk menghadapi stres
yang muncul. Hal ini juga sependapat dengan Robbins dan Judge 2008, ketika stres dialami oleh seseorang, gejala-gejalanya dapat muncul ke permukaan sebagai akibat
fisiologis, psikologis dan perilaku
5.4. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Stres Kerja
Pada hasil uji chi-square antara kebisingan dengan stres kerja dapat diketahui nilai p = 0,001 dimana p 0,05, keputusan uji Ho ditolak artinya ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
59
antara kelelahan dengan stres kerja pada pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III tahun 2016.
Hal ini sejalan dengan penelitian tentang ”Pengaruh Kebisingan Terhadap Stress Kerja Tenaga Kerja Penggilinga
n Padi CV Padi Makmur Karanganyar”, yang dilakukan oleh Idhayu Oktarini 2009 yaitu ada pengaruh antara kebisingan terhadap
stess kerja di penggilingan CV Padi Makmur Karanganyar Solo, dengan nilai p value sebesar 0,01. begitu juga dengan pendapat Pandji Panoraga 2006:11 yang
menyatakan bahwa kebisingan dapat menimbulkan stres kerja terbukti dari beberapa buku yang ditunjang oleh sejumlah literatur telah menunjukkan bahwa
unsur-unsur tertentu seperti suara bising, suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dan banyak penghambat lain mempunyai kemungkinan yang tidak terelakkan
sebagai penyebab stres di dalam lingkungan kerja Adanya hubungan antara kebisingan dengan stres kerja ini disebabkan oleh
waktu kerja yang begitu lama 8 jam kerja, yaitu jam kerja dimulai dari pukul 07.00- 19.00 dan 19.00-07.00 WIB. Kegiatan pengolahan dilakukan dalam waktu 6 hari
kerja dalam seminggu. Akibat dari kegiatan aktivitas fisik tersebut pekerja banyak mengeluarkan energi lebih untuk mencapai target produksi yang ditentukan atau
bahkan lebih bila banyaknya buah kelapa sawit yang masuk, sehingga hal ini menyebabkan pekerja merasakan kelelahan. Setiap hari pabrik ini melakukan
pengolahan minyak kelapa sawit dan inti sawit yang hasilnya akan dijual kepada pihak pembeli. Dengan lingkungan pabrik yang panas bising dan bau serta beban
kerja yang cara bekerja membutuhkan tenaga fisik, dapat menyebabkan pekerja
Universitas Sumatera Utara
60
merasa lelah yang juga dapat berkontribusi terhadap stres kerja. Waktu istirahat yang diberikan perusahaan sebanyak 2 kali jam istirahat masing-masing 60 menit, hal ini
dilakukan secara bergantian oleh pekerja. Banyak pekerja memanfaatkan waktu istirahat untuk pulang kerumah sejenak, jarang sekali pekerja beristirahat di pabrik.
Di pabrik tidak ada disediakan air minum untuk pekerja, sehingga pekerja membawa air minum dari rumah masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara dari para pekerja, bahwa faktor-faktor dalam industri yang mempengaruhi stres adalah paparan kebisingan, shift kerja dan usia,
dimana para pekerja terpapar kebisingan dengan intensitas melebihi Nilai Ambang Batas NAB yaitu diatas
≥85 dBA, serta para pekerja yang memiliki 2 shift dalam 1 hari bekerja yaitu shift pagi mulai pukul 07:00
– 19:00 WIB dan shift malam mulai pukul 19:00
– 07:00 WIB , dimana waktu tersebut melebihi standart bekerja, yaitu lebih dari 8 jam perhari, serta banyak pekerja yang berusia di atas 42 tahun yang
memungkinkan terjadinya stres kerja. Gejala stres yg paling banyak di alami oleh yaitu terdapat pada gejalan fisik
dimana para pekerja mengalami banyak keringat dan itu secara terus menerus dirasakan oleh para pekerja tersebut serta gejala prilaku dimana para pekerja
mengalami peningkatan konsumsi rokok atau pun kopi diakibatkan oleh pekerjaan yang monoton.
Menurut Tarwaka 2004 mengatakan bahwa penyebab stres antara lain yaitu aktivitas kerja fisik, stasiun kerja tidak ergonomis, kerja bersifat monotoni,
Universitas Sumatera Utara
61
lingkungan kerja ekstrim, waktu kerja istirahat tidak tepat dan kebutuhan kalori yang kurang.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pekerja mengatakan bahwa terkadang pekerja diperintah oleh atasan seperti asisten, adanya perbedaan
umur dan perbedaan posisi jabatan kerja sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres pada diri pekerja tersebut. Begitu pula menurut Beehr dan Newman dalam Anies
2014 bahwa gejala perilaku seperti penurunan kualitas hubungan antar teman kerja maupun keluarga merupakan gejala terjadinya stres. Penggunaan alat pelindung diri
APD sangat jarang digunakan oleh pekerja dengan alasan tidak nyaman bekerja bila menggunakannya, namun yang sering dipakai adalah seperti sepatu boot dari karet
agar bisa berjalan dikeadaan lantai licin. Selain itu, Perusahaan juga telah melakukan berbagai upaya guna mencegah
dampak buruk yang dihasilkan oleh intensitas kebisingan di tempat kerja yaitu dengan meningkatkan kesadaran yang tinggi terhadap penerapan peraturan SMK3 di
tempat kerja, karena peraturan ini dirancang selain untuk meningkatkan tingkat produktivitas pegawai namun juga untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
pegawai. Selain itu, Perusahaan juga dapat memberikan sedikit hiburan pada pegawai seperti dengan mengadakan rekreasi untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan
selama bekerja di lingkungan kerja sehingga dapat mengurangi risiko stres kerja.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN