Implementasi SAP berbasis akrual Impl

15 LO. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih sebenarnya bukan hal yang baru, sebab laporan ini, dulunya ketika akuntansi pemerintahan masih menggunakan basis kas merupakan bagian dari laporan surplus defisit.

2.1.5 Implementasi SAP berbasis akrual

Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik di lingkungan mereka, terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual basis. New Zealand merupakan contoh negara yang sukses menerapkan sistem accrual basis sejak tahun 1991. Sistem yang diterapkan di negara ini telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menghasilkan informasi yang lebih komprehensif dibandingkan dengan sistem cash basis dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Tujuan pengenalan accrual basis ini adalah untuk memfasilitasi transparansi yang lebih besar pada organisasi pemerintah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sementara itu, beberapa negara Uni Eropa lainnya masih mengendalikan pengeluarannya dengan menggunakan cash basis Mardiasmo,2009. Namun, beberapa kasus menunjukkan bahwa reformasi ke arah accrual basis ternyata tidak seluruhnya menjamin keberhasilan. Kasus yang terjadi di Italia menunjukkan bahwa pengenalan terhadap accrual basis memberikan kontribusi yang kurang signifikan terhadap transparansi, efisisensi dan efektivitas organisasi publik di negara tersebut. Perubahan dari cash basis menjadi accrual basis memang tidak dapat dilakukan secara terburu-buru. Perlu analisis yang mendalam dan kompleks terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya, salah satunya basis kas merupakan bagian da da ri ri laporan sur ur pl pl us u defisit.

2.1.5 Impl

pl e ementasi SAP ber r ba basi s s s ak k ru ru al al B Beberapa neg ga ara a te e lah mereformasi ak k un n ta ans ns i i se sektor publik di di lingkungan me mereka, te e ru ruta tama ma perub b ah ah an dari cash b asis men ja jadi di accrua a l l ba ba si si s. New Ze Z aland merupa pa ka ka n n cont nt o oh n eg ara yang sukse s menerapkan s iste m m accrua ua l l ba ba sis s s ej e ak ta a hu hu n 19 1 91 1 . Si stem yan g diterapkan di negara i ni telah m am mpu m mem emberika an n ko ko nt nt ribu u s si yang besar dala m mengha si lkan i nf ormasi yang lebi h komp mp re re he he nsif f diband d i ingk an den ga n sistem cash b as is d al am hal k ua ntitas dan kuali i tasnya ya . Tujuan n pengenalan accrua l basis ini adalah un tuk memfasilitasi tran sp paransi i y an g g lebi h h be b sar pa da o o rg rg an an is is as as i i pemerintah d d an an m m en en ingkatka n ef fis is i iensi da da n n ef e ektivitas. Sementara itu, bebe ber rapa pa negara Uni Eropa lainnya ma ma si si h h me meng g en en dalikan pengeluarannya dengan menggunakan ca ca sh sh b ba asis M Mar ardiasmo 2 ,2 00 00 9 9. Na Na m mun, beb eber er ap ap a a ka ka su sus menu u nj njuk uk ka kan b ba h hwa refo fo rm rm a asi ke arah a a cc cc rual b as as is is t ternyata tidak se s luruhn n y ya menjamin ke kebe be rh rh asilan n . . K Kasus yang terjadi di Italia menunjukkan n bahwa p pengenalan terhadap accrual basis memberikan kontribusi yang kur rang sign i ifikan terhadap transparansi, efisisensi dan efektivitas organisasi publik di n negar ra tersebut. Perubahan dari cash basis m m en jadi accrual basis memang tidak dapat 16 adalah faktor sosiologis masyarakat negara tersebut Yamamoto dalam Mardiasmo,2009. IFAC dalam Nazier 2009 menyatakan perubahan fundamental sistem pelaporan dan akuntansi dari cash basis menjadi accrual basis perlu dikelola dan dipersiapkan dengan baik. IFAC mensyaratkan agar proses transfer tersebut berjalan dengan lancar perlu persiapan memadai yang meliputi adanya mandat dari peraturan perundang-undangan yang jelas, komitmen politik, komitmen dari pemerintah pusat dan daerah, SDM yang memadai, kemampuan teknologi dan sistem informasi yang memadai , dan wewenang dalam melakukan perubahan yang didukung oleh legislatif Kemudian menurut KSAP 2010 setelah syarat –syarat implementasi dipenuhi, pemerintah dan pemerintah daerah dapat melaksanakan langkah – langkah penerapan basis akrual di pemerintah daerah. Pada tingkat daerah, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan level kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan sebagai berikut : meningkatkan skill pelaksana, membangun awareness, dan mengajak keterlibatan semua pihak. 2. Menyiapkan dokumen legal yang bersifat lokal seperti peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem prosedur. 3. Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara penuh. Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi mereka serta adanya langkah – langkah strategis untuk mengimplementasikan basis akuntansi fundamental sistem pelaporan n d d a an akuntan i si d d ar ar i cash basis menjadi accrual basis perlu dikelola dan d d i ipersiapkan dengan baik. IFAC me m nsyaratkan agar proses transfer terse e b but berjalan denga a n la la nc n ar ar p p er er lu u p p ersiapan mem m ad ad ai yang meliputi adanya ya mandat dari p p er r a atur u an perundang-und d an nga ga n n ya ya n ng jelas, komi mitm tm en politik, ko o m mitmen d d ar ar i i pe p merint nt ah ah p usat dan d aerah, S DM DM y y ang me me ma ma da d i, kem mam a puan teknol ol og ogi i da da n si i st st em i nf ormasi yang memadai , dan wewe na nang d d l alam am m m elaku ukan pe e ru rub ba h han y ya ng didukun g ol eh legisla ti f K Ke mu dian menurut K SAP 2 01 0 set el ah syarat –syarat imp p le leme me nt n asi i dipenu u h hi , pemerint ah dan pem er inta h da erah dapat mel aksanaka n n langkah – – langka a h penerapan basis ak ru al d i pemerint ah dae ra h. Pada tingkat da e rah, str rateg gi penera rap pa n ba si s ak ru u al al d d ap ap at at d d il il akukan sebag ag ai ai b b er er ik ik ut ut : : 1. Sosialisasi dan pelatihan ya a ng ng b b erjenjang. Berjenjang yang dimak ak su su d d me meliputi pimpinan level kebijakan sampai dengan pelaksana tekn kn is is, , de deng ng an tujuan sos i ia li lisa sa si si d dan p el el at atih ih an an s s eb eb agai b b er er ik ik ut ut : men i in gk at t ka ka n n skill pe pe la la ksana, , m m e embangun awar r en e ess, da a n n mengajak ket t er er li li ba b tan se e mu mua pihak. 2. Menyiapkan dokumen lega al yang be e r rsifat lokal seperti peraturan kepala daerah tentang kebijakan aku u nt n ansi dan n sistem prosedur. 3. Melakukan uji coba sebagai i tah h a apan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara penuh 17 yang baru ini, diharapkan pemerintah kita siap mempraktikan akuntansi berbasis akrual penuh secara benar dan profesional. . 2.1.6 Kesiapan Pemda dalam Implementasi PP No.71 Tahun 2010 Armenakis et al. dalam Herlina 2013 mendefinisikan kesiapan readiness sebagai penanda kognitif terhadap perilaku dari penolakan atau dukungan terhadap upaya perubahan. Sedangkan definisi kesiapan untuk berubah yang dikemukakan oleh Holt et al. dalam Herlina 2013 adalah Sikap komprehensif yang mempengaruhi secara berkelanjutan oleh isi contoh : apa yang sedang berubah, proses contoh: bagaimana perubahan diimplementasikan, konteks contoh: keadaan yang berada pada saat perubahan terjadi, dan individu contoh: karakteristik dari mereka yang diminta untuk berubah melibatkan dan secara kolektif merefleksikan keluasan terhadap individu atau sekumpulan individu sebagai kenaikan secara kognitif dan secara emosional untuk menerima, menyetujui, dan mengadopsi sebuah rencana khusus yang bermaksud untuk mengubah status quo. Teori kesiapan yang dikemukakan oleh Holt et al., dalam Herlina 2013 yang dikaitkan ke dalam penelitian dapat dilihat dari : 1. Isi apa yang berubah Perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan dari sistem akuntansi berbasis kas menuju akrual PP No.24 Tahun 2005 menjadi sistem berbasis akrual penuh. . 2.1.6 Kesiapan P P em emda dalam Implementasi PP No. 71 71 Tahun 2010 Arme e n nakis et al. dal al am m H H er er li li na na 2013 mendef efin in isikan kesiapan readine ness sebagai pe pena na n nda kognitif terha da da p p pe pe ri rila la ku dari peno nolakan atau du u k kungan t t er er ha ha da da p up p ay ay a a peru bahan. S edangkan d d ef ef in i isi ke e si si ap ap an an untuk b b erubah yang g d dik ikem em ukak ak an o le h Holt et al . dalam Herlina 2 2 013 3 a a da dala la h Si Sikap ko o mp m rehens ns if yang mempengaruhi s ec ara berkel an ju tan oleh i i si s co cont nt o oh : apa pa ya ya ng ng sed d an g berubah, pros es contoh : ba gaim an a perubahan diim pl l emen en ta ta si si ka k n, kontek k s contoh: k ea da an yang be ra da p ad a sa at perub ah an terjadi, d dan individ du u c onto o h: karakteristik dari me re ka yang di mi nta un tuk berubah m el ib i atkan n da n n secara ra k ol ek tif me re re fl fl ek ek si si ka ka n n keluasan ter er ha ha da da p p in in di vidu atau se se k kumpul ul an an in i dividu sebagai kenaikan secara k k og og ni i ti ti f f dan secara emosional untuk mener erim im a a, me meny y et et uj uj ui, dan mengadopsi sebuah rencana khusus yang bermak ak s sud d un unt tuk me meng ngubah h s t ta t tus qu qu o. o. T Te eo ri kes ia ia pa pan n ya ya ng ng d dikem uk uk ak ak an an o l le h h H Ho l lt et al al ., d dalam Herl in in a a 2 013 y y an ang dikaitkan ke d d alam pen enelitian dapat di dili li ha ha t dari : : 1. Isi apa yang berubah Perubahan yang dimaksud da alam pene elitian ini adalah perubahan dari sistem akuntansi berbasis kas menuju a a krua ual PP No.24 Tahun 2005 menjadi sistem berbasis akrual penuh 18 2. Proses bagaimana perubahan diimplementasikan Mazmanian dan Sabtier dalam Herlina 2013 mendefinisikan implementasi sebagai pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula dalam bentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuansasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstruktur mengatur proses implementasinya. Proses ini akan berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok- kelompok sasaran, dampak nyata baik yanh dikehendaki atau yang tidak dari output tersebut, dampak keputusan sebagai yang dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan penting atau upaya untuk melakukan perbaikan terhadap undang-undangperaturan yang bersangkutan. 3. Individu Penilaiannya dilihat dari karakteristik mereka yang diminta untuk berubah. Maka kajian mengenai perilaku partisipan penelitian diantaranya yaitu: a. Komitmen pimpinan Robbins dalam Herlina 2013 mengemukakan sikap atau perilaku anggota organisasi pada umumnya dipengaruhi pula oleh perilaku pimpinannya. sebagai pelaksanaan ke e pu pu tu tusan kebi i ja ja ka ka n n dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, g, namun dapat pula dalam bent tuk uk perintah-perintah atau keputusa a n n-keputusan ekseku ku ti i f f ya y ng ng p p en en ting n atau keputusa a n n badan peradilan. La a z zimnya, kepu u tu tu s sa n n tersebut mengide d nt nt if f ik ikas asik ik an masalah h yang akan diatasi, i, m men en yebutk k an an sec ara tega s tujuans as s ar ar an a yan ng g in in gi g n dicapa pai, dan be be rb rb ag ag ai car ara untu k menstruktu r mengatur pro se s im mpl pl emen n ta ta si si ny ny a. Pro roses i in i i akan an berlangsung setelah m el alui sejum la h tahapan te tertentu tu , , b biasanya ya di aw w al i dengan tahap an penge sa han un da ng-undang, k em mudia a n n ou output ke e b bi jaksanaan da la m bentuk p el ak sa na an keputusan o leh badan p pelaks k anaa an n, ke e se diaan dilaksanakan nya keputusa n- ke putu san tersebut oleh kelom mpok k- ke ke lo l mp ok sas ar an an, da da mp mp ak ak nyata baik k y y an an h h di di ke ke hendaki atau y y a ang tida da k k dari output tersebut, dampak k k k ep p ut ut usan sebagai yang dipersepsikan n ol oleh eh ba ba da d n-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbai i ka ka n pe pent nti ing atau upaya u nt nt uk uk m melakuk k an an p per er ba baik ika an terha hada da p p un u d dang-u d ndang g pe pe ra ra t turan ya ya ng ng bersa a ng ng ku kutan. 3. Individu Penilaiannya dilihat dari kar rakteristik k mereka yang diminta untuk berubah. Maka kajian mengenai perilaku u pa p rt t is isipan penelitian diantaranya yaitu: a Komitmen pimpinan 19 Dimensi komitmen pimpinan yang dikemukakan oleh Allen dan Mayer dalam Herlina 2013 yaitu: 1 Komitmen Efektif : tingkat seberapa jauh seorang pimpinan secra emosi terikat, mengenal, dan terlibat dalam organisasi 2 Komitmen Berkelanjutan: suatu penilian terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi 3 Komitmen Normatif : merujuk kepada tingkat seberapa jauh seseorang secara psychology terkait untuk menjadi bagian dari organisasi yang didasarkan pada perasaan seperti kesetiaan, afeksi, kepemilikan, kebanggan , dan lain-lain. b. Resistensi terhadap perubahan Resistensi terhadap perubahan adalah kecenderungan bagi pekerja untuk tidak ingin berjalan seiring dengan perubahan organisasi, baik oleh ketakutan individual atas sesuatu yang tidak diketahui atau kesulitan organisasional Yudo dalam Herlina, 2013. Robbins dalam Herlina 2013 menyebutkan ada lima faktor yang menjadikan resistensi individual dan enam resistensi organisasional yang dirinci sebagai berikut: 1 Habits kebiasaan Bila dihadapkan pada perubahan, maka kecenderungan merespons cara-cara yang sudah biasa akan menjadi sumber resistensi. 2 Security keamanan Suatu perubahan akan mempengaruhi perasaan keamanan. Terutama bagi orang-orang yang sangat memerlukan jaminan keamanan. 1 Komitmen Efekt kt if if : tingkat s eb eb er er apa jauh seorang pimpinan secra emosi te terikat, mengenal, dan terlibat dalam m or o ganisasi

2 K

Komitmen Berkela a njut ut an a : : su su at at u u pe pe nilian terhadap p bi b aya yang terkait dengan m men en in in ggalkan organisasi i 3 Ko Ko mi m tmen n N Norma tif : merujuk ke kepa pa da tin ingk gk at at seberap pa jauh se se se or an g secara psyc ho logy terkait u nt uk m m enja ja di di b b ag ag ian da d ri organisasi y an g didasark an pada perasaan seperti k k eset t ia iaan an, afeksi si, kepemilikan, k eb an ggan , d an lain- la in. b. Re sistensi t er hadap peru ba ha n Resistensi terhadap peru ba han adal ah kec en de rungan bagi pe ekerja u untu k k ti da k ingi n be be rj rj al al an an s s ei e ring denga a n n pe pe ru ru ba ba ha ha n orga ni sa si i , , b baik o o le le h h ketakutan individual atas se sesu u at at u yang tidak diketahui atau kesu sul lita ta n organisasional Yudo dalam Herlina, 2013. Robbins dalam Her er li lina a 20 20 1 13 meny b eb t ut ka kan n ad ad a a l lima f f ak akto to r r ya yang ng menja di di ka ka n n re i si t sten i si i i nd iv v id idua ua l l dan en e am res es is is te tensi organisasi i o onal yan g g di rinci sebaga i i be be ri r kut: 1 Habits kebiasaan Bila dihadapkan pa a da d perub a ahan, maka kecenderungan merespons cara-cara yang sudah b b ia i sa a akan menjadi sumber resistensi. 2 Security keamanan 20 Orang yang kinerjanya rendah dan tidak kompetitif cenderung menolak perubahan. Mereka khawatir perubahan dapat menimbulkan ketidakpastian dan berdampak negatif terhadap kelangsungan masa depannya. 3 Fear of The Unknown ketakutan atas ketidaktahuan Perubahan dapat mengakibatkan perpindahan dari unit kerja yang satu ke unit kerja yang lain, dari suatu sistem yang sudah dikenal ke sistem baru yang belum dikenal. Hal tersebut menyebabkan ketidakpastian karena menukar dari yang sudah diketahui ke sesuatu yang belum dikenal sehingga mengakibatkan kekhawatiran dan ketidaksamaan. 4 Selective Information Processing Proses Informasi Selektif Individu membentuk dunianya melalui persepsinya. Sekali dibangun kemapanan, maka akan menentang perubahan. Mereka mendengar apa yang ingin mereka dengar. Mereka mengabaikan informasi yang menentang dunia yang telah mereka bangun.

2.1.7 Sumber Daya Manusia

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAH PROVINSI DIY DALAM IMPLEMENTASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAH PROVINSI DIY DALAM IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL MENURUT PP NO. 71 TAHUN 2010.

1 5 13

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAH PROVINSI DIY DALAM IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL MENURUT PP NO. 71 TAHUN 2010.

0 2 7

PENUTUP ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAH PROVINSI DIY DALAM IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL MENURUT PP NO. 71 TAHUN 2010.

0 11 62

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerintah Provinsi DIY dalam Implementasi SAP Berbasis Akrual Menurut PP No. 71 Tahun 2010.

0 3 15

pp 71 2010 sap akrual

0 0 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL DENGAN KOMITMEN SKPD SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

0 5 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAP Berbasis Akrual Dengan Komitmen SKPD Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAP Berbasis Akrual Dengan Komitmen SKPD Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAP Berbasis Akrual Dengan Komitmen SKPD Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN SAP BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

0 0 16